Panggilan Anak Untuk ORTU Ada Kelas Sosialnya.
Panggilan anak kepada orangtua ternyata ada kelas sosialnya, atau setidaknya harus dicocokkan. Percaya atau tidak percaya seorang anak memanggil orangtua lelaki dan orangtua kandung wanita tidak boleh sembarangan, bisa malu atau bahkan memalukan, panggilan itu mengikut strata sosial.
Lalu dimana letak panggilan yang mengikut kelas sosial. Simak berikut; jika anda seorang kaya raya, memiliki jabatan mentereng, rumah mewah atau pernah menetap di luar angkasa...maksudnya luar negeri panggilan yang cocok adalah, papi/mami, dad/mom. Tapi (maaf) kalau pak tani, pemulung, tukang loak, kuli bangunan, gak kebayang jika anak-anaknya memanggil papi / mami, dad/mom, tak cocok alias tak sesuai kelas sosialnya.
Kalau orangtuanya seorang alim ulama, aktifis pesantren atau mesjid, atau tempat tinggalnya berhampiran dengan pesantren maka lumrah jika anak-anaknya memanggil abah / umi untuk kedua orangtuanya. Namun kalau anda adalah orang-orang biasa cocok dipanggil ayah/ibu, papa/mama, abah/umi.
Tanpa disadari panggilan anak untuk kedua orangtuanya mengikuti kelas sosial dalam masyarakat, dan kita memang menyukai adanya kelas sosial itu, kita menyukai hal-hal / sesuatu yang berbeda dan berkelas termasuk panggilan. Dan kita seringkali merasa tersanjung karena kelas kita lebih tinggi dari yang lain, sehingga panggilan saja harus ikut kelas sosial. Kita lupa asal kita.
Kalau orangtuanya seorang alim ulama, aktifis pesantren atau mesjid, atau tempat tinggalnya berhampiran dengan pesantren maka lumrah jika anak-anaknya memanggil abah / umi untuk kedua orangtuanya. Namun kalau anda adalah orang-orang biasa cocok dipanggil ayah/ibu, papa/mama, abah/umi.
Tanpa disadari panggilan anak untuk kedua orangtuanya mengikuti kelas sosial dalam masyarakat, dan kita memang menyukai adanya kelas sosial itu, kita menyukai hal-hal / sesuatu yang berbeda dan berkelas termasuk panggilan. Dan kita seringkali merasa tersanjung karena kelas kita lebih tinggi dari yang lain, sehingga panggilan saja harus ikut kelas sosial. Kita lupa asal kita.
Comments