KECERDASAN.

"Yah, Narkoba itu apa?", Anak ke dua yang masih kelas IV SD bertanya ketika ia lagi sarapan sambil nonton TV.
"Narkoba itu, zat yang dilarang Pemerintah dan diharamkan agama, seperti Ganja, ekstasi, sabu...!", ujarku mencoba menyederhanakan, jawaban.
"Kenapa, dilarang dan diharamkan?", ujarnya lagi malah terus bertanya.
"Ya, ...karena bisa membuat badan lemah, penyakitan, otak jadi bodoh, jadi pemalas dan tak kenal Allah SWT dan agama".

Lain lagi ketika aku mengajaknya membeli kado untuk anak tetanggaku yang baru lahir, aku memang waktu itu mengajaknya karena waktu itu ibunya sedang di Solo.

"Yuk, dek kita cari kado".
"Kado apa, untuk siapa?".
"Kado untuk adek bayi yang baru lahir dekat rumah kita!". Pergilah kami kesebuah toko perlengkapan bayi, sampai disana saya langsung, menanyakan handuk untuk bayi.
"Ini handuknya pak", ujar petugas toko, sambil membuka satu contoh.
"Wah yang ini warnanya kurang...". ujar saya, lalu saya tanyakan pada anakku.
"Dek yang mana yang bagus".
"Adek bayinya cewek atau cowok", ujarnya, aku tertegun dan sekalian kagum.
"Wah adek hebat, betul kata adek tu". Lalu aku mencoba memilih-milih ukuran dan corak gambar handuk.
"Yah,.. yang penting juga, jangan kasar dan bikin gatal". Ujar anakku lagi.
"Itu betul juga dek". Pilih dipilih akhirnya saya minta dibungkus lalu bayar.

Ini cerita ketika Wali kelasnya hendak ulang tahun. Ia begitu sibuknya untuk juga memberikan kado dengan berulang-ulang menceritakan hal itu kepada kami berdua (Ayah dan Bundanya). Walaupun hal itu berulang-ulang diceritakannya ia tidak merengek dan tidak pula memaksa, yang ia fikirkan kado apa yang hendak diberikan, beginilah salah satu lontaran kalimat darinya.

"Bunda, menurut bunda kira-kira hadiah apa ya yang cocok untuk bu guru?". Simak bahasanya.
"Ya...tergantung adek, karena hadiah untuk wali kelas dari murid itu yang penting ada, bukan kadonya". Ujar istriku. Jenis pertanyaan / model pertanyaan yang anakku lontarkan mungkin pengaruh dari kebiasaan saya, melontarkan kalimat-kalimat hampir serupanya untuknya. Misal seperti berikut.

"Wah adek sudah siap-siap belajar!", untuk memintanya segera belajar.
"Habis makan, apa rencana adek?". untuk mengingatkan ia juga belajar.
"Adek bersungguh-sungguh, ya belajarnya?". agar ia tidak cepat selesai belajar dan konsentrasi.
"Belajar yang baik". Supaya lebih serius, lebih banyak dan lebih telaten belajar.
"Siapa mandi?". Untuk meminta kedua anakku mandi.
"Adek menyukai teh Ayah ya?. Kalau ia bolak baik menyeruput tehku.
Kalimat-kalimat itu tentu saja, tidak setiap hari dan selalu saya lontarkan, karena pada momen tertentu, kalimat itu tak cocok dan saya harus lebih tegas 'to the point'. Ya...saya bisa langsung katakan 'Belajar', Mandi, Kenapa belajar sebentar. dan sebagainya. Aku juga tidak terbiasa menggunakan kata-kata, atau kalimat seperti; bodoh, kurang ajar, syetan, dasar!, dan sebagainya, alhamdulillah kedua anakku juga tak terbiasa menggunakan kata atau kalimat sejenis itu.

Simak pula ketika saya sama istri lagi ke sebuah mall di Batam Centre, mengajak anakku itu, lalu saya singgah kesebuah konter penjualan HP, sambil melihat dan meneliti spesifikasinya, aku sambil bertanya pada anakku yang berdiri disampingku. "Mana yang bagus na....?". dengan cepat ia menunjuk sebuah produk HP yang bergaya, dari segi tampilan, warna dan bentuknya. Lalu ketika kami hendak pulang, masih dalam gedung mall, lalu anakku yang kedua itu bertanya padaku.

"Yah...kira-kira ayah mau belikan adek HP kapan?".
"Ya..nantilah...".
"Pake...uang ayah aja, sebab kalo adek nabung terlalu lama, kan adek nabungnya cuma bisa paling banyak Rp 3000,- perhari". Dia memang selalu menyisakan uang jajannya.
"Yaaa...adek tetap harus nabung, kan uangnya untuk adek juga". Hingga kini HP itu belum kubelikan, alhamdulillah ia tak merengek dan menuntut pula, bahkan sepertinya sudah lupa.

Ketika kulontarkan, kalimat 'giman kalau ayah botak?'. Anakku yang kedualah yang paling ngotot tidak setuju, karena menurutnya jelek dan bakal lucu. Aku mencoba menjelaskan bahwa botak juga keren banyak orang ternama botak. Namun ia tetap saja tidak setuju. Alhamdulillah ia memang peduli dan memiliki kecerdasan, walaupun bahasanya dalam bercerita terkadang belum baik. Ya Allah jadikanlah anak-anakku, keturunanku orang-orang sholehah dan orang yang Engkau selamat dan bahagiakan dunia akhirat, Jadikanlah  anak-anaku pejuang, pemikir, pembela agamaMu kelak, amiin.







Comments

Popular posts from this blog

DARAH QURBAN SAPI UNTUK OBAT TELAPAK KAKI

Obat Gangguan Telinga.

RASA TOLONG MENOLONGNYA TINGGI