SETIAP MEMBACA RIWAYAT INI, MATAKU BERLINANG.

Entah mengapa, hampir setiap aku membaca riwayat menjelang wafat manusia serba 'PALING' itu mataku berlinang, badanku sekali-sekali merinding dan dadaku terkadang juga terasa gak karuan. Siapa yang kumaksud yaitu Rasullullah saw. Muhammad bin Abdullah. Minggu lalu aku meminjam buku yang berjudul 'Strory of The Message" karangan Aidh Bin Abdullah Al-Qarni, terbitan Maghfirah Pustaka cetakan pertama tahun 2008. Aku nukilkan kembali bagian akhir dari buku itu yang bersub judul 'Sesungguhnya Engkau akan Mati', tentu saja tidak seutuhnya kutulis kembali. Membaca riwayat peristiwa wafatnya Rasulullah sebelumnya aku sudah baca lebih dari 2 kali, namun aku tetap saja terharu.

Muhammad adalah seorang manusia yang berhak mendapatkan predikat serba 'PALING'. Pemimpin palinng hebat, paling adil, paling berani, paling sabar, paling santun, paling murah hati, paling kasih sayang, paling penolong, paling bijak, paling lemah lembut, paling di cintai Allah SWT, paling benar-benar berbudi pekerti yang luhur serta prediket paling-paling baik dan hebat lainnya. Peristiwa wafatnya Muhammad saw merupakan prahara terbesar didunia ini.

Al-Hafizh Ibnu Katsir menuturkan Rasulullah saw mulai menderita sakit pada hari Kamis, saat beliau barada dirumah istrinya, Maimunah. Beliu merasakan nyeri dibagian kepalanya, namun sebelumnya hal itu sudah dirasakan tapi masih mampu berpindah / berjalan kerumah para istri beliau. Hari Kamis Beliau sudah menampakkan tanda-tanda sakit keras, suhu badannya Beliau terus memuncak dan keringatnya bercucuran. Seorang sahabat Beliau Ibnu Mas'ud berujar "Wahai Rasulullah, engkau tampak amat menderita". Rasulullah menjawab "Penderitaan yang aku rasakan saat ini dua kali lipat penderitaan yang dirasakan oleh seseorang diantara kalian".

Pada hari itu, Rasulullah saw mulai menderita sakit yang mengantarkannya pada ajal. Beliau berkata "Ambilkan aku 7 gayung air dari sumur yang berlainan agar aku sanggup keluar menemui orang-orang, karena aku ingin berpesan kepada mereka". Aisyah berkata, "Kami mendudukkan Rasulullah di dalam bejana tempat mencuci pakaian milik Hafshah binti Umar, kemudian kami membasuh seluruh tubuhnya, sampai Rasulullah berkata, "Cukup, cukup". Setelah itu Rasulullah berjalan ke Mesjdi dengan bimbingan dua orang lelaki, melihat pemandangan itu tangisan para sahabat beliau meledak. Tiba dalam mesjid Rasulullah sholat dalam posisi duduk 'Allahu Akbar' Rasulullah bertakbir dengan suara yang lirih.

Setelah usai sholat Beliau melayangkan pandangan pada jamaah, lalu naik mimbar dan berkutbah, "Wahai manusia, hari ini adalah hari penuntutan balas". Hamba Allah yang paling bertaqwa itu meminta agar orang menuntut balas atas kekhilafan yang pernah dilakukan atas dirinya oleh Rasulullah saw. "Siapa yang pernah aku sakiti dengan pukulan yang mengenai kulit tubuhnya, hendaknya dia menuntut balas padaku. Ini Tubuhku, Balaslah kesalahanku wahai manusia, sebelum tiba hari yang tidak berguna lagi dinar dan dirham". Siapakah yang pernah disakiti Rasulullah?. Bukankah Beliau manusia paling lemah lembut, penyayang dan paling santun.

Tentu saja semua sahabat tertunduk, isak tangis membahana dalam mesjid, mereka sadar inilah pertanda akhir hidup Rasulullah saw. Tidak lama lagi sang pemimpin umat, pembawa cahaya, pembawa petunjuk kebenaran akan wafat. Tiba-tiba berdirilah seorang lelaki bernama Ukkasyah bin Muhsin al-Asadi.
"Aku ingin menuntut balas, wahai Rasulullah".
"Atas dasar apa" tanya Rasulullah.
"Ketika engkau melakukan inspeksi barisan pada perang Badar, engkau memukul dadaku dengan tongkat. Hari ini aku ingin menuntut balas padamu".

Rasulullah terdiam beberapa saat, semua sahabat yang ada dalam mesjid merasa malu menyaksikan tindakan Ukkasyah.

"Mendekatlah dan laksanakanlah pembalasanmu" perintah Rasulullah saw. Lalu Ukkasyah mengambil sebuah tongkat, ia tidak langsung melakukan pembalasan, tetapi ia malah berkata.
"Wahai Rasulullah, ketika engkau memukulku, saat itu tidak ada sehelai kain yang menutupi dadaku, maka bukalah bajumu".
Rasulullahpun menyingkapkan bajunya yang menutupi dadanya, walaupun saat itu Beliau dalam keadaan sakit keras. Tiba-tiba Ukkasyah mencampakkan tongkat itu lalu menempelkan kepalanya di dada Rasulullah, Ukkasyah menangis dan diikuti semua yang ada dalam mesjid. Lalu Ukkasyah berkata.
"Demi Allah, Wahai Rasul, selam ini aku berharap kelak jika aku mati, semoga kepala ini bisa bersandar pada dadamu, wahai Rasulullah".

Sesungguhnya semua yang hidup akan mati, Ya Allah jadikanlah ini pelajaran bagi diriku, Ya Allah selamatkanlah aku dunia Akhirat dan masukkalah aku kedalam syurgamu kelak. amiin.






Comments

Popular posts from this blog

DARAH QURBAN SAPI UNTUK OBAT TELAPAK KAKI

Obat Gangguan Telinga.

KERAJAAN SRIWIJAYA; Minimnya Informasi.