CARA JITU AGAR TAK MABUK DURIAN.
Sekarang, di provinsi Kepulauan Riau; Batam, Bintan, Karimun, Tanjung Batu, Lingga, Daek lagi musim durian. Aku salah seorang penggemar durian, pun tak ketinggalan ikut menikmati, walau hanya sedikit saja, maklum karena harga durian di Batam itu sangat mahal, pakai ditimbang pula tu. Terus juga harus mulai dikurangi karena faktor usia dan pertimbangan kesehatan. Yak tak sedapnya lagi... durian-durian yang sudah merekah kulitnya, masih dijual. Kalau di Sumatera Selatan, Aceh, mungkin ditempat lainnya, itu sudah tak laku lagi.
Teringat tahun 70-an, masa kecil di dusun dulu, kalau lagi musim durian, biasanya awal-awal tahun; February, Maret dan April. Mamakku, abangku Wahidin dan sibungsu Kolubi Arman, ya aku sendiri. Sibuk, sekaligus menyenangkan menunggu durian runtuh, dari pagi, siang hingga yang paling asyik malam. Malam kan gelap, kita cuma dengar ada durian jatuh, kalau dedaunan berbunyi dan suara 'buk' saat durian menyentuh tanah. Na..asyiknya tu ketika nyari-nyari letak durian yang baru jatuh pakai senter dan atau pakai obor, berebut siapa duluan yang menemukan, tentu semangat tapi mesti hati-hati juga, takut durian lain nyusul jatuh lalu menimpa anggota keluarga eh..maksudnya anggota tubuh. Benar-benar menyenangkan dan membahagiakan. Durian itu aromanya begitu khas, bisa dibikin parfum apa tidak ya?, setidaknya aromanya yang khas itu sangat mengundang selera.
Waktu itu makan durian, banyak dan sering ya tak apa-apa. Apalagi punya batang durian sendiri, terus kalau duriannya sudah kebanyakan mamakku bikin tempoyak (Tempoyak adalah masakan yang berasal dari buah durian yang difermentasi. Tempoyak merupakan makanan yang biasanya dikonsumsi sebagai lauk teman nasi. Tempoyak juga dapat dimakan langsung (hal ini jarang sekali dilakukan, karena banyak yang tidak tahan dengan keasaman dan aroma dari tempoyak itu sendiri). Selain itu, tempoyak dijadikan bumbu masakan.
Tempoyak dikenal di Indonesia (terutama di Palembang Sumatera dan Kalimantan), serta Malaysia.) . Kalau sekarang, dengan usia lebih dari 40 tahun, 'mana boleh' kata orang melayu. Walau saat ini di Batam lagi banyak-banyaknya durian aku cuma makan dikit aja.
Selama bergaul dengan orang Melayu di Bintan dulu sekitar lebih dari 10 tahun, aku mendapatkan satu ilmu agar tidak mabuk durian ketika kita makan. Ceritanya begini dulu ketika aku bekerja di perusahaan milik Amerika Serikat. Nah pada bulan-bulan musim durian seperti sekarang, perusahaan mengadakan makan bersama salah satunya, pesta durian. Na..beberapa senior staff adalah orang-orang melayu asli. Ketika pesta durian dimulai, terlihatlah garam olehku, lalu kutanya 'untuk apa garam ini?'.
Mereka tidak menjawab, lalu setelah makan garam itu baru difungsikan maksud saya mereka menjawab dengan praktek. Bagaimana caranya?, pada kulit durian bagian dalam (tempat isi durian) diisi air lalu dilarutkan garam secukupnya, setelah itu larutan garam langsung diminum dari kulit durian. Tindakan itu juga di ikuti staff-staff orang Singapura, serta staff-staff lainnya, dan aku memang merasakan suatu perbedaan, tidak mabuk, tidak naik 'spaning'. Sejak itu setiap habis makan durian aku selalu mempraktekkannya, entah mengapa percampuran garam dikulit durian itu bisa menentralkan, Alhamdulillah mujarab, silahkan dicoba, tak bakal rugi.
Comments