PENGHIJAUAN, MASIH SEBATAS KAMPANYE ATAU LATAH.

Sekarang upaya menghijaukan kembali alam sekitar, kembali marak. Kampanye menanam berjuta-juta pohon didengung-dengungkan, semua menyambut mulai dari tingkat pedesaan, perkotaan hingga ketingkat pusat. Kades, Camat, Bupati, Walikota, Gubernur, Mentri, Istri mentri, Presiden dan ibu negara, pengusaha, BUMN,  TNI, Ormas, Pemuda, Mahasiswa dan perusahaan swasta lainnya dari Sabang samapai Merauke. Mereka semua bergembira dan ikut menanam pohon-pohon karena mengetahui manfaat pohon dan penghijauan.

Seingat saya tahun 80-an, zaman presiden Soeharto program penghijauan itu sudah dikampanyekan gencar dan besar-besaran seperti sekarang, cuma bedanya...., dulu media kampanyenya terbatas koran dan televisi kalau sekarangkan ditambah media internet dan tentu lebih hebooh.

Namun sepertinya upaya penghijauan itu belum atau malah bisa disebut tidak berhasil. Coba bayangkan dari tahun 80-an mulai dikampanyekan dan sejak saat itu pula mulai ditanam pohon-pohon, seharusnya pohon-pohon itu sudah besar dan Indonesia sudah hijau kembali. Mungkin alasan berikut bisa mendukung, kenapa kampanye itu terus dilakukan?. Karena pengrusakan hutan atau penggundulan lahan lebih cepat dibanding upaya penghijauan atau pohon itu lebih lambat tumbuhnya. Sebuah lahan hijau dalam dua hari saja bisa sangat botak / gundul oleh buldozer, traktor atau mesin-mesin lainnya, untuk diambil kayunya saja, untuk perumahan dan kelakuan serakah dan tidak bertanggungjawab lainnya.

Selain itu kelakuan kita dalam upaya penghijauan, masih sebatas kampanye, seremoni dengan memanggil wartawan atau media lainnya bahkan ada yang melakukan penanaman pohon dengan maksud lain agar dinilai oleh masyarakat.

Hal lain yang menjadi catatan adalah kita cuma mampu menanam pohon, tapi tak pandai merawat atau tak ada yang mampu menyiramnya agar pohon itu tumbuh yang terjadi adalah kebanyakan pohon-pohon yang telah ditanam itu mati karena kekeringan atau dipatahi, dicabut oleh tangan-tangan kokoh nan jahil, atau menjadi korban penggalian-penggalian kabel listrik, telepon, PAM dan lainya. Simak apa yang dilakukan ATB (PAMnya Batam) di jalan menuju SMK 02 Batam Centre, Belakang perumahan Dutamas, dari hampir 80 batang yang ditanam sekarang hanya tinggal 11 batang. Ironisnya semua yang ditanam oleh pejabat ATB telah mati semua (waktu itu ada merek / plang nama pejabat yang menanam).

Ada yang menarik apa yang dilakukan ATB ini, rupanya pohon-pohon yang ditanam itu, hanya beberapa buah saja yang ditanam oleh ATB / panitia (baca para penjabat penting ATB) sisanya diserahkan pada orang lain yang ditanam secara asal-asal dan tidak disiram itupun sebahagian ditanam dihari lain. Baru contoh satu tempat dan saya yakin kasus serupa didaerah lain juga mengalami hal yang sama. Acara itu hebat diliput media, tapi setelah itu apakah ATB ambil peduli pada pohon yang isa sudah tanam?...entahlah.

Upaya penghijauan melalui penanaman pohon-pohon itupun sering kali, satu instansi dengan instansi lainnya tidak saling mendukung, tidak saling peduli. Untuk menjelaskan maksud saya itu, saya ceritakan saja kasus penanaman pohon oleh ATB itu. Pohon-pohon itu sebahagian besar persis berada dijalan depan SMK 02 Batam Centre. Pohon-pohon itu terbiarkan tanpa pula dibantu oleh pihak sekolah, misalnya dengan turut menyiram atau memagari pohon yang masih imut itu dengan kayu, pihak sekolah kalau ikut peduli atau ikut mendukung bisa saja meminta anak-anak murid untuk menyiram dan membawa kayu seukuran gagang sapu per murid cukup 2 batang. Kalau dipagari dan disiram tentu jumlah yang hidup lebih banyak dari yang sekarang dan pihak SMK juga yang mendapat manfaatnya.

Upaya penghijauan yang seperti diatas, hanya akan menjadi sebatas kampanye, seremonial dan perbuatan latah kita semua dan tidak akan berhasil hingga akhir zaman. Maksudnya Indonesia akan semakin kering, kerontang, panas dan semakin banyak bencana. Semoga menjadi renungan dan bermanfaat. Amiiin.

Comments

Popular posts from this blog

DARAH QURBAN SAPI UNTUK OBAT TELAPAK KAKI

Obat Gangguan Telinga.

KERAJAAN SRIWIJAYA; Minimnya Informasi.