MEMBELI TAMPILAN DAN GENGSI.
Apa yang terfikir oleh anda, ketika ada puluhan orang pingsan alias tak sadarkan diri akibat antri untuk mendapatkan sebuah produk bernama blackberry bellagio, Iphone seri terbaru. Hanya gara-gara iming-iming setengah harga produk baru itu, ribuan manusia rela antri untuk mendapatkannya, padahal blackberry yang setengah harga mungkin hanya seratus buah saja. Juga hanya ingin menjadi orang pertama memiliki alat terbaru.
Sulit dipahami mengapa ribuan manusia rela antri, rela kepanasan, rela berdesakan dan rela kelelahan. Bila kita simak sebetulnya ribuan manusia yang rela antri itu bukan tak memiliki alat komunikasi (baca handphone/HP), bahkan mungkin sudah memiliki produk serupa, maksud saya sama-sama blackberry atau bahkan iphone atau yang lainnya. Tapi sekali lagi mengapa dan untuk apa mereka melakukan itu?.
Jika mereka sudah memiliki alat komunikasi (HP), sebetulnya mereka bisa disebut tak lagi memahami antara 'KEINGINAN' dan 'KEBUTUHAN'. Keinginan seringkali sesuatu yang tidak berkaitan dengan kebutuhan, tapi kebutuhan adalah sesuatu yang harus kita penuhi dan itu umumnya keinginan semua orang. Saya ingin ini dan itu, saya punya jam tangan tapi masih ingin jam tangan lain yang bermerek, lebih bagus dan mungkin ingin yang lebih tipis / tebal. Jam tangan yang kedua dan seterusnya bukan lagi kebutuhan tapi lebih pada keinginan-keinginan yang lebih dekat kepada pola konsumtif.
Jika kebutuhan sudah terpenuhi lalu anda masih ingin memiliki yang lain padahal yang anda inginkan itu serupa dan sama manfaatnya, maka konsumtif itu lebih mengarah pada mengutamakan 'tampilan dan gengsi'. Anda bangga dan merasa terhormat karena tampilan dan gengsi itu. Sekarang tidak jarang orang membeli jam bukan sekadar untuk mengetahui waktu, tapi yang kita beli dari sebuah jam adalah tampilan dan gengsi, memiliki jam bermerek dan mahal tentu adalah sebuah tampilan mewah dan penuh gengsi. Itu pula yang dilakukan ribuan manusia yang rela antri untuk blackberry bellagio terbaru itu.
Begitu juga pembelian untuk produk-produk lainnya seperti; sepatu, baju, celana, kacamata, cincin, parfum, saputangan, dompet, tas, masih banyak lagi termasuk olahraga yang anda geluti. Kini kita tak mengutamakan manfaat produk, tujuan produk tapi kita sekarang membeli TAMPILAN DAN GENGSI. Tampilan dan Gengsi adalah gaya hidup, kita tidak peduli lagi, sehingga demi tampilan dan demi gengsi kita sering kali tertipu dan bahkan rela menderita. Semoga bermanfaat, amiiin.
Jika mereka sudah memiliki alat komunikasi (HP), sebetulnya mereka bisa disebut tak lagi memahami antara 'KEINGINAN' dan 'KEBUTUHAN'. Keinginan seringkali sesuatu yang tidak berkaitan dengan kebutuhan, tapi kebutuhan adalah sesuatu yang harus kita penuhi dan itu umumnya keinginan semua orang. Saya ingin ini dan itu, saya punya jam tangan tapi masih ingin jam tangan lain yang bermerek, lebih bagus dan mungkin ingin yang lebih tipis / tebal. Jam tangan yang kedua dan seterusnya bukan lagi kebutuhan tapi lebih pada keinginan-keinginan yang lebih dekat kepada pola konsumtif.
Jika kebutuhan sudah terpenuhi lalu anda masih ingin memiliki yang lain padahal yang anda inginkan itu serupa dan sama manfaatnya, maka konsumtif itu lebih mengarah pada mengutamakan 'tampilan dan gengsi'. Anda bangga dan merasa terhormat karena tampilan dan gengsi itu. Sekarang tidak jarang orang membeli jam bukan sekadar untuk mengetahui waktu, tapi yang kita beli dari sebuah jam adalah tampilan dan gengsi, memiliki jam bermerek dan mahal tentu adalah sebuah tampilan mewah dan penuh gengsi. Itu pula yang dilakukan ribuan manusia yang rela antri untuk blackberry bellagio terbaru itu.
Begitu juga pembelian untuk produk-produk lainnya seperti; sepatu, baju, celana, kacamata, cincin, parfum, saputangan, dompet, tas, masih banyak lagi termasuk olahraga yang anda geluti. Kini kita tak mengutamakan manfaat produk, tujuan produk tapi kita sekarang membeli TAMPILAN DAN GENGSI. Tampilan dan Gengsi adalah gaya hidup, kita tidak peduli lagi, sehingga demi tampilan dan demi gengsi kita sering kali tertipu dan bahkan rela menderita. Semoga bermanfaat, amiiin.
Comments