NIKAH NIKMATNYA CUMA 25% SAJA.
Ditengah hari menjelang makan siang, tanggal 28 Desember 2010 yang lalu sahabat karibku Syamsul Bakhri menelponku. Katanya, ia baru saja bertemu dan sarapan bersama dengan sahabat lama kami waktu sama-sama kuliah di Universitas Syiah Kuala-Banda Aceh dulu. Kini ia bertugas di Banda Aceh, kantornya persis di depan DPRD-NAD, (hhmm..itukan ada rumah..sianu ). Kami lumayan akrab dengan sahabat itu yang kami kenal sejak kami kuliah itu tahun 1986. Kebetulan karena teman kami itu sering berkunjung ke rumah ‘kos’ kami dan sering pula jalan bersama. Walau waktu itu kami baru saling mengenal namun ada kesamaan dan kecocokan, alhamdulillah hingga tahun 2010 ini kami masih saling berhubungan.
Tentu saja saya menanyakan keadaan sahabat lama kami itu, karena beberapa tahun belakang sahabat kami itu menderita suatu penyakit, walau ia tetap beraktifitas seperti sedia kala namun obat selalu mendampinginya. Menurut Syamsul sahabat kami itu sepertinya mukanya bengkak tapi badannya kelihatan tidak gemuk dan semakin nampak tua, rambutnya diubah warnanya agak kemerahan. Kolubi lebih banyak rambut putihnya dari kamu, ia tak merubah warnah rambutnya, kenapa kamu merubah warna rambutmu?, begitulah komentar Syamsul pada sahabat kami itu.
Setelah puluhan tahun, ada yang tak berubah dari sahabat kami itu. Hingga hari ini ia belum juga menikah. Entah apa yang ia fikirkan?, entah apa pula yang ia harapkan?, entah apa pula yang menghambat ia tak menikah juga?. Lalu katanya pada Syamsul bahwa pamannya pernah berujar begini.
“Kamu tahu Nabi Muhammad?”.
“Ya” jawab sahabat kami itu.
“Na,…Nabi Muhammad saja menikah, kenapa pula kamu tidak menikah”.
Mungkin paman sahabat kami itu, begitu sayangnya sama keponakannya itu, mungkin juga pamannya merasa ikut berdosa, atau paham tentang agama, paham sunnah Rasul Nabi Muhammad atau semakin kesalnya ia, karena berbagai usaha telah dilakukan, termasuk menjodohkannya.. Namun, tidak juga menikah. Lalu saya katakan sama Syamsul, “bahwa ‘barang’ itu diciptakan Tuhan untuk dipakai secara benar, bukan untuk digantung-gantung sampai tua”. Maksud harus menikah dengan wanita yang dicintainya, simaklah petikan hadist Nabi SAW bersabda, " Nikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak mengerjakan sunnahku maka dia bukan golonganku". Sahabat kami ini juga, setahu kami sangat rajin beribadah.
Sungguh sayang dan prihatin jika sahabat kami ini belum juga menikah hingga hari ini. Sungguh disayangkan pula kalau akhirnya ia tetap tidak memberanikan diri untuk menikah. Tidak menikah tentu belum tenang dan belum tentram, salah satunya karena selalu ditanya terus, kapan menikah, hatinya gelisah dan mengganggu fikiran. Salah satu tujuan menikah untuk ketentraman. Tidak menikah rasa kasih sayangnya tidak lengkap karena tidak ada tempat untuk menyalurkan cinta dan kasih sayang, dengan adanya istri / suami dan anak, cinta dan kasih sayang bisa disalurkan dan diberikan, ini juga salah satu tujuan menikah.
Nikah itu nikmatnya 25% saja selebihnya (75%) sangat nikmat sekali dan banyak manfaatnya. Sebuah studi internasioal di Selandia baru menyimpulkan bahwa pernikahan sangat baik pengaruhnya terhadap kesehatan seseorang. Penelitian ini melibatkan 35.000 responden dari 15 negara. Menurut hasil studi yang dirilis di Jurnal Psychological Medicine Inggris, Selasa (15/12), pernikahan mampu memberikan jaminan kesehatan mental baik sisi laki-laki mapun pihak perempuan. Selain itu, juga mengurangi risiko kemungkinan gangguan mental seperti depresi, kecemasan hingga penyalahgunaan zat seperti narkoba. Studi ini merupakan yang pertama di dunia yang langsung dipimpin Kate Scott dari Universitas of Otago. Para peniliti berdasarkan standar hasil survei dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) melakukan survei kesehatan mental ke sejumlah negara berkembang.
"Sebaliknya, ditemukan perpisahan, perceraian atau menjanda sangat berkaitan dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental kedua belah pihak, baik laki-laki mapun perempuan. Khususnya penyalahgunaan zat bagi perempuan dan depresi untuk pria," kata Kate Scott dalam jurnal tersebut. Na…Sahabatku menikahlah kamu, semoga engkau selamat dunia akhirat, amiin.
"Sebaliknya, ditemukan perpisahan, perceraian atau menjanda sangat berkaitan dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental kedua belah pihak, baik laki-laki mapun perempuan. Khususnya penyalahgunaan zat bagi perempuan dan depresi untuk pria," kata Kate Scott dalam jurnal tersebut. Na…Sahabatku menikahlah kamu, semoga engkau selamat dunia akhirat, amiin.
Comments