MESJID RAYA BANDUNG....Sedih Juga.....ada bau tak enak...

Sabtu tanggal 1 Agustus 2015, setelah acara resepsi pernikahan keponakanku usai sekitar pukul 18.00 Waktu Bandung. Saya lalu bicara sama abangku nomor 2, nomor 3 dan istriku untuk mengajak jalan-jalan ke alun-alun, Mesjid Raya Bandung, dan sekitarnya. Waktu ngajak para keponakan mereka pada malas, mungkin karena tak ada yang menarik lagi bagi mereka di kota Bandung, mereka memang pernah dan atau masih menetap di Bandung. Juga menurut mereka kalau malam minggu tempat itu sangat padat, ramai serta macet luar biasa.

Dan memang ketika kami minta diantar dan diturunkan di Mesjid Raya Bandung, suasananya begitu hiruk pikuk, ramai sekali manusia dan kendaraan. Kamipun (empat orang, 3 saudara dan istriku) lalu memasuki lingkungan mesjid melalui halaman belakang. Disana terhampar rumput sintetis berwarna hijau, terkejut!, karena begitu ramainya orang dengan berbagai aktifitas; jualan mainan anak, main bola, makan, baring, duduk, bermain, berlarian, berphoto dengan keluarga maupun dengan pacar atau bahkan bermesraan. Begitu padatnya suasana halaman berwarna hijau itu kami tidak bisa berjalan lurus, harus berhati-hati supaya tidak menabrak, atau menginjak orang. Banyak orang tidak memperhatikan atau peduli bahwa disitu adalah masih lingkungan mesjid, jadi yang ada ada orang bermesraan, berpakaian tidak islami, dan tidak terlihat petugas keamanan yang harusnya sigap menegur/mengingatkan pengunjung yang tidak melepas alas kaki, bermesraan, berpakaian tidak islami. Petugasnya tidak ada, tidak terlihat. Mesjid yang megah itu sedikit berkurang dikarenakan suasana diluar mesjid seperti bukan dilingkungan mesjid.
Tapi yang bikin sedih, udara yang terhirup disepanjang halaman dari rumput sintetis berwarna hijau itu, sangat tidak enak, berbau sepatu dan bau kaki, semua pengunjung wajib membuka/melepas alas kaki. Kamipun mempercepat jalan agar segera lepas dari udara tak sedap itu. Lalu kami pun sampai di pintu masuk mesjid dan menitipkan alas kaki ditempat yang sudah disediakan berikut petugasnya. Kenyamanan mesjid sedikit berkurang karena bau kaki dan atau bau sepatu itu.

Masuk ke dalam mesjid, begitu terasa betapa luas dan besarnya Mesjid Raya Bandung ini, kamipun langsung menuju tempat mengambil air wudhu, cukup jauh dari tempat penitipan alas kaki, berada dibawah sebelah kanan ma'mum. Saat menuju tempat wudhu itu terlihat banyak orang sholat, namun agak aneh sepertinya masing-masing membuat sholat berjamaah sendiri-sendiri, jadi yang terlihat ada beberapa kelompok sholat berjamaah pada waktu bersamaan, dan dalam satu ruang mesjid.
Saat di ruang wudhu, yang terlihat juga kurang nyaman lantai jorok, genangan air dilantai berwarna hitam pekat karena mungkin telapak kaki pengunjung yang kotor. Saya pun mengambil selang lalu menyiram anak tangga serta lantai agar bersih. Tak lama ada yang menarik selang lalu menyiram lantai saya pun menghentikan, saya kurang yakin kalau orang itu petugas mesjid.

Yang lebih ironis lagi, ketika azan berkumandang tanda waktu sholat isya telah masuk. Orang-orang ramai yang duduk-duduk di rumput sintetis (dihalaman belakang) itu tetap asyik dengan kesibukan / aktifitasnya masing-masing. Mereka seolah tidak mendengar/ tidak menghiraukan azan itu. Apakah mereka tidak tahu apa maksud azan itu, Bukankah azan itu adalah seruan dari Allah?. Apakah mereka bukan muslim. Ketika sholat isya selesai saya lihat hanya 3 shoof lebih (4 kurang) pria yang sholat, sepertinya jumlah yang sholat lebih sedikit dari pada yang berkumpul-kumpul/duduk-duduk di halaman belakang serta orang-orang yang berada diseputaran lingkungan mesjid Raya Bandung itu, dijalan Asia Afrika dan sekitarnya.

Mesjid yang luas dan besar itu didalamnya terdapat dinding pemisah, letaknya ditengah-tengah, jika anda masuk mungkin anda akan menganggap bagian belakang itulah ruang utama sholat. Mungkin itulah sebabnya banyak orang sholat di ruang bagian belakang itu, ada petunjuk tapi mungkin banyak yang tidak melihatnya. Setelah kami selesai sholat dan mengambil alas kaki begitu berada diluar langsung menemui orang melintas dari arah selatan ke utara, tidak membuka alas kaki dan tidak berpakaian muslim bahkan pria bercelana pendek, sepertinya mereka cuma numpang lewat. Mesjid yang agung dan megah ini tentu sayang kalau dibiarkan seolah tanpa pengawasan, lingkungan mesjid bisa berubah seperti pantai (maaf...maaf sekali). Saya setuju mesjid tidak hanya tempat beribadah seperti sholat, bisa juga sebagai tempat wisata religi, yang memasuki lingkungan mesjid wajib menutup aurat. Tulisan ini muncul semata karena saya ingin agar mesjid ini benar-benar bersuasana Islami. Semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

DARAH QURBAN SAPI UNTUK OBAT TELAPAK KAKI

Obat Gangguan Telinga.

KERAJAAN SRIWIJAYA; Minimnya Informasi.