JAIM Alias Jaga Imej.
Awal Maret 2011 lalu seorang teman lama SMA, datang dari Aceh-tulisan terkait diblog saya dengan judul REUNI KECIL DAN IKAN KAYU awal Maret lalu. Setelah kembali ke Aceh beberapa minggu kemudian teman saya itu menelpon saya. Lalu terjadilah percakapan sebagai berikut:
“Halo” ujar saya.
“Gimana kabar Bi?”.
“Baik!”.
“Belum pulang Bi”.
“Ya ini entar lagi”. Kebetulan waktu hampir mendekati pukul 5 sore.
“Jadi ini udah mau pulang?”.
“Oh…tak apa-apa, kita boleh, lanjut ngobrol”.
“Bi, kamu sekarang sudah lain, JAIM kayaknya”.
“Apa maksudnya”.
“Ya bedalah kayak dulu di SMA, yang agak bebas gitu, sekarang kamu seperti sudah berubah”.
“Perubahan itu kan hal biasa bahkan harus, apalagi untuk menuju yang lebih baik”.
“Tak lah waktu kita ketemu di Batam kemaren tu, kamu sepertinya berubah betul”.
“Ah..tak juga..saya tidak terlalu berubah. Kamu tahu Syamsul/Amy kan, dialah yang hingga kini masih terus berhubungan dengan saya, saya kira dialah yang paling tahu saya, saya tak terlalu berubah”.
“Oh…jadi dia yang paling tahu”.
“Maksud saya, dia tahu saya tidaklah seperti kata kamu itu”.
Begitulah kita. Kita sering kali menganggap sahabat lama kita sudah berubah, tidak seperti dulu lagi. Kita seperti tak sadar ingin melihat sahabat kita seperti dulu atau melupakan bahwa perubahan memang harus terjadi, bahkan perubahan itulah yang pasti. Kenapa begitu, karena ingatan kita cuma terpaku pada masa lalu, otak kita hanya mengingat keadaan masa lalu, maka kalimat yang muncul dari mulut kita dan apa yang diingat oleh otak kita tentang sahabat lama kita hanya tentang masa lalu. Sahabat lama kita yang kita ingat, bebas, ceria, bocor, humoris, pendiam dan seterusnya. Lalu ketika bertemu lagi setelah sekian lama hal itu pulalah yang tergambar. Tapi mengingat masa lalu itu memang indah.
Padahal kehidupan akan membuat manusia berubah, bahkan memang harus berubah baik secara fisik maupun perilaku / mental. Secara fisik perubahan terjadi bisa pada rambut yang tidak hitam lagi atau rambutnya sudah enggan tumbuh lagi, wajah tidak kencang lagi, berdiri tidak tegak, kekar dan tegap lagi maksudnya perutnya buncit gitu…, perilaku mungkin lebih baik atau lebih buruk.
Teman saya menyebut, saya jaim tentu saja karena ia hanya mengingat saya waktu SMA agak bocor kali, ceria dan sedikit konyol. Perubahan tentu pasti terjadi dalam 24 tahun setelah kami tidak bertemu. Tentu saja kita berharap semua perubahan perilaku harus menuju pada perilaku yang lebih positif, dan baik.
“Halo” ujar saya.
“Gimana kabar Bi?”.
“Baik!”.
“Belum pulang Bi”.
“Ya ini entar lagi”. Kebetulan waktu hampir mendekati pukul 5 sore.
“Jadi ini udah mau pulang?”.
“Oh…tak apa-apa, kita boleh, lanjut ngobrol”.
“Bi, kamu sekarang sudah lain, JAIM kayaknya”.
“Apa maksudnya”.
“Ya bedalah kayak dulu di SMA, yang agak bebas gitu, sekarang kamu seperti sudah berubah”.
“Perubahan itu kan hal biasa bahkan harus, apalagi untuk menuju yang lebih baik”.
“Tak lah waktu kita ketemu di Batam kemaren tu, kamu sepertinya berubah betul”.
“Ah..tak juga..saya tidak terlalu berubah. Kamu tahu Syamsul/Amy kan, dialah yang hingga kini masih terus berhubungan dengan saya, saya kira dialah yang paling tahu saya, saya tak terlalu berubah”.
“Oh…jadi dia yang paling tahu”.
“Maksud saya, dia tahu saya tidaklah seperti kata kamu itu”.
Begitulah kita. Kita sering kali menganggap sahabat lama kita sudah berubah, tidak seperti dulu lagi. Kita seperti tak sadar ingin melihat sahabat kita seperti dulu atau melupakan bahwa perubahan memang harus terjadi, bahkan perubahan itulah yang pasti. Kenapa begitu, karena ingatan kita cuma terpaku pada masa lalu, otak kita hanya mengingat keadaan masa lalu, maka kalimat yang muncul dari mulut kita dan apa yang diingat oleh otak kita tentang sahabat lama kita hanya tentang masa lalu. Sahabat lama kita yang kita ingat, bebas, ceria, bocor, humoris, pendiam dan seterusnya. Lalu ketika bertemu lagi setelah sekian lama hal itu pulalah yang tergambar. Tapi mengingat masa lalu itu memang indah.
Padahal kehidupan akan membuat manusia berubah, bahkan memang harus berubah baik secara fisik maupun perilaku / mental. Secara fisik perubahan terjadi bisa pada rambut yang tidak hitam lagi atau rambutnya sudah enggan tumbuh lagi, wajah tidak kencang lagi, berdiri tidak tegak, kekar dan tegap lagi maksudnya perutnya buncit gitu…, perilaku mungkin lebih baik atau lebih buruk.
Teman saya menyebut, saya jaim tentu saja karena ia hanya mengingat saya waktu SMA agak bocor kali, ceria dan sedikit konyol. Perubahan tentu pasti terjadi dalam 24 tahun setelah kami tidak bertemu. Tentu saja kita berharap semua perubahan perilaku harus menuju pada perilaku yang lebih positif, dan baik.
Comments