LURUS DAN RAPATKAN SHOOF
Saya yakin kita semua sudah pernah membaca atau mendengar kalimat tersebut. Dan memang betul kalimat tersebut cendrung lebih dominan di mesjid atau di surau. Sulit kita temukan kalimat tersebut digunakan ditempat-tempat lain.
Penggunaan kalimat tersebut ditujukan untuk pelaksanaan sholat berjamaah. Lurus artinya tidak bengkok, dan sejajar. Dan yang menjadi patokan untuk meluruskannya adalah tumit kaki bagian belakang, bukan bagian depan kaki yaitu jari. ternyata panjang telapak kaki setiap orang berbeda-beda, tergantung ukuran postur tubuh. Jika patokan pelurusannya adalah tumit bagian belakang maka Insya Allah akan lurus dan sejajar. Kenapa harus lurus, dalam kaitan sholat berjamaah maka nilai sholat itu kurang sempurna bila tidak lurus.
Rapatkan artinya tidak renggang, lengan antara siku sampai bahu sesama ma’mum harus bersentuhan rapat. Kenapa harus rapat, shoof yang tidak rapat nilai sholat kurang sempurna. Setan memasuki shoof yang kurang rapat itu.
Mari kita perbandingkan dengan sepasukan orang atau tentara. Apakah ketika akan diinspeksi oleh inspektur upacara. komandan akan membiarkan pasukannya tidak rapi dan tidak siap. Komandanya tentu akan memeriksa dan mengawasi secara ketat pasukannya. Pasukan telah siap semua maka upacara baru dapat dimulai.
Hal yang sama jika suatu kelompok masyarakat dipanggil menghadap Presiden, untuk diberi kesempatan mengajukan permohonan/keinginan. Maka mereka akan mempersiapkan diri sebaik mungkin; memilih pimpinan kelompok sekaligus juru bicara, memilih kalimat-kalimat yang tepat, baik, santun untuk disampaikan, hadir tepat waktu sesuai yang ditentukan, sikap selama menghadap Presidenpun dijaga, bahkan pakaiannyapun diatur. tujuannya agar Presiden senang dan berharap segera mengabulkan permohonan mereka. Lalu bagaimana dengan anak-anak (dibawah umur)? Sebisa mungkin mereka tidak dibawa. Kenapa? karena agar pertemuan itu lebih khusuk, lebih tertib dan tidak mengganggu. Selain itu anak-anak umumnya belum paham sesungguhnya pertemuan itu, untuk apa, tidak dipahaminya.
Lalu bagaimana ketika kita menghadap kepada ALLAH SWT yang Maha Suci, Maha Agung, Maha Mulia dan Maha segalanya. Apakah sudah seketat dan serapi ketika menghadap pejabat?, Kontrakdisi, Sholat sudah dimulai sementara ma’mumnya masih belum siap, belum rapi dan belum lurus, anak-anak berkeliaran sambil menjerit-jerit. Sementara ketika kita menghadapi seorang pejabat yang notabene juga sesama manusia, kita begitu ketatnya mengawasi pasukan atau anggota kita agar teratur dan mengikuti aturan yang telah dirancang.
Manusia cendrung lupa dan selalu perlu diingatkan. shoof orang dewasa dengan shoof anak dibawah umur / belum akil baligh harus dipisahkan bila perlu tidak usah dibawa. Untuk menuju pada hal yang lebih baik atau hampir sempurna memang harus melalui pembiasaan dan pelaksanaan yang selalu berulang. Agar shoof LURUS DAN RAPAT tentu IMAM harus selalu membiasakan untuk mengumandangkannya dan memeriksanya pula. Ayo.. kita mulakan dari sekarang, adalah menjadi tanggungjawab kita bersama hal ini, sehingga kesempurnaan sholat berjama’ah bisa dicapai.
Terima kasih. semoga bermanfaat.
KOLUBI ARMAN
Penggunaan kalimat tersebut ditujukan untuk pelaksanaan sholat berjamaah. Lurus artinya tidak bengkok, dan sejajar. Dan yang menjadi patokan untuk meluruskannya adalah tumit kaki bagian belakang, bukan bagian depan kaki yaitu jari. ternyata panjang telapak kaki setiap orang berbeda-beda, tergantung ukuran postur tubuh. Jika patokan pelurusannya adalah tumit bagian belakang maka Insya Allah akan lurus dan sejajar. Kenapa harus lurus, dalam kaitan sholat berjamaah maka nilai sholat itu kurang sempurna bila tidak lurus.
Rapatkan artinya tidak renggang, lengan antara siku sampai bahu sesama ma’mum harus bersentuhan rapat. Kenapa harus rapat, shoof yang tidak rapat nilai sholat kurang sempurna. Setan memasuki shoof yang kurang rapat itu.
Mari kita perbandingkan dengan sepasukan orang atau tentara. Apakah ketika akan diinspeksi oleh inspektur upacara. komandan akan membiarkan pasukannya tidak rapi dan tidak siap. Komandanya tentu akan memeriksa dan mengawasi secara ketat pasukannya. Pasukan telah siap semua maka upacara baru dapat dimulai.
Hal yang sama jika suatu kelompok masyarakat dipanggil menghadap Presiden, untuk diberi kesempatan mengajukan permohonan/keinginan. Maka mereka akan mempersiapkan diri sebaik mungkin; memilih pimpinan kelompok sekaligus juru bicara, memilih kalimat-kalimat yang tepat, baik, santun untuk disampaikan, hadir tepat waktu sesuai yang ditentukan, sikap selama menghadap Presidenpun dijaga, bahkan pakaiannyapun diatur. tujuannya agar Presiden senang dan berharap segera mengabulkan permohonan mereka. Lalu bagaimana dengan anak-anak (dibawah umur)? Sebisa mungkin mereka tidak dibawa. Kenapa? karena agar pertemuan itu lebih khusuk, lebih tertib dan tidak mengganggu. Selain itu anak-anak umumnya belum paham sesungguhnya pertemuan itu, untuk apa, tidak dipahaminya.
Lalu bagaimana ketika kita menghadap kepada ALLAH SWT yang Maha Suci, Maha Agung, Maha Mulia dan Maha segalanya. Apakah sudah seketat dan serapi ketika menghadap pejabat?, Kontrakdisi, Sholat sudah dimulai sementara ma’mumnya masih belum siap, belum rapi dan belum lurus, anak-anak berkeliaran sambil menjerit-jerit. Sementara ketika kita menghadapi seorang pejabat yang notabene juga sesama manusia, kita begitu ketatnya mengawasi pasukan atau anggota kita agar teratur dan mengikuti aturan yang telah dirancang.
Manusia cendrung lupa dan selalu perlu diingatkan. shoof orang dewasa dengan shoof anak dibawah umur / belum akil baligh harus dipisahkan bila perlu tidak usah dibawa. Untuk menuju pada hal yang lebih baik atau hampir sempurna memang harus melalui pembiasaan dan pelaksanaan yang selalu berulang. Agar shoof LURUS DAN RAPAT tentu IMAM harus selalu membiasakan untuk mengumandangkannya dan memeriksanya pula. Ayo.. kita mulakan dari sekarang, adalah menjadi tanggungjawab kita bersama hal ini, sehingga kesempurnaan sholat berjama’ah bisa dicapai.
Terima kasih. semoga bermanfaat.
KOLUBI ARMAN
Comments