SIAPA PEDULI?.
Sebelah badan berpenampilan pria sebelahnya lagi wanita, sebagai merek dagang.
Kepedulian macam apa yang sekarang kita miliki?. Kita mau seperti apa?, orang lain mau seperti apa?, siapa yang mau peduli. Begitulah kira-kira sikap orang zaman sekarang. Mungkin itulah buah dari budaya yang disebut cuek (bukan cucu makwek lo..). Apa yang sebenarnya yang ingin saya tulis disini?.
Kepedulian macam apa yang sekarang kita miliki?. Kita mau seperti apa?, orang lain mau seperti apa?, siapa yang mau peduli. Begitulah kira-kira sikap orang zaman sekarang. Mungkin itulah buah dari budaya yang disebut cuek (bukan cucu makwek lo..). Apa yang sebenarnya yang ingin saya tulis disini?.
Coba simak disekeliling kita, lingkungan kita, atau lebih jauh coba simak di media televisi. Lalu lihat bagaimana penampilan, perilaku orang-orang disekitar kita itu atau di media televisi itu?. Orang-orang yang kita lihat berperilaku atau berpenampilan yang rada diluar kelaziman, melawan kebiasaan umum, kita tidak lagi peduli. Kita sekarang menjadi maklum kalo ada orang siang sebagai pria, malamnya menjadi seorang wanita. Penampilan seperti sudah kuno, yang paling gres adalah sebelah badanya berpenampilan pria sedang sebelah badanya lagi berpenampilan wanita, sebagai merek dagang, asyik bukan...Apakah kita protes?, atau malah ada diantara kita yang terkagum-kagum.
Apa bentuk kepedulian kita jika ada orang membawa mobil berpelat merah, milik negara. Padahal ia bukan pegawai negeri, bukan juga pegawai BUMN, pokoknya ia tidak berhak untuk membawa mobil plat merah. Namun ia membawa mobil itu sehari-hari seperti kepasar, memancing, dan kegiatan keluarga lainnya, kita menyaksikan dan mengetahui tapi kita tidak ambil peduli. Mungkin kita sudah menganggap itu hal biasa.
Bagaimana pula kalau kepala desa, berhasil memanjat istri sah orang lain, sampai melahirkan seorang anak?. Apakah kita peduli? atau kita pura-pura tidak mengetahui, atau tak ingin mengetahuinya?. Atau kita sudah maklum atas sebuah perselingkuhan?.
Sama halnya rasa maklum kita sekarang pada hubungan sejenis, pria dengan pria, wanita dengan sesama wanita, wanita bertato, wanita keluar malam. Rasa kepedulian kita semakin sempit, semakin berkurang bahkan akan terancam menghilang atas ketidaklaziman, ketidaknormalan dan ketidakwajaran. Kita sepertinya menyesuaikan atas tuntutan lingkungan, kita tidak mau direpotkan, kita cari aman dan cari selamat. Siapa peduli?, sehingga sebuah kepedulian kini menjadi langka dan mahal?. Satu-satunya kepedulian yang kita miliki adalah rasa untuk tidak peduli / ketidakpedulian itu sendiri. Makanya jika ada orang-orang punya kepedulian tinggi zaman sekarang, dapat penghargaan dan bisa diliput TV dan itu sesuatu yang sulit.
Apa bentuk kepedulian kita jika ada orang membawa mobil berpelat merah, milik negara. Padahal ia bukan pegawai negeri, bukan juga pegawai BUMN, pokoknya ia tidak berhak untuk membawa mobil plat merah. Namun ia membawa mobil itu sehari-hari seperti kepasar, memancing, dan kegiatan keluarga lainnya, kita menyaksikan dan mengetahui tapi kita tidak ambil peduli. Mungkin kita sudah menganggap itu hal biasa.
Bagaimana pula kalau kepala desa, berhasil memanjat istri sah orang lain, sampai melahirkan seorang anak?. Apakah kita peduli? atau kita pura-pura tidak mengetahui, atau tak ingin mengetahuinya?. Atau kita sudah maklum atas sebuah perselingkuhan?.
Sama halnya rasa maklum kita sekarang pada hubungan sejenis, pria dengan pria, wanita dengan sesama wanita, wanita bertato, wanita keluar malam. Rasa kepedulian kita semakin sempit, semakin berkurang bahkan akan terancam menghilang atas ketidaklaziman, ketidaknormalan dan ketidakwajaran. Kita sepertinya menyesuaikan atas tuntutan lingkungan, kita tidak mau direpotkan, kita cari aman dan cari selamat. Siapa peduli?, sehingga sebuah kepedulian kini menjadi langka dan mahal?. Satu-satunya kepedulian yang kita miliki adalah rasa untuk tidak peduli / ketidakpedulian itu sendiri. Makanya jika ada orang-orang punya kepedulian tinggi zaman sekarang, dapat penghargaan dan bisa diliput TV dan itu sesuatu yang sulit.
Comments