Bandung
Bandung 1
Punclut adalah salah satu tempat wisata kuliner favorit di ketinggian dengan suasana dingin di Bandung Jawa Barat. Jangan sampai anda melewatkan pengalaman rasa yang menggugah selera disana. Nasi merah dengan pilihan menu pendamping seperti ayam bakar, lele, ikan sambal dan lainnya serta aneka minuman. Salah satu yang banyak dikunjungin adalah wah.. saya lupa nama warungnya..disana dipampang photo sang pemilik dengan si maknyus..Pak Bondan. Kata keponakanku Jaka, Budhi dan Rika jam sembilan ke atas tempat ini semakin ramai oleh pengunjung baik dari Bandung maupun dari luar Bandung, memang semakain ramai setelah jam sembilan..
Saat kami menunggu makanan kemudian datang satu ceret plastik besar berisi teh tawar dan gelas, kami yang dari Batam terkejut karena telah memesan minuman sesuai selera masing-masing. Rupanya teh tawar merupakan minuman standar yang diberikan secara cuma-cuma untuk wilayah Jawa Barat, itu kami buktikan ketika makan dibeberapa tempat selama 3 hari 2 malam di Bandung. Setelah dari Punclut dengan perut kenyang kami lalu jalan-jalan di Cihampelas Walk (CiWalk).
Wah… Ciwalk ini tempat belanja, kafe, santai yang moderen namun akrab dengan lingkungan, kenapa begitu pepohonan yang memang sudah ada sebelum gedung Ciwalk ini ada dibiarkan tetap tumbuh. Sebuah pohon besar nan rimbun siap menyambut setiap pengunjung ciwalk. Lalu kontur tanah yang tidak rata dibiarkan..yang terkesan gedunglah yang mengikuti kontur alam. Kalau ditempat lain tanah yang tidak rata lalu diratakan..sehingga panas luaaar biasa. Setelah hampir jam sebelas malam kami kembali ke tempat istirahat dan berjanji bangun pagi untuk menuju Cibaduyut, Ciwidey dan sekitar.
Bandung 2
Setelah sarapan di Gasibo dan mengantar pakaian kotor ke Binatu (ini istilah untuk laundry) kami bersegera ke Cibaduyut, pagi tanggal 16 Maret 2010 jalanan lumayan sepi karena libur hari raya nyepi. Cibaduyutpun masih lengang, banyak toko yang masih belum buka. Pilih-pilih, cari-cari, liat-liat, aneka produk berbahan kulit. Setiap palayan selalu menyebut asli kulit. Dan sejak di Cibaduyutlah saya jadi mengerti perbedaan antara kulit sapi dan domba, ternyata kulit domba lebih lembut, halus dan mulus sedang kulit sapi agak kaku.
Para pelayan toko, selalu bisa menjawab pertanyaan saya, “ini kulit apa?”. Namun ketika ditanya domba jantan atau betina mereka selalu tersenyum, sambil mengucapkan “Tidak tahu”. Maksud hati ingin membeli jaket kulit malah terbeli topi kulit dan tempat HP dari kulit, tak apalah yang penting sama-sama dari kulit. Memang asyik keliling Cibaduyut, apalagi sekarang para investor, mengubah konsep lama menjadi lebih moderen dan lebih bersih, dengan harga yang lumayan tetap murah. Jangan lewatkan Cibaduyut.
Setelah puas keliling di Cibaduyut kami menuju Kawah putih dari Bandung menuju arah selatan. Kawah putih merupakan kawasan gunung patuha. Gak ngerti apa artinya. Pemandangan sekeliling, kiri-kanan begitu elok, sawah, kebun teh, kebun sayuran, kebun strobery, hampir disepanjang jalan, cuaca dingin dan sejuk, benar-benar kami nikmati karena hal seperti itu sulit ditemukan di Batam. Namun di kawah putih anda tidak dianjurkan berada disana melebihi 20 menit karena udara yang mengandung belerang konon bisa membahayakan bagi yang menghirupnya.
Setelah itu kami menuju Situ Patengan sekitar 5 km dari kawah putih. Menuju Situ (danau) Patengan, pemandangan kiri kanan jalan lebih indah lagi, begitu eksotis lekuk-lekuk tanah yang ditanami teh bak hamparan permadani hijau, menurun dan mendaki atau garis pemandangan hilang dibalik horizon. Sampai di Situ Patengan kami tak dapat turun langsung dari mobil karena hujan, setelah beberapa saat menunggu, alhamdulillah hujanpun berhenti. Danau ini sebetulnya tidaklah besar, namun cerita dibalik kisah danau ini yang selalu membuat orang tertarik ditambah pemandangannya yang begitu indah serta aneka penawaran jasa yang ditawarkan seperti perahu, suvenir, dan makanan.
Puas di Situ Patengan dan berphoto ria kami kembali ke Bandung dan merencanakan untuk singgah di kebun strobery untuk memetik sendiri strobery yang udah masak, namun tidak kesampaian karena hujan sepanjang jalan. Dan singgah lagi di Cibaduyut untuk beli sesuatu. Lalu makan di ampera, tempatnya santai, dan boleh memilih/mengambil sendiri makanan yang ada. Suasananya juga romantis diiringi hiburan musik “live”, kebetulan lagu-lagu jadulnya milik Koesplus dan seangkatan dengan itu dinyanyikan. Setelah kenyang menuju tempat istirahat. Bandung memanglah selalu menjadi tren “fashion dan segala asesorisnya”. Bandung juga sepertinya surga bagi penikmat makanan enak, betapa warga Bandung begitu kreatif dalam hal busana, asesoris, dan makanan.
Bandung 3
Tanggal 17 Maret 2010. Setelah sarapan aku bertemu Dwi Aviono, sahabat lamaku sejak SD di Arun-Aceh dulu. Ngobrol sana-sini hinga sekitar 30 menit, maklum Dwi tidak libur. Setelah itu memutuskan untuk melihat-lihat Pasar Baru di kota Bandung, sepertinya mirip Tanah Abangnya Jakarta ya... Sekitar dua jam di pasar baru kami menuju terminal Cicaheum dan mencari bis yang menuju Cirebon. Sekitar jam 12.00 kamipun meninggalkan Bandung melewati Jatinagor. Sayang ketika melewati wilayah Jatinangor saya tertidur, kebiasaan lama waktu masih muda dulu kalo naik bis… mudahnya aku tertidur. Tak bisa melihat indahnya pemandangan.
Aku baru tersadar ketika memasuki wilayah Sumedang, wah…jalannya terus menaik dan terus naik. Pemandangan penuh dengan areal persawahan di perbukitan. Ada salah satu areal sawah diatas bukit yang cukup tinggi, dalam fikiranku gimana ya cara mereka mengolah swah diatas ketinggian itu dan airnya dari mana ya?...ah gigih sekali mereka menaklukkan alam. Tapi terfikirkah oleh mereka bahwa adanya longsor kecil dibebera tempat di sana merupakan salah satu sebab dari penggungulan / pemotongan pohon-pohon disana.
Bis yang kami tumpangi dari terminal Cicaheum penumpangnya hanya 5 orang (udah termasuk anakku yang kecil), tapi salud tetap berangkat. Mulai terisi banyak setelah kota Sumedang itupun tak sampai separuh, kosong lagi ketika akan memasuki Cirebon. Hujan sepanjang jalan mengakibatkan jalan menjadi licin, 2 kecelakaan kami temui. Sampai di Cerebon hampir pukul 17.00. Abangku yang palingtua dan Jaka anaknya yang kedua telah menanti di terminal Cirebon.
Punclut adalah salah satu tempat wisata kuliner favorit di ketinggian dengan suasana dingin di Bandung Jawa Barat. Jangan sampai anda melewatkan pengalaman rasa yang menggugah selera disana. Nasi merah dengan pilihan menu pendamping seperti ayam bakar, lele, ikan sambal dan lainnya serta aneka minuman. Salah satu yang banyak dikunjungin adalah wah.. saya lupa nama warungnya..disana dipampang photo sang pemilik dengan si maknyus..Pak Bondan. Kata keponakanku Jaka, Budhi dan Rika jam sembilan ke atas tempat ini semakin ramai oleh pengunjung baik dari Bandung maupun dari luar Bandung, memang semakain ramai setelah jam sembilan..
Saat kami menunggu makanan kemudian datang satu ceret plastik besar berisi teh tawar dan gelas, kami yang dari Batam terkejut karena telah memesan minuman sesuai selera masing-masing. Rupanya teh tawar merupakan minuman standar yang diberikan secara cuma-cuma untuk wilayah Jawa Barat, itu kami buktikan ketika makan dibeberapa tempat selama 3 hari 2 malam di Bandung. Setelah dari Punclut dengan perut kenyang kami lalu jalan-jalan di Cihampelas Walk (CiWalk).
Wah… Ciwalk ini tempat belanja, kafe, santai yang moderen namun akrab dengan lingkungan, kenapa begitu pepohonan yang memang sudah ada sebelum gedung Ciwalk ini ada dibiarkan tetap tumbuh. Sebuah pohon besar nan rimbun siap menyambut setiap pengunjung ciwalk. Lalu kontur tanah yang tidak rata dibiarkan..yang terkesan gedunglah yang mengikuti kontur alam. Kalau ditempat lain tanah yang tidak rata lalu diratakan..sehingga panas luaaar biasa. Setelah hampir jam sebelas malam kami kembali ke tempat istirahat dan berjanji bangun pagi untuk menuju Cibaduyut, Ciwidey dan sekitar.
Bandung 2
Setelah sarapan di Gasibo dan mengantar pakaian kotor ke Binatu (ini istilah untuk laundry) kami bersegera ke Cibaduyut, pagi tanggal 16 Maret 2010 jalanan lumayan sepi karena libur hari raya nyepi. Cibaduyutpun masih lengang, banyak toko yang masih belum buka. Pilih-pilih, cari-cari, liat-liat, aneka produk berbahan kulit. Setiap palayan selalu menyebut asli kulit. Dan sejak di Cibaduyutlah saya jadi mengerti perbedaan antara kulit sapi dan domba, ternyata kulit domba lebih lembut, halus dan mulus sedang kulit sapi agak kaku.
Para pelayan toko, selalu bisa menjawab pertanyaan saya, “ini kulit apa?”. Namun ketika ditanya domba jantan atau betina mereka selalu tersenyum, sambil mengucapkan “Tidak tahu”. Maksud hati ingin membeli jaket kulit malah terbeli topi kulit dan tempat HP dari kulit, tak apalah yang penting sama-sama dari kulit. Memang asyik keliling Cibaduyut, apalagi sekarang para investor, mengubah konsep lama menjadi lebih moderen dan lebih bersih, dengan harga yang lumayan tetap murah. Jangan lewatkan Cibaduyut.
Setelah puas keliling di Cibaduyut kami menuju Kawah putih dari Bandung menuju arah selatan. Kawah putih merupakan kawasan gunung patuha. Gak ngerti apa artinya. Pemandangan sekeliling, kiri-kanan begitu elok, sawah, kebun teh, kebun sayuran, kebun strobery, hampir disepanjang jalan, cuaca dingin dan sejuk, benar-benar kami nikmati karena hal seperti itu sulit ditemukan di Batam. Namun di kawah putih anda tidak dianjurkan berada disana melebihi 20 menit karena udara yang mengandung belerang konon bisa membahayakan bagi yang menghirupnya.
Setelah itu kami menuju Situ Patengan sekitar 5 km dari kawah putih. Menuju Situ (danau) Patengan, pemandangan kiri kanan jalan lebih indah lagi, begitu eksotis lekuk-lekuk tanah yang ditanami teh bak hamparan permadani hijau, menurun dan mendaki atau garis pemandangan hilang dibalik horizon. Sampai di Situ Patengan kami tak dapat turun langsung dari mobil karena hujan, setelah beberapa saat menunggu, alhamdulillah hujanpun berhenti. Danau ini sebetulnya tidaklah besar, namun cerita dibalik kisah danau ini yang selalu membuat orang tertarik ditambah pemandangannya yang begitu indah serta aneka penawaran jasa yang ditawarkan seperti perahu, suvenir, dan makanan.
Puas di Situ Patengan dan berphoto ria kami kembali ke Bandung dan merencanakan untuk singgah di kebun strobery untuk memetik sendiri strobery yang udah masak, namun tidak kesampaian karena hujan sepanjang jalan. Dan singgah lagi di Cibaduyut untuk beli sesuatu. Lalu makan di ampera, tempatnya santai, dan boleh memilih/mengambil sendiri makanan yang ada. Suasananya juga romantis diiringi hiburan musik “live”, kebetulan lagu-lagu jadulnya milik Koesplus dan seangkatan dengan itu dinyanyikan. Setelah kenyang menuju tempat istirahat. Bandung memanglah selalu menjadi tren “fashion dan segala asesorisnya”. Bandung juga sepertinya surga bagi penikmat makanan enak, betapa warga Bandung begitu kreatif dalam hal busana, asesoris, dan makanan.
Bandung 3
Tanggal 17 Maret 2010. Setelah sarapan aku bertemu Dwi Aviono, sahabat lamaku sejak SD di Arun-Aceh dulu. Ngobrol sana-sini hinga sekitar 30 menit, maklum Dwi tidak libur. Setelah itu memutuskan untuk melihat-lihat Pasar Baru di kota Bandung, sepertinya mirip Tanah Abangnya Jakarta ya... Sekitar dua jam di pasar baru kami menuju terminal Cicaheum dan mencari bis yang menuju Cirebon. Sekitar jam 12.00 kamipun meninggalkan Bandung melewati Jatinagor. Sayang ketika melewati wilayah Jatinangor saya tertidur, kebiasaan lama waktu masih muda dulu kalo naik bis… mudahnya aku tertidur. Tak bisa melihat indahnya pemandangan.
Aku baru tersadar ketika memasuki wilayah Sumedang, wah…jalannya terus menaik dan terus naik. Pemandangan penuh dengan areal persawahan di perbukitan. Ada salah satu areal sawah diatas bukit yang cukup tinggi, dalam fikiranku gimana ya cara mereka mengolah swah diatas ketinggian itu dan airnya dari mana ya?...ah gigih sekali mereka menaklukkan alam. Tapi terfikirkah oleh mereka bahwa adanya longsor kecil dibebera tempat di sana merupakan salah satu sebab dari penggungulan / pemotongan pohon-pohon disana.
Bis yang kami tumpangi dari terminal Cicaheum penumpangnya hanya 5 orang (udah termasuk anakku yang kecil), tapi salud tetap berangkat. Mulai terisi banyak setelah kota Sumedang itupun tak sampai separuh, kosong lagi ketika akan memasuki Cirebon. Hujan sepanjang jalan mengakibatkan jalan menjadi licin, 2 kecelakaan kami temui. Sampai di Cerebon hampir pukul 17.00. Abangku yang palingtua dan Jaka anaknya yang kedua telah menanti di terminal Cirebon.
Comments