MAHLUK SOSIAL.

Manusia terkadang lupa kalau sesungguhnya ia juga mahluk. Banyak yang mengira mahluk itu hanya selain manusia, seperti hewan, setan, iblis karena sering disebut mahluk gaib, tumbuhan, batu, bintang, bulan juga sebetulnya mahluk, semualah yang diciptakan Allah disebut Mahluk. Manusia jelas juga mahluk, malah ditambah mahluk sosial karena tidak bisa lepas dari manusia lain atau dengan kata lain ada ketergantungan pada manusia lain, manusia satu perlu berinteraksi dengan manusia lain. Jadi singkatnya manusia tidak bisa hidup seorang diri, sudah kodratnya begitu.

Tulisan ini muncul saat saya sebagai RW mengundang warga perumahanku, untuk rapat sehubungan dengan kondisi keamanan, kegiatan gotong royong, dan permasalahan antar warga lainnya; hewan peliharan. Maklumlah, warga perumahan terdiri dari berbagai suku, keturunan, bahasa, agama, latar belakang pendidikan serta pekerjaan, dan seterusnya. Perumahan kami termasuk perumahan baru.

Saya katakan pada warga, bahwa alasan kita memilih dan membeli rumah disini sangat berbeda motif, mungkin karena harganya, mungkin karena letak perumahan, mungkin karena bentuk rumah, mungkin juga karena gabungan alasan diatas, kebanyakan punya alasan berbeda. Namun saya tambahkan ada satu alasan yang sesungguhnya sama, faktor ini menjadi pertimbangan semua warga, warga seperti mencari-cari dan mencoba menebak-nebak.

Kita semua membeli rumah disini karena adanya rumah lainnya, rumah lainnya itu adalah tetangga kita. Warga lalu terlihat pada mengangguk-angguk. Saya kira tidak ada yang mau membeli rumah disini kalau cuma satu rumah atau cuma anda sendiri, tidak ada kawan, tidak ada tetangga. Coba perhatian sekeliling perumahan kita?, ujar saya. Apa yang saya ingin sampaikan disini bahwa kita menyadari kita butuh orang lain, butuh tetangga, tetanggalah yang akan menjadi penolong pertama bagi anda. Walau ada saudara kita seorang jendral paling hebat di Jakarta tapi dia tidak bisa menolong secepat tetangga anda.

Ini saya ungkapkan karena, masih ada yang seolah tidak mau tegur sapa, tidak peduli tetangga, tidak mau tahu lingkungan, Diajak gotong-royong tak peduli, diajak rapat warga tidak mau hadir, rumah selalu tertutup rapat, dipagar habis seperti kerangkeng dan tinggi. Saya mengecam jika ada orang yang tidak mau bertetangga, seperti tidak butuh manusia lain, karena ia menyalahi kodratnya, sebagai mahluk sosial. Mari kita bertetangga, saling tegur, saling safa, saling mengetahui.

Comments

Popular posts from this blog

DARAH QURBAN SAPI UNTUK OBAT TELAPAK KAKI

Obat Gangguan Telinga.

RASA TOLONG MENOLONGNYA TINGGI