CIPLUKAN (topuk-topuk)
Anda pernah dengar kata itu?. Ini adalah sejenis tanaman liar yang biasa tumbuh ditanah datar / lapang seperti di tanah persawahan yang sudah kering, kebun, semak-semak. Biasanya tingginya sampai 1 meter berbatang lembut (tidak berkayu) dan mempunyai umur kurang lebih 1 tahun. Bunganya berwarna kuning, buahnya berbentuk bulat dan berwarna hijau kekuningan bila masih muda dan berasa pahit, tetapi bila sudah tua berwarna coklat dengan rasa asam-asam manis, buahnya dilindungi cangkap (kerudung penutup buah), di Indonesia biasa disebut Ciplukan (physalis peruviana-mungkin dianggap berasal dari Peru), kalau kami di Komering Ulu-Sumatera Selatan menyebutnya 'topuk-topuk'.
Disana buahnya yang masih muda dipetik, lalu jari memegang bagian tangkainya dan buah itu dihentakkan ke jidat maka akan keluarlah suara 'puk', yang lumayan keras.
Tulisan ini muncul karena, kebetulan dibelakang rumahku di Batam, ada tumbuh 2 batang ciplukan ini, aku hingga kini masih suka memetik buahnya untuk aku makan, namun kedua anakku tidak menyukai. Sebelumnya beberapa bulan lalu, pada sebuah timbunan tanah depan rumahku milik developer banyak ditumbuhi ciplukan ini, ketika itu akuun sering memanen buahnya, tapi tiba-tiba semua pohon ciplukan itu raib semua. Penemuan ciplukan itu mengingatkanku pada masa kecil dulu yang suka makan buahnya bersama abangku Wahidin, karena memang banyak dikampungku.
Sementara ketika tahun 2010 lalu aku ke Jogjakarta, di Malioboro ada beberapa nenek-nenek yang menjual buah ciplukan ini, sudah diikat dalam jumlah banyak. Tidak mudah mengumpulkan buah ciplukan sebanyak itu, artinya sudah ada yang menanam dan mengkomersilkannya. Selidik menyelidiki ternyata ciplukan ini banyak manfaatnya diantaranya bisa mengobatai bisul dengan cara melumatkan daunnya hingga hancur lalu ditempelkan pada bisul, manfaat lain adalah dipercaya dapat mengobati diabetes belitus, sakit paru, bahkan ayan dengan cara merebus pohon ciplukan mulai dari akarnya hingga dedaunannya, tentu setelah dikeringkan (lebih lanjut dapat di cari di internet).
Ingat waktu masih di Aceh dulu, seorang rekan kerja abangku di PT Arun LNG-Lhokseumawe, menderita sakit pinggang sudah kedokter namun tidak ada perubahan, lalu oleh orang yang memahami pengobatan alternatif dianjurkan meminum air rebusan ciplukan yang sangat pahit itu, alhamdulillah sembuh. Mungkin itulah sebabnya pohon ciplukan dekat rumahku di Batam tiba-tiba raib, ada yang memanfaatnya.
Tulisan ini muncul karena, kebetulan dibelakang rumahku di Batam, ada tumbuh 2 batang ciplukan ini, aku hingga kini masih suka memetik buahnya untuk aku makan, namun kedua anakku tidak menyukai. Sebelumnya beberapa bulan lalu, pada sebuah timbunan tanah depan rumahku milik developer banyak ditumbuhi ciplukan ini, ketika itu akuun sering memanen buahnya, tapi tiba-tiba semua pohon ciplukan itu raib semua. Penemuan ciplukan itu mengingatkanku pada masa kecil dulu yang suka makan buahnya bersama abangku Wahidin, karena memang banyak dikampungku.
Sementara ketika tahun 2010 lalu aku ke Jogjakarta, di Malioboro ada beberapa nenek-nenek yang menjual buah ciplukan ini, sudah diikat dalam jumlah banyak. Tidak mudah mengumpulkan buah ciplukan sebanyak itu, artinya sudah ada yang menanam dan mengkomersilkannya. Selidik menyelidiki ternyata ciplukan ini banyak manfaatnya diantaranya bisa mengobatai bisul dengan cara melumatkan daunnya hingga hancur lalu ditempelkan pada bisul, manfaat lain adalah dipercaya dapat mengobati diabetes belitus, sakit paru, bahkan ayan dengan cara merebus pohon ciplukan mulai dari akarnya hingga dedaunannya, tentu setelah dikeringkan (lebih lanjut dapat di cari di internet).
Ingat waktu masih di Aceh dulu, seorang rekan kerja abangku di PT Arun LNG-Lhokseumawe, menderita sakit pinggang sudah kedokter namun tidak ada perubahan, lalu oleh orang yang memahami pengobatan alternatif dianjurkan meminum air rebusan ciplukan yang sangat pahit itu, alhamdulillah sembuh. Mungkin itulah sebabnya pohon ciplukan dekat rumahku di Batam tiba-tiba raib, ada yang memanfaatnya.
Comments