SOLO YANG KREATIF
SOLO 1
Jum’at malam 01 Oktober 2010, setelah sholat Isya, saya dan adik ipar kembali melanjutkan keliling-keliling kota Solo. Solo adalah kota dengan karateristik Jawa yang sangat kental dan terpelihara. Lihatlah betapa kekayaan budaya dengan ciri khasnya tetap terjaga hingga kini-Kerbau kiay Slamet yang dikeramatkan itu hingga kini masih ada dan kotoran kerbau itu masih ada yang mempercayai membawa berkah lalu diperebutkan saat perayaan 1 suro. Lihat pula bangunan serta hasil budayanya juga terawat dan terpelihara dengan baik, saya menemukan rambu lalu lintas dibuat / ada sejak zaman penjajahan. Namun kota Solo bukanlah kota yang sejuk, tingkat polusi udara tinggi, banyak kendaraan pepohonannya kurang.
Orang Solo juga paling kreatif senusantara dalam menciptakan makanan (lauk pauk) dan kue-kue tradisional, ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah jenis makanan dan kue yang ada disana, bahkan beberapa diantaranya sudah menjadi makanan favorit di berbagai daerah lain di Indonesia. Orang-orang Solo berjualan makanan dan kue selama 24 jam, pagi hari banyak yang berjualan untuk sarapan, siang hari ada yang membuka jualan untuk makan siang, sore hari ada yang membuka jualan untuk mereka yang ingin makan sore hari, ketika hari beranjak malam ada juga yang berjualan, dan bahkan ada yang baru mulai membuka warungnya sekitar tengah malam hingga subuh hari yaitu penikmat nasi kucing / angkringan, itu semua banyak di jumpai hampir disemua tempat, sudut atau ditempat lalulintas kendaraan / orang.
Bisa dibayangkan betapa orang Solo adalah orang-orang kreatif dan orang Solo adalah termasuk golongan yang hobi makan. Kreatifitas orang Solo dibidang makanan tentu ada sebab, salah satunya karena daerah mereka minim sumber daya alam, padat penduduknya sehingga mereka berfikir dan berkreasi untuk mempertahankan dan melanjutkan kehidupan mereka.
Galabo (gladak langen bogan solo) adalah pusat jajan malam yang telah dikelola secara moderen dan lebih teratur, sehat dan lebih bersih. Siang hari tempat itu merupakan jalan raya yang padat kendaraan tapi dimalam hari di tutup lalu beralih fungsi menjadi tempat makan (kalau di Batam di sebut pujasera) foodcourt bahasanya pangeran Charles. Di Galabo ini tersedia berbagai jenis makanan khas Solo dan dari luar Solo yang unik juga tersedia menu makanan dari ular cobra, ingin coba?. Sebelum dimasak ularnya diajak main-main dulu, pemiliknya memperagakan kehebatan ular itu dan kehebatan sang tukang masak dalam menaklukan siular. Bila makanan yang dipesan siap disantap, pengunjung dipesilahkan memilih tempat duduk dikursi dengan meja lengkap dengan payungnya, atau jika ingin ditrotoar mereka menyediakan tikar untuk duduk / lesehan, di temani ‘live’ musik dari pemusik yang resmi terdaftar.
Setelah agak larut lalu kami mencoba makanan ciri khas Solo lainnya timlo, tempatnya hanya diemperan toko, cukup besar 6 ruko diambilnya untuk berjualan, namanya Timlo Maetro di Keprabon-Solo. Ramai dan banyak mobil membawa orang untuk makan disitu. Menurut adik iparku kalo malam ini yang paling ramai sedang siang ada juga yang sangat terkenal dengan berjualan dalam sebuah gedung mewah seperti restoran, tapi malam hari tutup. Ada juga satu tempat makan ciri khas Solo yang terkenal, nasi dan lauk pauknya beralas daun sendoknya kita buat dari daun juga. Solo kehidupan malamnya tetap hidup penuh kreatifitas seperti siang hari. Dan di Solo pula makan di emperan tidak membuat orang turun kelas sosialnya. Hebat bukan?, bahkan orang di luar Solo penasaran dan ingin mengulanginya.
Comments