Bis dan Restoran
Untung berlipat dari penumpang
Dalam dunia pemasaran sah-sah saja perusahaan melakukan berbagai cara untuk mempertahankan pendapatan dan atau meningkatkan pendapatan. Perusahaan besar maupun kecil akan melakukannya dengan acara apapun. Begitu juga ketika sebuah maskapai penerbangan melakukan upaya dengan membuat program tiket penerbangan super murah.
Saya jadi teringat betul tahun 1980-an dan tahun 1990-an, ketika sering melakukan perjalanan di lintas Sumatera. Bis yang kita tumpangi itu akan berhenti di sebuah restoran yang sama di daerah tertentu. Berhenti dimaksudkan sebagai upaya istirahat para awak bis untuk meregangkan otot-otot yang terasa kaku dan sekaligus upaya untuk mengisi perut yang sudah mulai menjerit agar diisi. Bis berhenti bahkan tak jarang jauh dari pemukiman, ditengah-tengah hutan yang dingin berhawa segar.
Saya sering perhatikan para awak bis itu akan makan pada ruang terpisah, dan cara pelayanan yang sedikit berbeda dengan para penumpang, makanannyapun sesuai selera awak bis (bahkan kamar mandinyapun ada yang berbeda dengan penumpang) dan setelah makan langsung meninggalkan restoran tanpa bayar.
Menjadi tanda tanya saya ketika itu mengapa demikian perlakuan terhadap para awak bis itu dan mengapa pula tak pernah bayar. Selidik punya selidik, ternyata pihak bis dan pihak restoran rupanya telah melakukan upaya runding. Singkat cerita hasil rundingnya sebagai berikut; Bila awak bis istirahat dan makan direstoran dengan membawa penumpang, pelayanan pada mereka akan berbeda dan makan tak usah bayar.
Namun pihak restoran tidak akan begitu saja kehilangan keuntungan, atau menyia-nyiakan kesempatan untuk meraup keuntungan, dengan kebijakan pelayanan berbeda dan tanpa bayar pihak awak bis tetap mampu meraup keuntungan. Peluangnya adalah pada penumpang yang makan direstoran.Secara tanpa sadar penumpang yang makan telah diberi beban tambahan, yaitu ikut membayarkan pelayanan dan makan para awak bis. Itulah peluang besar restoran untuk tetap mengambil keuntungan. Lagian penumpang biasanya tak akan pernah mengetahui secara pasti harga-harga menu makanan di restoran yang jauh dari keramaian itu, dan penumpangpun tak memperdulikan hal itu, kalaupun terasa agak mahal akan dianggap wajar.
KOLUBI ARMAN
Dalam dunia pemasaran sah-sah saja perusahaan melakukan berbagai cara untuk mempertahankan pendapatan dan atau meningkatkan pendapatan. Perusahaan besar maupun kecil akan melakukannya dengan acara apapun. Begitu juga ketika sebuah maskapai penerbangan melakukan upaya dengan membuat program tiket penerbangan super murah.
Saya jadi teringat betul tahun 1980-an dan tahun 1990-an, ketika sering melakukan perjalanan di lintas Sumatera. Bis yang kita tumpangi itu akan berhenti di sebuah restoran yang sama di daerah tertentu. Berhenti dimaksudkan sebagai upaya istirahat para awak bis untuk meregangkan otot-otot yang terasa kaku dan sekaligus upaya untuk mengisi perut yang sudah mulai menjerit agar diisi. Bis berhenti bahkan tak jarang jauh dari pemukiman, ditengah-tengah hutan yang dingin berhawa segar.
Saya sering perhatikan para awak bis itu akan makan pada ruang terpisah, dan cara pelayanan yang sedikit berbeda dengan para penumpang, makanannyapun sesuai selera awak bis (bahkan kamar mandinyapun ada yang berbeda dengan penumpang) dan setelah makan langsung meninggalkan restoran tanpa bayar.
Menjadi tanda tanya saya ketika itu mengapa demikian perlakuan terhadap para awak bis itu dan mengapa pula tak pernah bayar. Selidik punya selidik, ternyata pihak bis dan pihak restoran rupanya telah melakukan upaya runding. Singkat cerita hasil rundingnya sebagai berikut; Bila awak bis istirahat dan makan direstoran dengan membawa penumpang, pelayanan pada mereka akan berbeda dan makan tak usah bayar.
Namun pihak restoran tidak akan begitu saja kehilangan keuntungan, atau menyia-nyiakan kesempatan untuk meraup keuntungan, dengan kebijakan pelayanan berbeda dan tanpa bayar pihak awak bis tetap mampu meraup keuntungan. Peluangnya adalah pada penumpang yang makan direstoran.Secara tanpa sadar penumpang yang makan telah diberi beban tambahan, yaitu ikut membayarkan pelayanan dan makan para awak bis. Itulah peluang besar restoran untuk tetap mengambil keuntungan. Lagian penumpang biasanya tak akan pernah mengetahui secara pasti harga-harga menu makanan di restoran yang jauh dari keramaian itu, dan penumpangpun tak memperdulikan hal itu, kalaupun terasa agak mahal akan dianggap wajar.
KOLUBI ARMAN
Comments