YANG TERHORMAT
IKAN SEPAT, IKAN GABUS DAN IKAN LELE
(makin cepat makin bagus dan tidak bertele-tele)
Kita semua tentu tak asing lagi dengan kalimat di atas. Ya.. kalimat tersebut biasa (baca wajib) dikumandangkan ketika ada acara-acara resmi, terutama bila acara tersebut dihadiri oleh bos, pejabat, penguasa, pemimpin lembaga, atau orang-orang penting lainnya. Mulai dari yang paling rendah RT, RW, KADES, LURAH, CAMAT, BUPATI, WALIKOTA, GUBERNUR, MENTERI, PRESIDEN bahkan tak lupa pula menyebutkan sang nyonya sipejabat.
Saya berkesimpulam dari kebiasaan menggunakan kalimat “YANG TERHORMAT” itu, dapat digambarkan betapa kita sesungguhnya tidak efektif, tidak efisien, tidak hemat, ingin dihormati dihadapan orang ramai, ingin ditonjolkan, ingin disanjung.
Saya sering diminta untuk menjadi pembawa acara-acara resmi ditingkat kampong dan sering pula mengikuti acara-acara yang dihadiri para bos, dan pejabat penting. Kalimat tersebut sepertinya jadi keharusan yang tak tertulis untuk disampaikan walau saya sendiri sangat risih dan merasa membuang-buang waktu. Bagaimana tidak risih dan menganggap buang- buang waktu.
Pertama bagaimana kalau pejabatnya yang hadir lebih dari sepuluh orang lalu yang memberikan kata sambutan (biasanya tak kurang dari tiga orang) semua melakukan hal yang sama dengan pembawa acara, padahal diujung pembukaan sambutan itu akan tetap ditutup dengan disebut YANG TERHORMAT para hadirin/para undangan semua.
Kedua penyampaian kalimat YANG TERHORMAT itu hanya dilakukan kepada pejabat aktif saja, tidak pernah disampaikan kepada mantan pejabat, walaupun sang mantan pejabat hadir pada acara tersebut, itu sama halnya penghormatan hanya dilakukan karena jabatan.
Ketiga penyampaian YANG TERHORMAT hanya kepada pejabat-pejabat penting itu juga melambangkan kondisi para pejabat yang seolah minta didahulukan minta dilayani dan ingin ditonjolkan.
Keempat apakah rasa hormat itu memang harus diungkapkan/disampaikan dihadapan orang banyak dan orang ramai.
Yang paling efektif, efisien dan hemat menurut saya sebut saja YANG TERHORMATI para hadirin/para undangan atau bapak-bapak dan ibu-ibu semua. Tidak perlu menyebut satu persatu para pejabat penting yang hadir apalagi sang nyonya sipejabat. Tidak menyebut satu persatu bukan berarti tidak dihormati atau tidak menghormati.
Yang aneh hingga kini hal itu tidak pernah dipersoalkan para pejabat, misalnya meminta untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Kenapa ya…?? Mungkin karena memang indah rasanya kalau disebut, ditonjolkan, sanjung-sanjung dan lalu dihormati dihadapan orang ramai.
Saya fikir sudah saatnya kita semua berusaha untuk menghilangkan hal-hal yang tak efektif, tak efisien, tidak hemat dan bertele-tele seperti hal sepele diatas. Ada ungkapan orang Melayu di KEPRI “ikan sepat ikan gabus, dan ikan lele yang artinya makin cepat makin bagus dan tidak bertele-tele.
Kolubi Arman.
Comments