Haa..BERKACA MATA!!.

“karena dialah yang nanti akan lebih banyak melihat/memandangi aku berkaca mata”

Ketika kami sedang menunggu panggilan untuk mendapatkan rujukan (voucher) ke optik guna pemeriksaan mataku, aku dan istriku mendekati timbangan badan yang tersedia di kantor klinik itu. Lalu kamipun menimbang badan secara bergantian.

“Turun ya..bu beratnya”. ujarku berbisik pada istriku.
“Ya..sudah turun banyak, celananya sudah mulai pada melorot ni”
“Celana luar atau dalam, yang melorot”. ujarku sambil menggoda istriku, masih berbisik.
                    
Ya..itulah salah satu bahagian canda spontanku dengan istriku. Lalu istriku mencubit pinggangku berkali-kali dan kamipun tertawa bersama, pegawai kantor klinik pada melirik ke kami, mungkin mereka heran. Kadang-kadang kami memang terlibat canda dan suka humor. Kata melorot rupanya, bisa menjadi bahan tertawaan, tentu saja jadi tertawa, apalagi kata melorot cendrung berkonotasi buruk, menggelikan, memalukan, mengharukan, bahkan mengenaskan (tidak bermaksud porno). Sudah tentu maksud istriku bukan melorot yang sebenarnya tapi mulai longgar, karena berat badannya memang sudah turun.

Sejak beberapa bulan ini mataku, kalau dihadapkan pada tulisan-tulisan kecil, mulai kabur dan seperti berair, pinggir-pinggir huruf tidak tajam/tidak presisi, seperti tidak berbatas, apalagi jika pencahayaannya kurang. Tulisan harus dijauhkan beberapa senti agar terlihat jelas. Setelah beberapa kali di periksa baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer, ternyata mata kanan sudah berkurang namun mata kiri masih normal. Menurut mereka yang memeriksa mataku, hal itu sudah wajar sesuai dengan usia saya, lalu mereka menyarankan saya untuk menggunakan kaca mata. Haaa..Berkaca mata!..sesuatu yang belum sanggup aku bayangkan selama ini, repot kali…

Setelah mendapatkan rujukan (voucher) kamipun menuju optik yang ditunjuk klinik. Mataku kembali diperiksa dengan komputer, lalu petugasnya memasangkan kacamata yang lensanya bisa ditukar-tukar guna mencocokan dengan kondisi mataku lalu saya diminta membaca contoh tulisan pada sebuah brosur yang tersedia, mulai dari huruf yang besar hingga huruf yang paling kecil. Setelah cocok, aku mulai disodorkan berbagai macam merek dan bentuk “frame” kaca mata, banyak sekali sampai-sampai kebingungan sendiri memilih yang semuanya bagus. Setiap mencoba kacamata dengan ‘frame’ yang berbeda-beda bentuk dan warna,  aku meminta istriku yang menilai, pas atau tidak “frame” itu dengan wajahku. Tentu sangat manusiawi jika aku memilih kacamata yang cocok dengan wajahku agar nyaman, lebih percaya diri, agar merasa lebih gagah dan muda. He..hee…he..

Kenapa pula, istriku harus ikut menilai bentuk “frame” kacamataku?. Pertimbangannya sederhana saja karena dialah yang nanti akan lebih banyak melihat/memandangi aku berkaca mata, maka bentuk yang dia sukai perlu kupertimbangkan untuk aku pilih. Bayangkan jika aku menyukai satu bentuk “frame” kaca mata tapi istriku tidak menyukainya, terlihat sepele tapi bisa banyak hal kemungkinan yang terjadi, gara-gara kacamata itu. Bentuk dan warna “Frame” kacamata sekarang sangat beragam, mulai dari yang kecil seukuran biji mata hingga yang sangat besar sampai-sampai menutup jidat pemakainya.Untungnya selera kami tidak begitu berbeda dalam memilih ‘frame’ yang cocok dengan wajahku, harganya saja yang bikin alot untuk memilih.

Rupanya tidak semua orang cocok, nyaman, lebih percaya diri, merasa gagah, cantik dan muda menggunakan kaca mata, maka lahirlah lensa kontak, awalnya orang ragu; alasan iritasi, kesehatan mata akibat lensa kontak yang tidak steril, namun dengan kemajuan teknologi semua keraguan itu mulai dihilangkan, bahkan sekarang semakin banyak orang menggunakan lensa kontak untuk alasan mode dan gaya. Motif/corak/warna lensa kontakpun kini bermacam-macam; ada merah, kuning, hijau, biru, abu-abu, coklat, ungu, putih, bening ada motif tumbuhan seperti bunga, buah-buahan (apel, bengkuang, durian, nangka, nenas) ada pula motif mata hewan seperti mata harimau, singa, kucing, kambing, domba, keledai (ada ya..he..hee).

Teknologi akan menjawab keinginan manusia, ingin seperti teropong, pakai motif mata elang, ingin jelas dimalam hari pakai motif burung hantu / kelelawar, ingin jelas dalam air pakai motif ikan/anjing laut punya, ingin jelas didarat & di air sekaligus pakai motif mata kodok/biawak, bahkan mungkin sebentar lagi ada motif kontemporer (kekinian yang tidak terikat aturan, norma, bentuk, warna, sangat bebas/terserah) he..hee. Bentuk, motif dan warna kanan dan kiri tak perlu sama. Atau kiri pakai kaca, kanan tidak berkaca alias bolong, atau kacanya buram semua. Cerita kaca mata jadi ingat cerita berikut; Seorang tukang jam yang biasa pakai kaca pembesar, hendak ke toilet mau buang air kecil. Ia lupa melepaskan kaca pembesar yang menempel dimatanya, begitu melihat kebawah ia langsung pingsan melihat ‘perkakasnya / stik golobnya’ yang sungguh luaarr biaasa besaaar, tak seperti biasanya.

Aku bersyukur, jika dibanding dengan 6 orang saudara kandunngku, aku termasuk yang paling lambat harus berkacamata. Juga jika dibanding dengan teman-teman seangkatanku aku juga termasuk yang baru juga berkacamata. Bersyukur juga karena gangguan mata kabur itu masih tergolong ringan dan baru sebelah. Dalam keadaan tertentu sebetulnya saya masih sanggup membaca; seperti koran, majalah, tapi ketika memasukan benang ke jarum mulai meleset karena mulai berbayang. Tentu saja saya berharap mata saya kembali normal untuk dapat melihat sesuatu yang indah secara alami tanpa harus menggunakan alat bantu. Ada tak ya..obat/makanan yang bisa menormalkan mataku? Ada yang bisa bantu?.

Comments

Popular posts from this blog

DARAH QURBAN SAPI UNTUK OBAT TELAPAK KAKI

Obat Gangguan Telinga.

RASA TOLONG MENOLONGNYA TINGGI