Ke YOGYAKARTA LAGI....
Di Malioboro juga harus berhati-hati.
Pagi tanggal 15 Oktober 2010, setelah sholat subuh aku langsung turun lalu menyisir Jalan Malioboro, untuk sekedar menyaksikan kehidupan pagi-pagi Malioboro. Ternyata kehidupannya berlangsung 24 tanpa henti. Pagi itu para pedagang lesehan (gudeg) baru saja menggulung tikar dan membersihkan lantai trotoar, sedang yang lain baru saja memulai menyusun dagangannya diatas meja seperti buah-buahan, bunga, serta souvenir lainnya, beberapa abang becak masih tertidur pulas diatas becaknya.
Saya menyempatkan diri berbincang dengan seorang nenek berumur 70 tahun yang berjualan mangga dan salak, akunya ia telah berjualan di Malioboro selama 25 tahun, tempat tinggalnya jauh dari kota Yogya, sehingga ia tidur diemperan toko untuk 3 hari dan sisanya ia pulang kerumahnya. Raut wajahnya terlihat cukup tua namun semangat juang masih tinggi dan mengangkat dagangan serta menyusunnya masih sangat cekatan (untung perbincangan itu bisa lancar si nenek separuh bahasa Indonesia separuh bahasa Jawa-aku nyambung dikit-dikit cerita sinenek). Pagi subuh itu saya menemukan banyak sekali orang-orang tua berseliwaran, dengan berbagai aktifitas sambil menggendong sesuatu dengan tetap berpakaian ala Jawa, terutama nenek-neneknya . Yogyakarta memanglah sebuah kota tua, he..he.
Setelah sarapan pagi kami menuju kampus Institut Sains dan Teknologi Akprin-Yogyakarta, kira-kira 20 menit dari Malioboro tempat kami menginap. Ternyata sudah menunggu para calon teknisi yang hendak di tes dan diwawancara itu, sebelum acara dimulai saya tentu saja memperkenalkan diri dan Engineer yang menyertaiku lalu menjelaskan profil perusahaan serta fasilitas apa yang bisa mereka dapatkan jika diterima.
Lalu diadakanlah tertulis umum dan pengetahuan dasar masing-masing jurusan (mesin, elektro dan informatika) setelah itu kami langsung wawancara, kami memang harus ngebut mengingat hari itu hari Jum’at dan kebetulan rakanku punya agenda setelah itu dengan saudara sepupunya yang ada di Yogyakarta serta berkunjung ke sebuah pesantren. Setiap wawancara selalu saja ada yang menarik dan membuat aku tertawa, apa karena sicalon terlalu lugu atau apa karena grogi.
“Batam, sebuah kota industri yang ramai”
“Kamu tahu dari mana”
“Dari orang-orang berkata”
“Orang mana yang berkata-kata itu”
“Orang-orang di Mesjid”
“Mesjid mana?, mesjid raya atau mesjid apa?” saya terus mengejar karena penasaran, rekan saya langsung terpingkal-pingkal, kamipun akhirnya tertawa bersama.
Ini adalah salah satu contoh calon yang tidak mempersiapkan diri secara baik dan menjawab pertanyaan seadanya. Ada juga pertanyaan rekanku “apa kegiatanmu sekarang” jawabannya “sedang mencari kerja”, mencari kerja sejatinya bukanlah pekerjaan.
Sekitar pukul 14.00 selesai jugalah acara wawancara itu, cukup melelahkan padahal cuma duduk dan hanya berbicara. Acara makan siang yang aku inginkan disebuah restoran khusus bermenu jamur gagal. Aku sebetulnya penasaran karena aku belum pernah menikmati semua hidangan bermenu jamur, dibelakangnya ada tempat budidaya segala jenis jamur dan kita diperbolehkan melihat dan memilih jamur yang kita inginkan. Tak apelah..mungkin lain kali aku bisa nikmati.
Kamipun kembali ke Hotel dan temanku langsung menuju tempat sepupunya sementara aku mandi lalu menuju sebuah tempat menyediakan ole-ole khas Yogyakarta, ya mana lagi... kalau bukan Bakpia Pathok 25, kali ini bukan ke pabriknya tapi ke sebuah toko yang mereka sudah siapkan, ramai sekali...pilih-pilih lalu bayar dan balik lagi, sang pengayuh becak dihampiri pegawai toko lalu bersalaman tempel beberapa ribu.
Sore itu aku hanya nonton TV, menghabiskan waktu sambil menunggu maghrib hingga Isya. Setelah bosan aku turun ke lobby hotel dan berbincang-bincang dengan pengayuh becak yang aku sewa sore tadi untuk cari ole-ole. Aku memang tak bisa kemana-mana karena menunggu adik ipar yang akan membawa sesuatu, katanya habis maghrib akan berangkat menuju Yogya tapi hingga pukul 00.55 ia baru tiba, padahal Solo-Yogyakarta tak lebih dari 2 jam. Aku sudah tertidur.
Setelah berbincang sejenak, aku ajak ia ke restoran Raminten, tempat kami makan malam kemarin. Ternyata memang masih buka, beberapa pengunjung masih ada dan betul sesuai janji mereka bagi yang menginginkan bantal, guling dan selimut diberikan, beberapa pengunjung saya lihat santai dengan bantal, dan guling. Raminten adalah restoran bergaya pedesaan yang ditata apik dengan perabotan unik, makanannya sederhana dan umum berharga kaki lima, aroma spa di setiap sudut ruangan begitu terasa. Sekitar pukul 02.30 kami meninggalkan raminten. Adik iparku kuminta tidur di kamarku malah menolak katanya sudah ditunggu kawan-kawannya.
Sehabis subuh Sabtu tanggal 16 Oktober 2010, bersegera kemas-kemas untuk kembali ke Batam, setelah sarapan pukul 6 bersama penyedia tenaga kerja, kami segera menuju bandara, sementara rekanku menuju Semarang. Sampai di bandara ketemu RT 04 di perumahanku dulu di Lobam-Bintan, lalu berbincang dan menyeruput Lemon teh selama sejam lebih karena Batavia Air yang kami tumpangi itu lagi-lagi molor sejam lebih.
Sungguh sayang aku tak dapat menyaksikan karnaval yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu (malam minggu) di Malioboro dalam rangka ulang tahun kota Yogyakarta, saya kira karnaval itu bakal banyak dilihat orang dan itulah sebabnya semua hotel sekitar Malioboro penuh, banyak yang tidak dapat kamar dan kecewa, kami dapat di hotel itu karena sudah dipesan jauh-jauh hari. Saya heran Malioboro itu selalu saja ramai dan membuat orang selalu ingin kembali,..kenapa ya.
Jika anda ke Yogyakarta dan ingin berjalan-jalan di Malioboro dan tertarik untuk membeli ole-ole, kepada anda sangat disarankan untuk menawar, dan berhati-hatilah kepada orang iseng seperti copet, dan gendam (hipnotis), jangan terlalu mencolok dalam menampilkan asesoris di leher, tangan dan jari-jemari anda, hal-hal itu sangat mungkin membuat orang iseng tertarik untuk memilikinya sacara paksa.
Comments