POTRET BATAM YANG LAIN
Ukuran “Triple XXX”
Perutku mules, gara-gara sambal. Maklumlah udah agak menua kenikmatan hidup semakin berkurang, makin banyak yang harus di kurangi untuk di konsumsi. Sudah gak boleh terlalu manis, asin juga harus dikurangi. Ya… kesimpulannya semakin berumur harus menjaga secara ketat makanan agar tidak menimbulkan masalah pada kesehatan tubuh dan kesehatan keuangan. Dan harusnya Ibadah semakin khusuk, Insya Allah, amiin.
Aku terus ke toko obat untuk beli obat yang bisa menghentikan perutku yang mules-mules. Lalu pelayan toko menawarkan beberapa obat sejenis berbeda merek kepadaku dan menyebut salah satu yang menurutnya bagus karena harganya lebih mahal dari yang lainnya. Padahal mahal belum tentu cocok untukku.
Saya lalu mencoba meneliti dan membaca obat-obat yang disodorkan kepadaku, lalu aku pilih yang berani menulis kata “mengobati dan mencegah”, yang lainnya aku tak jadi pilih walau salah satunya lebih mahal dari yang kupilih karena hanya menulis “membantu meringankan/meredakan”. Dangan keberanian menulis kata “mengobati dan mencegah” aku semakin yakin dan kalau ada apa-apapun, aku dapat melaporkannya ke Lembaga perlindungan konsumen.
Ditengah aku bertransaksi, diatas etalase kaca saya lihat banyak sekali dipajang Kondom aneka merek, aneka rasa dan aneka ukuran, seperti di supermarket memajang jajanan anak-anak yang mudah dilihat, mudah diambil. Mudah sekali ditemukan kondom di Batam. Jadi ingat cerita lucu tentara Amerika yang tugas di Arab.
“Ada kondom ukuran XL” kata orang Amerika dengan sombongnya.
“Maaf kami tak menjual ukuran anak-anak, disini tersedia tripel XXX” jawab orang Arab santai.
Aku lalu iseng saja nanya pelayan itu. “Mas ini kondom ya, kenapa dipajang seperti ini?”. Sang pelayan menjawab “Ya karena pemintaan terhadap barang ini cukup tinggi, terutama malam minggu atau hari libur, pembelinya orang-orang muda, kami tak ingin pembeli bertanya-tanya malu-malu dan celingak-celinguk”. Jadi maksudnya pembeli itu jika masuk toko langsung pilih dan ambil lalu bayar, tak perlu berbicara apapun. Sebuah konsep yang mujarab dan sangat memahami aspek psikologi pembeli.
Namun aku jadi nerawang nakal, karena yang terbayang adalah sebuah kebebasan. Bahwa Batam adalah benar yang kontrol sosialnya begitu rendah, bayangkan “kumpul kebo” begitu banyak, Orang berpacaran jalan di mall atau berboncengan diatas motor begitu rapat dan lengket, cowok bertamu kerumah kos cewek seolah tanpa batasan jam, bahkan ada kos-kosan yang mencampur aduk antara wanita dan pria (siapa saja boleh asal membayar). Inilah salah satu potret kota Batam masa kini…….
Yang lebih mencengangkan pernah dilaporkan pernikahan di Batam hampir 80% dilakukan karena wanita telah hamil duluan, ck…ck..ck sama artinya hubungan suami istri pra nikah adalah hal biasa……..lagi-lagi ck…ck..ck…
Perutku mules, gara-gara sambal. Maklumlah udah agak menua kenikmatan hidup semakin berkurang, makin banyak yang harus di kurangi untuk di konsumsi. Sudah gak boleh terlalu manis, asin juga harus dikurangi. Ya… kesimpulannya semakin berumur harus menjaga secara ketat makanan agar tidak menimbulkan masalah pada kesehatan tubuh dan kesehatan keuangan. Dan harusnya Ibadah semakin khusuk, Insya Allah, amiin.
Aku terus ke toko obat untuk beli obat yang bisa menghentikan perutku yang mules-mules. Lalu pelayan toko menawarkan beberapa obat sejenis berbeda merek kepadaku dan menyebut salah satu yang menurutnya bagus karena harganya lebih mahal dari yang lainnya. Padahal mahal belum tentu cocok untukku.
Saya lalu mencoba meneliti dan membaca obat-obat yang disodorkan kepadaku, lalu aku pilih yang berani menulis kata “mengobati dan mencegah”, yang lainnya aku tak jadi pilih walau salah satunya lebih mahal dari yang kupilih karena hanya menulis “membantu meringankan/meredakan”. Dangan keberanian menulis kata “mengobati dan mencegah” aku semakin yakin dan kalau ada apa-apapun, aku dapat melaporkannya ke Lembaga perlindungan konsumen.
Ditengah aku bertransaksi, diatas etalase kaca saya lihat banyak sekali dipajang Kondom aneka merek, aneka rasa dan aneka ukuran, seperti di supermarket memajang jajanan anak-anak yang mudah dilihat, mudah diambil. Mudah sekali ditemukan kondom di Batam. Jadi ingat cerita lucu tentara Amerika yang tugas di Arab.
“Ada kondom ukuran XL” kata orang Amerika dengan sombongnya.
“Maaf kami tak menjual ukuran anak-anak, disini tersedia tripel XXX” jawab orang Arab santai.
Aku lalu iseng saja nanya pelayan itu. “Mas ini kondom ya, kenapa dipajang seperti ini?”. Sang pelayan menjawab “Ya karena pemintaan terhadap barang ini cukup tinggi, terutama malam minggu atau hari libur, pembelinya orang-orang muda, kami tak ingin pembeli bertanya-tanya malu-malu dan celingak-celinguk”. Jadi maksudnya pembeli itu jika masuk toko langsung pilih dan ambil lalu bayar, tak perlu berbicara apapun. Sebuah konsep yang mujarab dan sangat memahami aspek psikologi pembeli.
Namun aku jadi nerawang nakal, karena yang terbayang adalah sebuah kebebasan. Bahwa Batam adalah benar yang kontrol sosialnya begitu rendah, bayangkan “kumpul kebo” begitu banyak, Orang berpacaran jalan di mall atau berboncengan diatas motor begitu rapat dan lengket, cowok bertamu kerumah kos cewek seolah tanpa batasan jam, bahkan ada kos-kosan yang mencampur aduk antara wanita dan pria (siapa saja boleh asal membayar). Inilah salah satu potret kota Batam masa kini…….
Yang lebih mencengangkan pernah dilaporkan pernikahan di Batam hampir 80% dilakukan karena wanita telah hamil duluan, ck…ck..ck sama artinya hubungan suami istri pra nikah adalah hal biasa……..lagi-lagi ck…ck..ck…
Comments