LAKI-LAKI PLAYBOY ITU APA?.
Pagi ini aku dan istriku dikejutkan oleh pertanyaan anakku yang nomor dua Farras Anruko yang masih duduk di kelas 3 SD. Dia bertanya dengan kepolosan tanpa merasa malu, risih atau sungkan kepada saya, karena ketidaktahuannya.
“Yah, laki-laki playboy itu apa artinya?”. Terus terang aku terkejut dan sangat berhati hati untuk menjawabnya. Mengingat kata ‘playboy’ bukanlah konsumsi anak seumur dia dan ‘playboy’ selalu berkonotasi buruk atau negatif. Istrikupun menyimak dengan seksama pembicaraan itu, dengan melambatkan cuci piring dan mematikan keran air.
“Artinya, anak laki-laki yang suka main-main”.
“Main-main apa?”. Ujarnya malah mengejar penjelasanku lebih lanjut.
“Ya..anak-anak laki yang suka mempermainkan anak perempuan”.
“Oooo…” kata anakku.
“Adik baca, liat dimana kata itu?”. Ujar istriku, pertanyaan yang hendak kusampaikan juga.
Pertanyaan ini patut kami ajukan, tentu kami ingin mengetahui sumbernya, sebagai upaya mengontrol. Maklum dunia komunikasi sekarang ini yang seolah begitu tanpa batas, membuat kami sebagai orangtua harus ekstra berhati-hati, memantau anak-anak. Kami juga tidak mungkin tidak memberikan jawaban atau memarahinya karena pertanyaan itu. Bagi kami ia bertanya kepada kami itu lebih baik dibanding jika ia bertanya pada orang lain selain kami.
“Itu…adek liat di TV acara 1 lawan 100, kemaren sore”.
Anakku yang kedua ini, memang lebih kritis serta imajinasinya lebih kreatif. Alhamdulillah, percakapan itu berakhir. Semoga anakku cuma paham hingga sampai disitu, sementara waktu ini. Acara TV yang ditayangkan pada sore hari itu, muatan pendidikan, pengetahuan wawasannya baik. Saya tidak melarang, juga tak menganjurkan, kecuali sinetron serta infotaimen saya meminta dipindahkan saluran. Sesungguhnya aku akan mengalami kesulitan jika seandainya dia terus bertanya ‘mempermainkan anak perempuan seperti apa?. Kita sebagai orangtua yang sedang mendidik dan membesarkan anak akan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan aneh, lucu, mengagetkan, bahkan konyol, namun kita harus bijak menghadapi dan menjawab. Itulah seni menjadi orangtua.
“Yah, laki-laki playboy itu apa artinya?”. Terus terang aku terkejut dan sangat berhati hati untuk menjawabnya. Mengingat kata ‘playboy’ bukanlah konsumsi anak seumur dia dan ‘playboy’ selalu berkonotasi buruk atau negatif. Istrikupun menyimak dengan seksama pembicaraan itu, dengan melambatkan cuci piring dan mematikan keran air.
“Artinya, anak laki-laki yang suka main-main”.
“Main-main apa?”. Ujarnya malah mengejar penjelasanku lebih lanjut.
“Ya..anak-anak laki yang suka mempermainkan anak perempuan”.
“Oooo…” kata anakku.
“Adik baca, liat dimana kata itu?”. Ujar istriku, pertanyaan yang hendak kusampaikan juga.
Pertanyaan ini patut kami ajukan, tentu kami ingin mengetahui sumbernya, sebagai upaya mengontrol. Maklum dunia komunikasi sekarang ini yang seolah begitu tanpa batas, membuat kami sebagai orangtua harus ekstra berhati-hati, memantau anak-anak. Kami juga tidak mungkin tidak memberikan jawaban atau memarahinya karena pertanyaan itu. Bagi kami ia bertanya kepada kami itu lebih baik dibanding jika ia bertanya pada orang lain selain kami.
“Itu…adek liat di TV acara 1 lawan 100, kemaren sore”.
Anakku yang kedua ini, memang lebih kritis serta imajinasinya lebih kreatif. Alhamdulillah, percakapan itu berakhir. Semoga anakku cuma paham hingga sampai disitu, sementara waktu ini. Acara TV yang ditayangkan pada sore hari itu, muatan pendidikan, pengetahuan wawasannya baik. Saya tidak melarang, juga tak menganjurkan, kecuali sinetron serta infotaimen saya meminta dipindahkan saluran. Sesungguhnya aku akan mengalami kesulitan jika seandainya dia terus bertanya ‘mempermainkan anak perempuan seperti apa?. Kita sebagai orangtua yang sedang mendidik dan membesarkan anak akan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan aneh, lucu, mengagetkan, bahkan konyol, namun kita harus bijak menghadapi dan menjawab. Itulah seni menjadi orangtua.
Comments