MEWASPADAI IKLAN3.

Iklan Telepon yang “Menyesatkan?”
Iklan telepon dimedia masa termasuk yang paling gencar, propaganda iklan dilakukan sangat kreatif, termasuk memasang artis yang lagi naik daun (ulat bulu ya..), sesama operator seperti XL, Telkomsel, AXIS dan Mobile 8, berlomba menggaet konsumen terutama kaum muda dan pengguna telepon baru. Akibat persaingan yang begitu ketat itu mereka seolah memberlakukan tarif Rp 0,-(sama dengan tidak ada tarif/tanpa tarif/nol). Benarkah itu?, masuk akalkah itu?....
Ah…logika bisnis manapun atau dagang apapun tidak akan ada yang memberlakukan 0 (nol) rupiah alias tidak ada tarif / tidak ada harga untuk barang atau produk jasa yang diperjualbelikan. Simaklah apa kata ketua Indonesia Telecommunication Users Group (IDTUG) Nurul Yakin, “tarif Rp0 sebenarnya sama sekali tidak ada. Operator akan mengeruk sebanyak-banyaknya pulsa dari pelanggan sebelum pemberlakuan tarif gratis”. Tarif interkoneksi antar seluler lokal adalah Rp251 per menit, sementara untuk interkoneksi antar seluler interlokal adalah Rp461 per menit.
Telkomsel menawarkan tarif Rp 0 untuk 30 detik pertama. Setelah 30 detik habis, pelanggan akan dikenai tarif Rp 10 per 30 detik berikutnya untuk waktu menelepen pada pukul 00.00 hingga 16.59. Axis juga meluncurkan layanan telepon Rp0 per menit ke semua operator setelah pemakaian minimum Rp100, serta mobile 8 yang mengiklankan Gratis selamanya, benar-benar menyesatkan.
Bisa jadi memang diberlakukan 0 (nol) tarif, tapi sesungguhnya bisa jadi juga pengguna telepon dikenakan biaya / ongkos gila-gilaan, berlipat-lipat sesudah waktu 0 (nol) tarif usai diberlakukan. Jangan terlalu berharap pemerintah menindak operator telepon nakal, yang sudah jelas tidak baik bagi pengguna rokok dan perokok pasif iklan rokok masih ada, pemerintah susahnya untuk bisa bertindak, KITAlah yang wajib WASPADA dan BIJAK dalam memilih, sehingga tidak menjadi korban iklan.

Comments

Popular posts from this blog

DARAH QURBAN SAPI UNTUK OBAT TELAPAK KAKI

Obat Gangguan Telinga.

KERAJAAN SRIWIJAYA; Minimnya Informasi.