HAKIKAT KAYA
“Na…. Ru Kaya”
Itu adalah penggalan percakapan yang sempat saya dengar antara seorang Jepang gaul yang sudah bisa Bahasa Indonesia dengan seorang mantan karyawannya. Orang Jepang gak bisa mengucapkan huruf ‘L”, maka jadilah kalimat seperti diatas. Kalimat itu dilontarkan sang Jepang karena melihat mantan karyawannya sudah memiliki usaha sendiri dan kelihatan lebih rapi dan lebih Islami. Mungkin Jepang itu taunya kalo mantan karyawannya itu orang miskin/tidak punya.
Mantan karyawan itu hanya tersenyum dan kelihatan tidak berusaha menjawab komentar sang Jepang, namun si Jepang begitu penasarannya sehingga terus mencecar untuk mengetahui usaha dan perubahan-perubahan yang terjadi pada mantan karyawannya.
Mantan karyawannya dengan tenang mengatakan “saya tidak kaya, kaya yang sesungguhnya ada dalam sini” sambil menunjuk ke dadanya. Wah…hebat fikir saya orang ini, walau sudah punya usaha sendiri, jadi bos. Kekayaan harta benda tidaklah lebih berarti jika dibandingkan dengan kekayaan hati. Menjadi orang kaya bagus dan penting namun lebih penting, diperoleh dengan cara halal dan terhormat, dengan kekayaan yang dimiliki kita lebih bersyukur, mampu pula mempertanggungjawabkannya dan lebih peduli sesama serta tetap rendah hati.
Sang Jepang kelihatan gak peduli dengan penjelasan itu, mungkin baginya kaya adalah haknya karena ia seorang yang gigih dan hemat, bukan karena bantuan siapapun dan kekayaannya bukan untuk siapapun. Bahwa benar banyak harta tidak berkaitan dengan agama yang dianut seseorang, bahkan yang tidak beragamapun bisa sangat banyak harta bendanya, sangat tergantung bagaimana ia berusaha.
Diam-diam aku sedikit geli ketika Jepang itu menyebutkan “Na.. Lu Kaya”, menjadi “Na.. Ru Kaya”. Mengingatku pada salah seorang sahabat lamaku waktu kuliah di Banda Aceh dulu, sudah 22 tahun lebih tak pernah jumpa. Mengingat, bertemu sahabat terkadang bisa dengan cara-cara yang tak terduga, bisa dengan cara yang kebetulan…dan entah apa rahasia dibalik itu semua?? Allah yang maha mengetahui segalanya. Semoga sahabatku itu bahagia dunia akhirat,..amiin.
Itu adalah penggalan percakapan yang sempat saya dengar antara seorang Jepang gaul yang sudah bisa Bahasa Indonesia dengan seorang mantan karyawannya. Orang Jepang gak bisa mengucapkan huruf ‘L”, maka jadilah kalimat seperti diatas. Kalimat itu dilontarkan sang Jepang karena melihat mantan karyawannya sudah memiliki usaha sendiri dan kelihatan lebih rapi dan lebih Islami. Mungkin Jepang itu taunya kalo mantan karyawannya itu orang miskin/tidak punya.
Mantan karyawan itu hanya tersenyum dan kelihatan tidak berusaha menjawab komentar sang Jepang, namun si Jepang begitu penasarannya sehingga terus mencecar untuk mengetahui usaha dan perubahan-perubahan yang terjadi pada mantan karyawannya.
Mantan karyawannya dengan tenang mengatakan “saya tidak kaya, kaya yang sesungguhnya ada dalam sini” sambil menunjuk ke dadanya. Wah…hebat fikir saya orang ini, walau sudah punya usaha sendiri, jadi bos. Kekayaan harta benda tidaklah lebih berarti jika dibandingkan dengan kekayaan hati. Menjadi orang kaya bagus dan penting namun lebih penting, diperoleh dengan cara halal dan terhormat, dengan kekayaan yang dimiliki kita lebih bersyukur, mampu pula mempertanggungjawabkannya dan lebih peduli sesama serta tetap rendah hati.
Sang Jepang kelihatan gak peduli dengan penjelasan itu, mungkin baginya kaya adalah haknya karena ia seorang yang gigih dan hemat, bukan karena bantuan siapapun dan kekayaannya bukan untuk siapapun. Bahwa benar banyak harta tidak berkaitan dengan agama yang dianut seseorang, bahkan yang tidak beragamapun bisa sangat banyak harta bendanya, sangat tergantung bagaimana ia berusaha.
Diam-diam aku sedikit geli ketika Jepang itu menyebutkan “Na.. Lu Kaya”, menjadi “Na.. Ru Kaya”. Mengingatku pada salah seorang sahabat lamaku waktu kuliah di Banda Aceh dulu, sudah 22 tahun lebih tak pernah jumpa. Mengingat, bertemu sahabat terkadang bisa dengan cara-cara yang tak terduga, bisa dengan cara yang kebetulan…dan entah apa rahasia dibalik itu semua?? Allah yang maha mengetahui segalanya. Semoga sahabatku itu bahagia dunia akhirat,..amiin.
Comments