SUMATERA EXPO 2010
Sulit mencapai sasaran yang diinginkan.
Malam tanggal 12 Oktober 2010 kami sekeluarga menuju gedung Sumatera Expo di Batam Centre, tak lama paling 4-5 menit dari rumahku. Di gedung ini tempat dilaksanakannya Expo/pameran produk, industri kecil, kerajinan serta peluang investasi yang ke 6 dimulai tanggal 11-14 Nopember 2010. Walau kata orang, Batam banyak tempat hiburannya, namun pergi ke sebuah pameran tentulah menggoda dan menjadi ajang memanjakan mata dan hati, karena banyak yang dilihat juga untuk menambah wawasan.
Sampai di gedung Sumatera Expo yang megah, besar dan luas, kami berputar-putar dipelataran parkirnya yang juga ada banyak stan dan tempat dilaksanakannya Kenduri Melayu (8-13 Nopember 2010). Setelah berputar-putar disana kami masuk gedung. Banyak stan namun banyak yang tidak buka dan banyak yang masih belum diisi (kosong) padahal nama stan serta asalnya pesertanya sudah tertulis di depan stannya.
Pesertanya pada umumnya pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten / kota dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Mereka menampilkan berbagai produk-produk unggulan (makanan, kerajinan) masing-mnsing daerah, menampilkan peluang investasi di daerahnya. Tidak begitu ramai mungkin karena hari kerja, seorang penjaga stan mengeluh karena sepi.
Tapi sepertinya pameran / expo itu sulit mencapai sasaran yang diinginkan. Berikut berbagai alasannya. Para peserta itu dibiayai oleh pemerintah / dinasnya masing-masing yang pada umumnya hanya sekedar ikut. Tidak memiliki tujuan dan target yang jelas sehingga terkesan apa adanya dan hanya sekedar untuk menghabiskan anggaran yang sudah dianggarkan serta sesuai jadwal kegiatan tahunannya.
Dengarlah pula jawaban beberapa penjaga stan, ketika ditanya mengapa sendiri dan mengapa banyak yang tutup. Seorang ibu menjelaskan dinasnya mengirim empat orang dari daerahnya, yang lainnya sedang jalan-jalan dan sekalian mencari barang-barang untuk oleh-oleh dan membeli titipan keluarga dan para sahabat, “kapan lagi pak ke Batam? Ini kesempatan”. Ada juga yang berniat untuk sekaligus pelesiran ke negara tetangga. Para penjaga stan pada umumnya masih santai dan mereka lesu karena masih sepi / kurang pengunjung dan kurangnya peminat yang serius dalam mempertanyakan peluang bisnis dan keinginan untuk bekerja sama. Mereka semua sama dengan rekan saya sedang jalan-jalan bahkan ada yang memang belum buka karena sudah tahu kalau hari kerja itu sepi. Para pengunjung umumnya hanya lihat-lihat dan jika ada pembeli itu hanya dalam jumlah kecil untuk kebutuhan sendiri bukan pembeli potensial untuk menuju ke tingkat kerjasama usaha.
Rupanya para penjaga stan itu tidak / belum peduli pada sasaran serta tujuan dari mengikuti Expo itu. Itulah gambaran dari peserta Sumatera Expo yang mewakili pemerintah propinsi, kabupaten/kota. Namun beda bagi peserta pribadi, kelompok usaha, mereka lebih gigih dan lebih serius dalam mengelola dan memaksimalkan kegiatannya. Mereka berfikir untuk mendapatkan untung dan manfaat lainnya untuk jangka panjang.
Makin sepinya dan makin sedikitnya jumlah peserta Sumatera Expo ini, apa berkaitan dengan beberapa hal diatas. Tindakan menyatukan dengan kegiatan kenduri Melayu serta mendatangkan artis Vintor Hutabarat dan Betaria Sonata tampaknya tidak berhasil meningkatkan penjualan dan kerja sama bisnis. Sumatera Expo masih layak untuk dilaksanakan dengan banyak inovasi, sehingga menjadi barometer di Indonesia bahkan Asia tenggara dikemudian hari.
Comments