MATI JAM

Sabtu 5 Februari 2011 kemarin, saya beserta anak keduaku dan seorang keponakanku menuju Lobam-Bintan. Tujuanku untuk melapisi salah satu pintu dengan plastik agar tidak lapuk karena kena air hujan sekaligus melihat rumah dan mengambil bibit bonsai yang ada dibelakang rumah, yang kuanggap sudah boleh kubawa, yang masih tersisa masih lumayan banyak, mudah-mudahan tidak mati, atau tidak hilang lagi.

Speedboad yang kami tumpangi berangkat 09.30. Saya sengaja memilih jurusan Punggur-Lobam-Tanjung Pinang, karena saya ingin mencoba dan melihat pelabuhan yang baru diresmikan oleh Gubernur KEPRI tanggal 08 Februari 2011 yang lalu, kebetulan tak jauh dari perumahan kami. Sampai disana Sutriono sudah menunggu, rupanya ia salah sangka dan bertanya-tanya kenapa istri dan anak pertama saya tak ikut.

Setelah membetulkan pintu, kami lalu kebelakang rumah melihat kebun. Lalu membakar daun-daun kering untuk mengusir nyamuk. Ah..ternyata manggaku sudah mulai berbunga, jeruk sambalnya berbuah, dua batang pisang kepok juga lagi berbuah. Melihat jantung pisang kepok itu jadi pengen diambil untuk dimasak, tapi karena terlalu tinggi dan tak ada alat, diurungkan. Tanaman mahkota dewaku juga tak terawat, belimping wuluh dipotong orang cabang-cabangnya, begitu juga pohon salam, pohon nangka batangnya dikuliti seperti hendak dimatikan. Kolam ikan yang tak terurus, tanah dibelakang rumah itu jadi tempat orang buang sampah.

Sekitar pukul tiga kamipun menuju pelabuhan baru itu, untuk kembali ke Batam. Saya tanya pada petugas pelabuhan jam berapa speedboad dari Tanjung Pinang. Sipetugas dan penjual tiket kompak menjawab 15.30 nanti pak. Kamipun menunggu, sambil memesan air kelapa yang dijual oleh rekan lama saya disana dulu. Pukul 15,30 pun tiba tidak juga terlihat tanda-tanda dilautan speedboad muncul. Kamipun pasrah, mencoba bersabar, pukul 16.00 speed yang ditunggu juga tidak datang. Mulailah terucap ‘mati jam’. Apakah anda tahu apa yang disebut ‘mati jam?’. Di Bintanlah saya mengenal istilah itu, yang menggambarkan/menyebutkan kalau speed tidak tepat waktu / tidak sesuai jadwal. Jadwal speedboad dari Tanjung Pinang ke Batam (sebaliknya) seharusnya setiap jam sekali, tapi pada jam-jam tertentu ‘mati jam’ karena sepi penumpang atau tidak memenuhi hitungan bisnis, sehingga speed itu berangkat jika penumpangnya sudah memenuhi syarat balik modal. Pukul 17.00 kurang sedikit speed yang ditunggupun muncul, pantas ‘mati jam’, penumpangnya hanya beberapa orang, padahal jika penuh 50 lebih bisa dianggkutnya.

Sepinya penumpang terjadi hampir setiap hari terutama terjadi sekitar 11.00 hingga pukul 16.00, waktu-waktu tersebut tidak dianjurkan anda menggunakan speedboad, tapi gunakanlah kapal fery yang lebih besar, lebih lama dan ongkosnya juga lebih mahal. Kapal fery lebih tepat waktu per satu jam (tidak mati jam). Jika menggunakan speed waktu tempuh Batam-Tangjung Pinang (sebaliknya) sekitar 45 menit, tapi jika menggunakan kapal fery waktu tempuh sekitar 1 jam 30 menit, yang membuatnya berbeda kecepatan serta jalurnya berbeda. Silahkan pilih dengan berbagai pertimbangan dan alasan lainnya.

Comments

Popular posts from this blog

DARAH QURBAN SAPI UNTUK OBAT TELAPAK KAKI

KERAJAAN SRIWIJAYA; Minimnya Informasi.

Obat Gangguan Telinga.