BATAM
(bila anda tabah anda menang)
Ungakapan ini pas benar untuk seorang mang Disman Krishidayat (40) asal Subang-Jawa Barat. Datang ke Batam bukanlah impiannya dan ia sama sekali tidak tahu Batam itu dimana. Pada mulanya ia hendak menyusul istrinya yang berada di Batam, yang menurut pengakuannya setengah diculik (cerita tentang musibah/susah payah dia ini akan saya ceritakan pada episode berikutnya, Insya Allah).
Tahun 2004 mang Disman menginjakkan kaki ke Batam, setelah dengan susah payah akhirnya ia ketemu dengan istrinya di sekitar Batu Aji, Lalu ada seseorang yang berbaik hati membantu dia, memberikan peralatan untuk berjualan, bubur nasi, nasi kuning, dan lontong sayur. Dengan hanya bermodal awal Rp 375.000,- untuk bahan-bahan (beras, dan bumbu-bumbu), mang Disman memulai usahanya. Setelah sekitar empat bulan berjualan di sekitar Batu Aji, ia dan istri serta anak semata wayangnya memutuskan untuk pindah ke Legenda Malaka. Ketika itu disana menurut Mang Disman banyak pesaing yang memang sejak lama sudah berjualan hal yang sama disana.
Di Legenda Malaka Batam Centre inilah usahanya perlahan dan pasti mengalami peningkatan yang sangat menggembirakannya. Dan alat-alat yang dulu dipinjamkan, dikembalikan dengan membelikan alat secara mencicil, kebetulan yang minjam itu sudah dianggap saudara. Saya memang selalu rembukkan dengan istri segala sesuatu mengenai usaha ini, moto sayakan berdua satu tujuan. Saya lihat tulisan itu ditempel digerobaknya.
Menurut pengakuannya usahanya ini ia buka hanya dari jam 6 pagi hingga jam 9 atau jam 10. Selebihnya ia bantu istrinya yang jualan di belakang perumahan Legenda Malaka Batam Centre, sambil menyiapkan untuk jualan esoknya. Walau tidak habis, saya selalu anggap habis karena walaupun bersisa saya bagikan kepada yang membutuhkan, saya tak ingin membuangnya. Dari hasil jualannya itu ia selalu menabung Rp 400.000,- per hari. Wah.. hati saya begitu kagum, pada sikap dan hatinya, dan iri dengan waktu sekitar 3 sampai 4 jam per hari, mampu mendapatkan sekitar Rp 12.000.000,- per bulan. Coba bayang orang yang bekerja wajib 8 jam sehari, jauh sekali pendapatannya dibawah Mang Disman. Kerja berdiri, kena marah, tidak sampai target di marah, bahkan ada supervisor yang memaki dengan kasar, kerja bergilir pula, kadang pagi, siang, bahkan tengah malam harus berangkat kerja.
Mang Disman adalah potret ketabahan yang menghasilkan kemenangan. Saya yakin ia juga sangat rajin beribadah, selalu pakai peci dan saya juga udah pernah melihat ia mengikuti sholat berjamaah di mesjid dekat rumah yang ia tempati. Ketika saya tanyakan anaknya berapa, ia dengan santai menjawab satu, terus saya tanyakan kenapa cuma satu, kok tidak nambah, dengan santai pula ia jawab. Cuman dikasih satu sama yang DI ATAS, ya terima ajalah. Anaknya sekarang duduk di kelas 3 SMP. Penampilannya juga sangat sederhana dan bersahaja, sepertinya mang Disman sekarang tinggal menikmati manisnya kehidupan, tapi jangan lupa pahit getirnya kehidupan telah banyak saya alami, itu bahagian penting dan banyak sekali hikmah/pelajarannya buat saya. Semoga Bermanfaat
Kolubi Arman
Comments