Rakyatnya ingin ketemu dihambat, atau Satpol PP yang membabat.

Ini cerita lanjutan dari tulisan saya sebelumnya,yang berjudul 'Cuma Bisa Komentar'. Pada tulisan tersebut saya bercerita bahwa umumnya orang hanya bisa berkomentar, bahkan menyalahkan. Jarang sekali yang benar-benar bersikap positif, memotifasi serta mendukung orang lain secara seratus persen atau semua mendukung.

Untuk kasus nyatanya saya akan coba ambil contoh di Indonesia saja. Pertama Dahlan Iskan (DI), ia adalah contoh pemimpin yang lain dari pada yang lain jika dibandingkan Menteri lainnya. Ia rela tidur dirumah petani, membersihkan tempat-tempat umum, pakaiannya tidak glamour, dan banyak lainnya. Disamping itu ia benar-benar melakukan perbaikan / perubahan untuk BUMN demi lebih efisien, lebih efektif dan bisa 'go international'.

Apa yang ia lakukan itu banyak juga yang mencibir, bahkan ingin menjatuhkannya atau menjauhkannya dari BUMN. DI masih dilihat orang sebagai sesuatu yang bukan/tidak baik dan tidak positif. DI semakin dimusuhi bahkan dicari-cari keburukan dan kesalahannya.

Kemudian contoh kedua adalah JOKOWI dan AHOK Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Keduanya benar-benar berbeda dari Gubernur dan Wakil Gubernur manapun yang ada di Indonesia, yang mau turun menemui rakyatnya untuk melihat dan memahami masalah-masalah rakyatnya secara langsung. Kalau yang lain turun hanya saat kampanye saja, kemudian jika sudah terpilih, rakyatnya ingin ketemu dihambat, atau Satpol PP yang membabat. Masalah anggaran juga menjadi sorotan mereka berdua, mereka perpaduan lembut dan tegas, Birokrasi Jakarta mereka ingin rubah melayani bukan dilayani.

Setelah sebulan menjabat semakin banyak manfaat kepemimpinan mereka bagi penduduk Jakarta. Namun begitu banyak juga yang mencibir, tidak mampu melihat hal-hal baik dan positif dari Jokowi dan Ahok. Mereka tak sabar sehingga Jokowi dan Ahok diharap seperti Aladin, yang bisa menyelesaikan semua masalah cukup dengan membaca 'simsalabim'. Mereka mengabaikan masalah bisa diselesaikan dengan / melalui proses. Mereka tetap saja menganggap Gubernur dan Wakil Gubernur baru cuma pencitraan saja.

Jadi sebenarnya tidak ada yang benar-benar seratus persen, tetap saja akan terjadi dua kubu, pro dan kontra, setuju dan tidak setuju, kiri dan kanan. Itulah sunnahtullah. Apa yang menjadi renungan adalah kita memang tidak mungkin disenangi semua orang, kita juga tidak mungkin dibenci semua orang. Oleh sebab itu kita juga tidak mungkin mendengarkan semua orang, juga tidak mungkin tidak mendengarkan sama sekali. Kitalah yang harus menentukan sikap untuk anda sendiri atau untuk kebaikan banyak orang, maju terus, maju terus UNTUK KESUKSESAN DIRI SENDIRI. Bahkan konon katanya yang benar-benar baik / pro itu hanya sedikit saja, yang benar-benar jahat / kontra juga hanya sedikit, Justru yang paling banyak adalah yang tidak punya sikap.

Comments

Popular posts from this blog

DARAH QURBAN SAPI UNTUK OBAT TELAPAK KAKI

KERAJAAN SRIWIJAYA; Minimnya Informasi.

Obat Gangguan Telinga.