Bisakah Kita Seperti Mereka?
Kalau bukan kita siapa lagi?
Ketika penulis waktu masih lajang, dan menetap di Batam beberapa tahun yang lalu, sempat juga melakukan kunjungan dengan rekan-rekan ke tempat ibadahnya Umat Budha di Penuin, lalu di Tanjung Pinang di tengah kota dan di Senggarang. Tempat-tempat itu memang secara tataletak, warna, arsitekturnya, sangat indah, menarik, dan sangat terawat dengan baik tak jarang pula orang-orang yang datang terkagum-kagum. Penulispun tak menyadari juga turut menikmati keindahan hasil pengelolaan, dan kreativitas manusia itu, sampai-sampai penulis beberapa kali ikut-ikutan melakukan kunjungan ke tempat-tempat tersebut. Lalu apanya yang lebih menarik untuk diceritakan / dibahas dalam tulisan ini. Pernahkan kita berfikir siapakah pengunjung terbesar tempat-tempat itu, bagaimanakah para pengelola merawatnya?, dari mana pula sumber biaya untuk perawatan?. Pernahkan kita menyadari apakah kita turut menyumbang?. Penulis tidak bermaksud menuding dan membuat teori atau strategi jitu, namun ingin mengajak kita khususnya umat Islam berupaya lebih baik, minimal meniru cara-cara baik mereka.
Data persis jumlah pengunjung tempat-tempat tersebut sulit didapat secara akurat, tentu saja para pengelolanya akan mengklaim pengunjung terbesarnya adalah umat Budha, atau saudara kita dari keturunan China, tapi coba lihat dan bandingkan lebih teliti pengunjung pada hari libur, kita akan sedikit tercengang, karena ternyata banyak juga kaum muslimin dan muslimat yang datang kesana dan tidak sedikit pula yang mengaku sudah beberapa kali. Lalu apa salahnya mereka berkunjung dan berkali-kali pula?. Tak ada yang salah, tapi apakah hal itu juga kita lakukan untuk tempat ibadah/mesjid?. Penulis jadi teringat ketika sebuah email masuk ke alamat penulis beberapa waktu yang lalu. Disana dengan jelas digambarkan bagaimana negara Israel itu mendapatkan keuangan atau dana bagi negaranya. Israel begitu kaya, kuat dan bisa "mendikte" negara seperti Amerika sedangkan negara Israel tidak memiliki sumber daya alam yang kaya seperti negara kita, rakyat Israel juga sedikit, jauh dibanding rakyat kita. Begitu juga kaya dan suksesnya sebuah negara kecil yang bernama Vatican, dari mana dananya yang begitu banyak?, dan mampu membangun gereja-gereja besar dan megah diberbagai tempat.
Ternyata hampir semua produk terkenal didunia ini, seperti makanan, minuman, rokok, pakaian, alat kosmetik, farfum, hotel, bank, media masa, jasa pengiriman dan lainnya. Israel mampu membuat konsep, jika kita membeli atau memakai produk / jasa tersebut, beberapa persen dari harga dan keuntungannya adalah untuk disumbangkan ke negara Israel. Produk atau jasa itu sudah sangat mendunia, dengan mudah kita dapatkan dan kita juga ternyata pemakai, penikmat setianya, yang artinya kita adalah ikut mendanai negara Israel dengan setia. Begitulah cara negara Israel menggali dana untuk negaranya, jenius kan?, Tanpa kita sadari bukan!. Israel melakukan itu bukan tanpa persiapan, namun itu dilakukan dengan sangat matang, kemasan menarik, indah, bermutu, tangguh, nyaman, bertenaga serta terpercaya. Hal itu juga kira-kira beberapa tempat ibadah kaum Budha lakukan. Bukankah dengan membeli pakan untuk diberikan pada ikan-ikan dikolam disenggarang, berarti ikut menyumbangkan dana?.
Nah untuk kasus diawal tulisan ini, penulis sungguh tak menuding. Penulis hanya ingin kita membuka cakrawala kesadaran kita yang positif, bisakah mesjid atau tempat-tempat ibadah umat Islam, tempat pendidikan islam lainnya melakukan pengelolaan secara baik, modern dan tentu halal. Bisakah sesama pengurus menghentikan adu argumen, adu suara paling lantang / paling keras. Bisakah kita menghentikan keributan sesama umat islam, untuk bahu-membahu, saling percaya, saling asah-asih untuk memakmurkan, untuk berkerja, untuk membangun niat baik bersama, tenaga, daya tarik, keindahan, mutu, ketangguhan, kenyamanan, serta kepercayaan. Muara dari itu adalah mesjid atau tempat-tempat ibadah umat Islam, tempat pendidikan islam dikunjungi untuk dihidupkan, dimakmurkan dan didanai banyak orang tidak saja oleh kaum muslimin dan muslimat tapi juga diluar Islam. Lucukan kalo orang Islam tidak tertarik ketempat ibadahnya sendiri, tapi malah tertarik ketempat ibadah orang lain bangga dan malah ikut nyumbang.
Kolubi Arman
Ketika penulis waktu masih lajang, dan menetap di Batam beberapa tahun yang lalu, sempat juga melakukan kunjungan dengan rekan-rekan ke tempat ibadahnya Umat Budha di Penuin, lalu di Tanjung Pinang di tengah kota dan di Senggarang. Tempat-tempat itu memang secara tataletak, warna, arsitekturnya, sangat indah, menarik, dan sangat terawat dengan baik tak jarang pula orang-orang yang datang terkagum-kagum. Penulispun tak menyadari juga turut menikmati keindahan hasil pengelolaan, dan kreativitas manusia itu, sampai-sampai penulis beberapa kali ikut-ikutan melakukan kunjungan ke tempat-tempat tersebut. Lalu apanya yang lebih menarik untuk diceritakan / dibahas dalam tulisan ini. Pernahkan kita berfikir siapakah pengunjung terbesar tempat-tempat itu, bagaimanakah para pengelola merawatnya?, dari mana pula sumber biaya untuk perawatan?. Pernahkan kita menyadari apakah kita turut menyumbang?. Penulis tidak bermaksud menuding dan membuat teori atau strategi jitu, namun ingin mengajak kita khususnya umat Islam berupaya lebih baik, minimal meniru cara-cara baik mereka.
Data persis jumlah pengunjung tempat-tempat tersebut sulit didapat secara akurat, tentu saja para pengelolanya akan mengklaim pengunjung terbesarnya adalah umat Budha, atau saudara kita dari keturunan China, tapi coba lihat dan bandingkan lebih teliti pengunjung pada hari libur, kita akan sedikit tercengang, karena ternyata banyak juga kaum muslimin dan muslimat yang datang kesana dan tidak sedikit pula yang mengaku sudah beberapa kali. Lalu apa salahnya mereka berkunjung dan berkali-kali pula?. Tak ada yang salah, tapi apakah hal itu juga kita lakukan untuk tempat ibadah/mesjid?. Penulis jadi teringat ketika sebuah email masuk ke alamat penulis beberapa waktu yang lalu. Disana dengan jelas digambarkan bagaimana negara Israel itu mendapatkan keuangan atau dana bagi negaranya. Israel begitu kaya, kuat dan bisa "mendikte" negara seperti Amerika sedangkan negara Israel tidak memiliki sumber daya alam yang kaya seperti negara kita, rakyat Israel juga sedikit, jauh dibanding rakyat kita. Begitu juga kaya dan suksesnya sebuah negara kecil yang bernama Vatican, dari mana dananya yang begitu banyak?, dan mampu membangun gereja-gereja besar dan megah diberbagai tempat.
Ternyata hampir semua produk terkenal didunia ini, seperti makanan, minuman, rokok, pakaian, alat kosmetik, farfum, hotel, bank, media masa, jasa pengiriman dan lainnya. Israel mampu membuat konsep, jika kita membeli atau memakai produk / jasa tersebut, beberapa persen dari harga dan keuntungannya adalah untuk disumbangkan ke negara Israel. Produk atau jasa itu sudah sangat mendunia, dengan mudah kita dapatkan dan kita juga ternyata pemakai, penikmat setianya, yang artinya kita adalah ikut mendanai negara Israel dengan setia. Begitulah cara negara Israel menggali dana untuk negaranya, jenius kan?, Tanpa kita sadari bukan!. Israel melakukan itu bukan tanpa persiapan, namun itu dilakukan dengan sangat matang, kemasan menarik, indah, bermutu, tangguh, nyaman, bertenaga serta terpercaya. Hal itu juga kira-kira beberapa tempat ibadah kaum Budha lakukan. Bukankah dengan membeli pakan untuk diberikan pada ikan-ikan dikolam disenggarang, berarti ikut menyumbangkan dana?.
Nah untuk kasus diawal tulisan ini, penulis sungguh tak menuding. Penulis hanya ingin kita membuka cakrawala kesadaran kita yang positif, bisakah mesjid atau tempat-tempat ibadah umat Islam, tempat pendidikan islam lainnya melakukan pengelolaan secara baik, modern dan tentu halal. Bisakah sesama pengurus menghentikan adu argumen, adu suara paling lantang / paling keras. Bisakah kita menghentikan keributan sesama umat islam, untuk bahu-membahu, saling percaya, saling asah-asih untuk memakmurkan, untuk berkerja, untuk membangun niat baik bersama, tenaga, daya tarik, keindahan, mutu, ketangguhan, kenyamanan, serta kepercayaan. Muara dari itu adalah mesjid atau tempat-tempat ibadah umat Islam, tempat pendidikan islam dikunjungi untuk dihidupkan, dimakmurkan dan didanai banyak orang tidak saja oleh kaum muslimin dan muslimat tapi juga diluar Islam. Lucukan kalo orang Islam tidak tertarik ketempat ibadahnya sendiri, tapi malah tertarik ketempat ibadah orang lain bangga dan malah ikut nyumbang.
Kolubi Arman
Comments