LIBURAN CARI DURIAN
Laki-laki tertampan dirumah.
Sabtu dan Minggu tanggal 3-4 Juli 2001 saya dan keluarga ke Bintan. Dari Batam ke Bintan ada dua cara yang ditempuh, menggunakan speedboad kurang lebih 15 menit cepat tapi tak bisa bawa kendaraan, satu lagi dengan menggunakan kapal penyeberangan (seperti Merak-Bakaheuni) sekitar 1 jam, lama tapi bisa bawa kendaraan. Na.. kami menggunakan kapal penyeberangan itu lebih santai..karena musim libur sangat ramai dan padat. Dari Pelabuhan ke Desa sekuning ini sekitar 45 menitlah.
Tujuan kami ke Bintan tidak lain untuk “refreshing”, nyari durian kebetulan di Bintan itu musimnya pada Bulan Juni, Juli dan Agustus. Ini adalah kunjunganku yang ke sekian ke Desa Sekuning sentra buah-buahan di pulau Bintan, PEMDA Bintan sejak beberapa tahun belakang selalu mengadakan pesta durian. Tujuannya jelas untuk kepentingan pariwisata, namun sayang gaungnya belum besar sehingga yang datang masih banyak orang lokal Bintan dan pejabat. Durian yang disediakan selalu habis tak tentu, mungkin banyak yang dibawa pulang, diam-diam… biasa orang Indonesia sifat “rasa memilikinya tinggi” dan terbiasa aji mumpung serta suka yang gratiis. Pulang-pulang banyak yang kecewa tak dapat durian.
Sampai di desa Sekuning kami sibuk cari durian, tak banyak..masih banyak bergantung di pohon, Udara di sekuning begitu sejuk dan segar menusuk ubun-ubun, menyiram qolbu. Mahal sekali…kecil-kecil 4 buah Rp 80.000,-, menurut penjual ini dikarenakan PEMDA baru melaksanakan pesta durian, dan akan murah dan banyak lagi sekitar akhir Bulan Juli. Dibeli juga durian mahal itu sudah kepalang pergi jauh-jauh. Beli Durian di desa Sekuning memang jauh berbeda dengan di Batam yang memakai sistim timbang, aku tak pernah setuju cara itu, maka kami belum pernah beli durian di Batam.
Tujuan lain kami yang lain adalah untuk mengunjungi tetangga sebelah rumahku di Lobam-Bintan dulu. Istrinya baru saja melahirkan anak keduanya. Pas sepasang.. yang pertama laki-laki dan yang baru lahir perempuan, terlihat betapa bahagianya mereka atas kehadiran amanah/titipan dari Allah SWT itu. Tak lupa mengucapkan selamat dan berharap semoga anaknya menjadi anak yang sehat dan menjadi anak yang sholeha. He..he kebetulan nama bapaknya Sholeh,pas tu…
Jadi ingat waktu dulu..kalau bisa memilih aku ingin anakku sepasang juga, tapi aku tak mungkin memaksakan diri, walau hingga sekarang keinginan untuk punya anak laki-laki kadang-kadang masih terlintas di benakku. Ketika famili, saudara jauh, kerabat berkunjung atau bertemu menanyakan anakku, sering sekali yang terlontar dari mereka entah iseng atau sengaja memancingku untuk menambah anak satu lagi dan cari Laki-laki. Aku selalu menjawab aku ini siap saja, kapan saja, ini murni naluri laki-laki. Sebetulnya dalam adat Komering Ulu-SUMSEL, memang anak laki-laki lebih baik ada dalam sebuah keluarga yang akan menjadi penerus keluarga.
Sementara istriku hanya senyum-senyum saja, tambah manis aja.. wajahnya. Sepertinya istriku memang belum atau bahkan tak mau lagi punya anak lagi, apalagi mungkin ia sangat berat saat saat melahirkan anak kedua kami, aku liat sendiri bagaimana perjuangannya waktu itu, ia minta kedua kakinya selalu dipijit sepanjang malam itu, keringat mengucur deras padahal AC di klinik bersalin hidup. Kebetulan saat dua kali istriku melahirkan aku selalu berada disampingnya tim medisnya membolehkan aku hadir.
Tapi aku tak boleh memaksakan diri untuk punya anak laki-laki..artinya aku mengikuti saja, garis yang telah dikehendaki-NYA biarlah seperti air mengalir…Allah yang akan mengaturnya. Kini aku laki-laki tertampan dirumah tak ada saingan, he..he tidak bermaksud sombong…Semoga Allah menjadikanku Suami dan Ayah yang baik, hebat dan membanggakan (secara jasmani maupun rohani) bagi istri dan anak-anakku dan semoga pula istri dan anak-anakku menjadi wanita-wanita sholehah, amiiin.
Comments