Posts

Showing posts from January, 2009

HIDUP DIIMING-IMING

Tanpa kita sadari hidup kita dipenuhi oleh iming-iming. Hampir semua kegiatan yang kita lakukan sehari-hari tak lepas dari upaya diimingi. Anda bicara melalui telepon diimingi, anda beli kartu untuk telepon genggam anda diimingi, and ber SMS diimingi, anda belanja juga diimingi, anda minum sirup, menyuci pakaian dengan deterjen, memasak juga diiming, anda menabung di bank dimingi, anda naik pesawat atau melakukan perjalanan diimingi, anda nonton sinetron diimingi, anda nonton gosippun diimingi, anda ikut sumbang saran atau memberikan jawaban atas poling pendapat diberi iming-iming, anda ikut nyoblos pada pemilu saja ada yang mengiming-imingi, bahkan ketika ada buronan kelas kakap yang melarikan diri kitapun diimingi. Pendek kata hampir semua kegiatan kita seluruhnya diliputi iming-iming. Iming-iming tersebut bisa berupa duit, bonus, barang atau benda, potongan harga, semua dalam kemasan yang dibuat semenarik mungkin sehingga banyak kalangan yang hampir selalu mengikuti seti

YANG TERHORMAT

IKAN SEPAT, IKAN GABUS DAN IKAN LELE (makin cepat makin bagus dan tidak bertele-tele) Kita semua tentu tak asing lagi dengan kalimat di atas. Ya.. kalimat tersebut biasa (baca wajib) dikumandangkan ketika ada acara-acara resmi, terutama bila acara tersebut dihadiri oleh bos, pejabat, penguasa, pemimpin lembaga, atau orang-orang penting lainnya. Mulai dari yang paling rendah RT, RW, KADES, LURAH, CAMAT, BUPATI, WALIKOTA, GUBERNUR, MENTERI, PRESIDEN bahkan tak lupa pula menyebutkan sang nyonya sipejabat. Saya berkesimpulam dari kebiasaan menggunakan kalimat “YANG TERHORMAT” itu, dapat digambarkan betapa kita sesungguhnya tidak efektif, tidak efisien, tidak hemat, ingin dihormati dihadapan orang ramai, ingin ditonjolkan, ingin disanjung. Saya sering diminta untuk menjadi pembawa acara-acara resmi ditingkat kampong dan sering pula mengikuti acara-acara yang dihadiri para bos, dan pejabat penting. Kalimat tersebut sepertinya jadi keharusan yang tak tertulis untuk disampaikan

JANGAN PERCAYA!, Musik Klasik Mencerdaskan Anak.

Pernahkah anda mendengar atau membaca bahwa “Mendengarkan musik klasik kepada anak, bahkan sejak dalam kandungan diyakini membantu perkembangan otak bayi agar lebih pintar dan perkembangan jiwanya lebih stabil dan lebih baik”. Musik klasik yang dimaksud adalah musik yang kini jarang dikenal, jarang didengar, jarang dimainkan, jarang penciptanya, jarang pula pengikutnya. Kita mengenal orang-orang yang mengusung aliran musik ini adalah seperti Beethoven, Mozart dan sebagainya. Musik klasik memang sangat, merdu, indah dan menyentuh dan memiliki berbagai jenis alat musik yang dimainkan secara bersama oleh sekumpulan pemain musik (ORKESTRA). Ada harmonisasi disana, setiap pemain harus menguasai alat musik yang dimainkannya, setiap pemain harus sepakat lagu / irama yang harus dimainkan saat bersamaan. Walaupun ada seorang pemain paling pandai, paling hebat dia tak boleh sesukahatinya. Jika ada yang kurang mahir maka akan mengganggu harmonisasi musik. Jika mereka tak sepakat lagu / ira

AKU MENYUKAI APA YANG KUPUNYA,

Image
" AKU BERUSAHA SELALU MENYUKAI APA YANG KUPUNYA, KARENA AKU TAU YANG KUINGINKAN GAK SELALU AKU DAPATKAN" Kalimat diatas merupakan sebentuk pengungkapan rasa syukur dengan cara yang indah dan sangat sederhana. Manusia tak jarang lupa untuk bersyukur, kalaupun bersyukur untuk yang baik atau yeng menguntungkan secara kasat mata saja. Untuk yang menurut kita kurang baik, kurang menguntungkan kita gak mau bersyukur, bahkan tak jarang malah mengumpat, sumpah serapah yang terlontar. Kisah berikut akan menggambarkan kejadian apapun, menerima apadanya patut selalu disyukuri. Alkisah sorang raja senang sekali berburu di hutan bersama penasehatnya yang setia. Suatu hari karena kurang hati-hati jari kelingking sang raja terputus oleh pisaunya sendiri yang sangat tajam. Raja merasa sangat sedih, maklum raja malu sekarang sudah cacat, anggota tubuhnya tak lengkap lagi. Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan raja sangat sedih dan tak ada yang berani yang menghib

Bebas Fiskal

Akhir tahun 2008 ini seluruh masyarakat Indonesia disibukan oleh salah satu program pemerintah tantang adanya kewajiban bagi masyarakat tertentu Indonesia yang harus memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Program yang menurut hemat saya bukan hal baru, namun kali ini seperti lebih serius. Salah satu dampak ketiadaan NPWP, bagi orang Indonesia yang akan keluar negeri akan dikenai fiskal sebesar Rp 2.500.000,- per orang per sekali keluar negeri. Kalau dulu sepertinya (kalau tidak salah) warga Indonesia yang memiliki KTP Batam, Bintan atau KEPRI saja yang bebas fiskal. Kala itu pembuatan KTP daerah Batam, Bintan (KEPRI) tak begitu ketat, sehingga orang luar KEPRI yang sering ke luar negeri banyak yang memiliki KTP KEPRI sekedar untuk mendapatkan bebas fiskal. Bebas fiskal sekarang ini tampaknya berlaku dimana saja atau KTP mana saja asal KTP Indonesia. Syaratnya ketika hendak keluar negeri membawa paspor, harus juga menunjukkan NPWP, foto kopi KTP dan Foto kopi Kartu Keluarga (KK) begit