KECIL-KECIL MULAI BERBISNIS.
Sore Selasa tanggal 03 Mei 2011 itu sepulang dari sekolah, anakku kedua Farras Anruko yang masih duduk di kelas 3 SD, langsung laporan ke ibunya.
"Bunda, adek mau jual majalah-majalah adek". ujarnya kepada istriku.
"Kenapa mau dijual?". Ujar istriku.
"Iya, kawan-kawan adek mau beli".
"Berapa adek mau jual?".
"Seribu".
'Murah kali, mana ada majalah harganya seribu". Protes ayuknya Nabila Khansa.
"Biarin kan majalah adek, adek yang beli dari uang jajan adek, ayuk tu tak pernah beli majalah".
"Gimana caranya, tiba-tiba adek punya fikiran mau jual?". Ujar istriku.
"Ia, teman adek yang namanya Ana mau pinjam, terus adek bilang disewa aja atau beli".
"Terus kawan-kawan adek yang lain mau juga".
"Adek boleh menjual atau menyewakan majalah itu, tapi jangan terlalu murah, apalagi yang baru-baru. Kalau terbitan bulan dua kebawah boleh seribu tapi kalau terbit bulan Maret atau April harus lebih dari seribu".
"Adek sudah catat siapa-siapa kawannya yang mau beli". ujarku.
"Udah".
"Ya, bagus. itu supaya adek tau berapa orang yang beli dan berapa yang sewa serta berapa hari menyewa, cara mencatatnya misalnya, nama, nomor dan bulan terbit majalah, terus nanti kalau sudah banyak bisa bikin peraturan peminjaman, misalnya berapa hari minjam, majalah tak rusak, tak boleh hilang". Ujarku.
"Adek tak boleh menjual atau membuka-buka majalah pada jam pelajaran, nanti pak gurunya marah dan Adek tak diizinkan lagi menjual atau menyewakan majalah, kasih tau juga sama kawan-kawanya kalau mau baca majalah harus jam istrirahat atau dirumah saja". ujar istriku.
Saya dan istriku tersenyum, terharu sekalian bangga karena ia sudah mampu untuk berusaha. Ia sepertinya sudah paham bagimana secara sederhana mencari uang / bisnis. Sehabis belajar malamnya ia langsung sibuk memilih-milih majalah-majalah yang ingin ia bawa esoknya. Kamipun membantu membuatkan kolom-kolom pada buku kecil untuknya mencatatkan secara sederhana penyewaan dan penjualan majalahnya. Anakku yang kedua ini memang sangat sayang sama ibunya dan begitu peduli serta kreatif. Suatu saat pernah istriku hampir seharian baring, ia lalu menghampiri ibunya dan bertanya karena dilihatnya kurang enak badan, "Ya udah panggil aja bude tukang urut langganan bunda". Rupanya uang hasil bisnis majalah lama itu ia akan gunakan untuk membeli hadiah ulang tahun ibunya/istriku pada bulan Mei ini.
Hari ini sepulang sekolah ia segera menunjukkan uang yang ia dapat dari menjual dan menyewakan majalah-majalah lama itu sejumlah Rp 19.000,-. Dengan rincian dua orang menyewa dan lima orang membeli, sedangkan sisanya adalah panjar dari kawan-kawannya untuk membeli majalah yang ia harus bawa besok.Tampaknya bibit berbisnis sudah mulai tertanam padanya, semoga ia benar-benar menjadi pengusaha yang sukses, kaya, alim dan dermawan kelak. Amiin.
"Bunda, adek mau jual majalah-majalah adek". ujarnya kepada istriku.
"Kenapa mau dijual?". Ujar istriku.
"Iya, kawan-kawan adek mau beli".
"Berapa adek mau jual?".
"Seribu".
'Murah kali, mana ada majalah harganya seribu". Protes ayuknya Nabila Khansa.
"Biarin kan majalah adek, adek yang beli dari uang jajan adek, ayuk tu tak pernah beli majalah".
"Gimana caranya, tiba-tiba adek punya fikiran mau jual?". Ujar istriku.
"Ia, teman adek yang namanya Ana mau pinjam, terus adek bilang disewa aja atau beli".
"Terus kawan-kawan adek yang lain mau juga".
"Adek boleh menjual atau menyewakan majalah itu, tapi jangan terlalu murah, apalagi yang baru-baru. Kalau terbitan bulan dua kebawah boleh seribu tapi kalau terbit bulan Maret atau April harus lebih dari seribu".
"Adek sudah catat siapa-siapa kawannya yang mau beli". ujarku.
"Udah".
"Ya, bagus. itu supaya adek tau berapa orang yang beli dan berapa yang sewa serta berapa hari menyewa, cara mencatatnya misalnya, nama, nomor dan bulan terbit majalah, terus nanti kalau sudah banyak bisa bikin peraturan peminjaman, misalnya berapa hari minjam, majalah tak rusak, tak boleh hilang". Ujarku.
"Adek tak boleh menjual atau membuka-buka majalah pada jam pelajaran, nanti pak gurunya marah dan Adek tak diizinkan lagi menjual atau menyewakan majalah, kasih tau juga sama kawan-kawanya kalau mau baca majalah harus jam istrirahat atau dirumah saja". ujar istriku.
Saya dan istriku tersenyum, terharu sekalian bangga karena ia sudah mampu untuk berusaha. Ia sepertinya sudah paham bagimana secara sederhana mencari uang / bisnis. Sehabis belajar malamnya ia langsung sibuk memilih-milih majalah-majalah yang ingin ia bawa esoknya. Kamipun membantu membuatkan kolom-kolom pada buku kecil untuknya mencatatkan secara sederhana penyewaan dan penjualan majalahnya. Anakku yang kedua ini memang sangat sayang sama ibunya dan begitu peduli serta kreatif. Suatu saat pernah istriku hampir seharian baring, ia lalu menghampiri ibunya dan bertanya karena dilihatnya kurang enak badan, "Ya udah panggil aja bude tukang urut langganan bunda". Rupanya uang hasil bisnis majalah lama itu ia akan gunakan untuk membeli hadiah ulang tahun ibunya/istriku pada bulan Mei ini.
Hari ini sepulang sekolah ia segera menunjukkan uang yang ia dapat dari menjual dan menyewakan majalah-majalah lama itu sejumlah Rp 19.000,-. Dengan rincian dua orang menyewa dan lima orang membeli, sedangkan sisanya adalah panjar dari kawan-kawannya untuk membeli majalah yang ia harus bawa besok.Tampaknya bibit berbisnis sudah mulai tertanam padanya, semoga ia benar-benar menjadi pengusaha yang sukses, kaya, alim dan dermawan kelak. Amiin.
Comments