TERUSIKNYA RASA BANGGA KEINDONESIAAN
Kawasan Industri Batamindo sejak berdiri sekitar pertengahan tahun 90-an sudah dan selalu melaksanakan upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia. Tahun inipun tetap dilasanakan, setiap perusahaan yang beroperasi di kawasan Industri Batamindo diundang. Aku kebetulan mewakili perusahaan untuk menghadiri upacara Bendera itu dan entah kenapa setiap mengikuti upacara bendera dan diperdengarkan lagu Indonesia Raya, aku selalu terharu agak merinding juga. Pesertanya adalah karyawan (umumnya operator) dari setiap perusahaan yang jumlahnya sudah ditentukan berdasarkan jumlah total karyawan dari masing-masing perusahaan.
Ketika undangan itu sampai aku coba mengajak staff-staff yang lain untuk ikut, ternyata dugaanku sungguh tidak meleset, mereka menolak semua. Ada yang beralasan bulan puasa, ada yang menyebut apa istimewanya ikut upacara, ada yang bilang apa bedanya dengan tahun-tahun sebelumnya, bahkan ada yang sebut hari gini masih upacara!. Sebetulnya aku juga keberatan tapi tak ada yang lain bersedia dan juga untuk menghormati saja.
Dulu aku waktu masih sekolah memang bangga ikut upacara bendera, apalagi kalau ditambah tidak belajar. Tapi kenapa sekarang semacam menjadi beban dan rasa bangga ikut upacara telah sirna. Saya yakin setiap perusahaan juga menemukan kendala-kendala mengirim peserta upacara, ada karyawan yang bertanya dihitung lembur atau tidak (maksudnya dibayar atau tidak ikut upacara). Kenapa orang jadi malas dan tidak bangga?.
Tahun ini memang kurang marak dan meriah acara peringatan HUT RI, biasanya setiap media melaporkan kemeriahaannya dari Sabang sampai Merauke. Apa karena tahun ini bertepatan dengan bulan puasa, sehingga tidak begitu meriah. Kalau kita simak simak perlombaan atau acara-acara dalam rangka HUT RI dari tahun ketahun itu-itu saja, baik dari tingkat RT hingga ke tingkat pusat. Akhirnya menimbulkan kebosanan dan tidak bangga; makan krupuk, panjat pinang, main bola bencong (pemain berpakaian daster) dan sebagainya, katanya untuk menggali semangat perjuangan para pejuang namun tahukah anda asal muasal panjat piang itu. Konon dulu petinggi-petinggi penjajah Belanda dalam menghibur diri mereka dan keluarga, maka mereka menggantung makanan atau pakaian setelah itu rakyat kita yang pada miskin dan lapar disuruh memperebutkannya. Penjajah Belanda tertawa melihat tingkah laku orang kita yang pada berebut apa yang digantung itu, tentu saja menderita bahkan ada yang mati, dan terhiburlah Belanda (Londo-Londo) itu.
HUT RI dari tahun ketahun menoton seperti itu membuat terusiknya rasa kebanggan terhadap Indonesia, ditambah lagi jika kita menyimak media masa tidak ada yang bisa membanggakan sebagai bangsa Indonesia. Dimana-mana rusuh, konser musik , nonton olah raga, sepak bola, gas meledak dimana-mana (cara jitu mengurangi penduduk & kemiskinan?), korupsi tambah menggila, harga-harga naik selalu diangap wajar dan biar diangap kerja diadakan sidak pasar, tapi tak pernah ada solusi yang tepat. Malaysia bolak balik mempermainkan kita, tapi Negara ini sepertinya lambat, loyo dan tidak ada ketegasan. Prestasi apa yang membanggakan kita. Anak bangsa ini telah banyak pula yang juara Olimpiade; fisika, matematekia, IPA, robot, sebetulnya bukan seberapa banyak tapi bagaimana setelah itu, (bagaimana masa depan mereka-jangan sampai terulang di bajak negara tetangga lagi). Sungguh sulit menemukan hal-hal yang membanggakan sekarang ini, bisakah HUT RI jadi momen yang membanggakan?. Semakin berumur Indonesia, seharusnya kita semakin bangga.
Comments