WISATA BUAH KE DESA SEKUNING
Hari Sabtu tanggal 20 Juni 2009, saya bersama istri, anak kedua kami Farras Anruko pergi ke desa Sekuning sentra buah-buahan di Kabupaten Bintan, wisata buah-buahanlah. Pada bulan Juni sampai Agustus memang waktunya musim buah, seperti durian, rambutan, manggis.
Kebetulan kami berangkat dari Tanjung Uban melewati desa Busung, di Busung ada sebuah rakit penyeberangan, kalau mobil cuma muat satu buah, kalau motor bisa sekitar 8 buah. Penyeberangan rakit bermotor itu lumayan membantu masyarakat setempat maupun masyarakat yang lain yang hendak ke Tanjung Pinang atau hendak ke Tanjung Uban, lumayan singkat bila melewati Busung, apalagi jika dibandingkan lewat timur (lewat simpang lagoi).
Jembatan penghubung yang sedang dikerjakan belum jadi juga, padahal sudah lumayan memakan waktu, panjangnya hanya sekitar 260 Km, kalau jembatan itu sudah siap para pekerja rakit penyeberangan itu kemana ya…???. Perjalanan menuju sekuning sangat kami nikmati karena udaranya segar dan kiri kanan umumnya sangat hijau oleh pepohonan, cuma beberapa semak belukar terlihat habis terbakar.
Sampai di Km 50 ada sebuah warung makan yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Bintan dan Kota Tanjung Pinang, terutama bagi mereka yang sudah terbiasa melakukan perjalanan darat. Nama warungnya “Mega Bintan” masakan utamanya adalah sop ayam dan soto ayam, rasanya memang mak nyuusss…nyuus..nyus yang makan disana sangat ramai baik yang bermotor dan bermobil, walau ditengah hutan. Ramai karena rasanya enak, letaknya ditengah antara Tanjung Pinang dan Tanjung Uban, saat orang lapar jika lewat disitu, Pelayannya menurutku tidak sigap dan kurang ramah, lamaaa nunggu pesanan baru datang. Mulai jam sepuluh pagi hingga mahgrib terus ada pelanggannya.
Setelah selesai makan dan sholat zhuhur diwarung itu, kami melanjutkan perjalanan menuju kediaman Pak Salimin, sang Pandai Besi tak jauh dari warung makan itu, lalu ngobrol untuk silaturrahim hingga satu jam. Tak lama kemudian datang turis tua dari Australia tiba. Setelah itu kami mencari durian, waah.. saya sangat rindu sama durian teringat di kampung dulu, kalau musim durian saya sama keluarga nunggu durian jatuh di bawah pohon. Namun sayang buah-buahan di Sekuning itu merupakan pohon tua dan belum diregenerasi secara maksimal/atau mengganti dengan varietas yang unggul berumur pendek sudah berbuah dan berbatang rendah.
Masih tergolong mahal karena musim durian baru sekitar 2 mingguan, belum semua batang/buah masak harga dihitung per biji/buah, akan jauh lebih murah akhir Juli/awal Agustus tapi jika dibandingkan dengan harga durian di Batam masih jauh lebih murah, apalagi sistim penjualan durian di Batam dengan menimbang/kiloan. Sistim jual durian kiloan ini, menurut saya harus dihentikan dan saya selalu menghindari hal itu, kenapa?. Karena menurut saya tidak seimbang antara yang mau dimakan dengan yang dibuang/tidak dimakan. Kalau durian beratnya dua kg, belum tentu daging durian itu sampai 0.5 kg, benar-benar tak seimbang. Paham maksud saya bukan. Kita sebagai pembeli sangat dirugikan, belum tentu semua isinya bagus, kalau durian sudah dibuka lalu salah pilih bagaimana?. Saya fikir jual durian model ini dengan cara apapun harus dihentikan. Tak terasa kenyang juga makan durian di Sekuning-Bintan..kamipun pulang kerumah…Alhamdulillah tiba selamat dirumah.
Comments