KESIMPULAN: Mesjid Ke mesjid
Alhamdulillah, pada bulan ramadhan 1436 H atau tahun 2015 kemarin saya berhasil mengunjungi 27 mesjid untuk sholat isya dan tarawih, 2 mesjid saya kunjungi masing-masing 2 kali, karena saya penasaran dengan kemakmuran baik dari segi jumlah jamaah maupun pendapatan infak tarawih selama bulan ramadhan.
Mesjid pertama yang dua kali saya kunjungi adalah Mesjid Bukit Indah Sukajadi, Saya sholat isya dan tarawih pada malam ke 10 dan malam ke 23. Mesjid ini memang boleh dikata memang makmur sampai malam ke 23 julah shoof laki-laki masih 10 lebih, jumlah pendapatan infak khusus tarawih (ramadhan) 93 juta rupaih lebih, belum termasuk sekian puluh dollar singapura, real dan ringgil malaysia. Saya kira hingga malam terakhir melebihi 100 juta rupiah.
Mesjid kedua yang saya kunjungi dua kali untuk sholat isya dan tarawih adalah mesjid Al Kaffah-legenda Malaka. Malam ke 5 dan malam terakhir, saya sholat isya dan tarawih disana. Dimalam terakhir jumlah shoof laki-laki masih 10 lebih, pendapatan infaknya sekitar 53 juta lebih. Ada beberapa catatan setelah berkunjung dari mesjid ke mesjid;
Saya akui bahwa mesjid di Batam pada umumnya megah-megah dan indah. Pendapatannya/infak dari para jamaah tidak hanya dalam bentuk rupiah namun juga dalam bentuk mata uang asing lainnya dan itu sesuatu yang lazim di mesjid-mesjid di Batam.
Kemegahan mesjid-mesjid di Batam, memang wajar karena warga Batam adalah rata-rata berpendidikan, dan penghasilan tetap. Mesjid-mesjid yang dibangun rata-rata berlokasi di perumahan. Atau dibangun oleh para pengusaha sukses dan kaya atau bantuan dari warga negara tetangga yang muslim. Mesjid di Batam seolah berlomba dalam pembangunan mesjid yang megah, indah dan moderen. Ada yang tempat wudhu dan toiletnya seperti hotel 'berbintang'. Ada yang lantai, dinding luar dalam menggunakan granit mahal dan pilihan. Ada juga seolah pembangunan mesjid yang seolah tak kunjung selesai, terus menerus mengalami renovasi. Ada juga mesjid megah, nyaman dan sejuk tapi tak diiringi kemakmuran mesjid yang ditandai dengan jumlah jamaah yang banyak disetiap lima waktu sholat. Dari mesjid / musholla yang saya kunjungi hanya sedikit sekali mesjid/musholla yang benar-benar buruk dari segi bangunannya dan seolah kurang kepengurusannya.
Bagi saya alangkah baiknya mesjid-mesjid itu saling membantu-subsidi silang. Mesjid yang memang sudah makmur dari segi keuangan membantu mesjid yang masih kekurangan dari segi pembangunan maupun membantu dalam kegiatan lainnya, misal membantu membiayai mendatangkan ustad dari luar daerah, membantu membiayai guru ngaji dan sebagainya.
Ada juga saya perhatikan kran untuk wudhu airnya begitu kencang, sehingga kalau diputar memercik kesana-kemari. Menurut saya sebenarnya derasnya air kran tidaklah begitu penting, sedang tapi air yang keluar itu merata/agak lebar sehingga ketika wudhu membasahi lengan, kaki secara merata. Ada juga kran itu dipasang terlalu dekat ke dinding sehingga ketika membasuh tangan hingga siku dan atau kaki agak kesulitan. Ada juga yang terlalu rendah sehingga kita begitu rendahnya merunduk. Ada juga bangunan mesjid yang tidak pas dengan arah kiblat sehingga shoof agak 'serong' tidak lurus dengan bangunan mesjid.
Semoga benmanfaat.
Mesjid kedua yang saya kunjungi dua kali untuk sholat isya dan tarawih adalah mesjid Al Kaffah-legenda Malaka. Malam ke 5 dan malam terakhir, saya sholat isya dan tarawih disana. Dimalam terakhir jumlah shoof laki-laki masih 10 lebih, pendapatan infaknya sekitar 53 juta lebih. Ada beberapa catatan setelah berkunjung dari mesjid ke mesjid;
Saya akui bahwa mesjid di Batam pada umumnya megah-megah dan indah. Pendapatannya/infak dari para jamaah tidak hanya dalam bentuk rupiah namun juga dalam bentuk mata uang asing lainnya dan itu sesuatu yang lazim di mesjid-mesjid di Batam.
Kemegahan mesjid-mesjid di Batam, memang wajar karena warga Batam adalah rata-rata berpendidikan, dan penghasilan tetap. Mesjid-mesjid yang dibangun rata-rata berlokasi di perumahan. Atau dibangun oleh para pengusaha sukses dan kaya atau bantuan dari warga negara tetangga yang muslim. Mesjid di Batam seolah berlomba dalam pembangunan mesjid yang megah, indah dan moderen. Ada yang tempat wudhu dan toiletnya seperti hotel 'berbintang'. Ada yang lantai, dinding luar dalam menggunakan granit mahal dan pilihan. Ada juga seolah pembangunan mesjid yang seolah tak kunjung selesai, terus menerus mengalami renovasi. Ada juga mesjid megah, nyaman dan sejuk tapi tak diiringi kemakmuran mesjid yang ditandai dengan jumlah jamaah yang banyak disetiap lima waktu sholat. Dari mesjid / musholla yang saya kunjungi hanya sedikit sekali mesjid/musholla yang benar-benar buruk dari segi bangunannya dan seolah kurang kepengurusannya.
Bagi saya alangkah baiknya mesjid-mesjid itu saling membantu-subsidi silang. Mesjid yang memang sudah makmur dari segi keuangan membantu mesjid yang masih kekurangan dari segi pembangunan maupun membantu dalam kegiatan lainnya, misal membantu membiayai mendatangkan ustad dari luar daerah, membantu membiayai guru ngaji dan sebagainya.
Ada juga saya perhatikan kran untuk wudhu airnya begitu kencang, sehingga kalau diputar memercik kesana-kemari. Menurut saya sebenarnya derasnya air kran tidaklah begitu penting, sedang tapi air yang keluar itu merata/agak lebar sehingga ketika wudhu membasahi lengan, kaki secara merata. Ada juga kran itu dipasang terlalu dekat ke dinding sehingga ketika membasuh tangan hingga siku dan atau kaki agak kesulitan. Ada juga yang terlalu rendah sehingga kita begitu rendahnya merunduk. Ada juga bangunan mesjid yang tidak pas dengan arah kiblat sehingga shoof agak 'serong' tidak lurus dengan bangunan mesjid.
Semoga benmanfaat.
Comments