PT. ARUN NGL Co, akan Menjadi kenangan Ribuan Orang
Akhir bulan Oktober 2014 ini, PT. Arun sebuah perusahaan besar dalam bidang pengeloaan gas akan berakhir. PT. Arun dan kilang pengoperasian sudah berhenti. Ini akan menjadi kenangan ribuan banyak orang. Karyawan PT Arun (tahun 80-90-an) pada masa jaya-jayanya lebih dari seribu orang, belum istri dan anak-anaknya, belum lagi anggota keluarga seperti adik, kakak, orangtua, pembantu dari karyawan PT Arun.
Lebih banyak cerita ribuan orang itu dimulai akhir tahun 1977 atau awal 1978. kenapa sejak itu mulai berdatangan karyawan PT. Arun dari berbagai daerah di Indonesia, Terutama Sumatera dan Jawa. Saya tidak ingin bercerita tentang PT Arunnya, karena saya memang tidak paham betul tentang PT. Arun. Saya ikut abang paling tua Syakroni Anwar ke Aceh tepatnya masuk ke Komplek Perumahan karyawan PT Arun tahun Desember 1977.
Saya yang dibawa langsung dari sebuah dusun di Sumatera Selatan yaitu desa Banding Agung di pinggir sungai Komering. Sebuah desa tanpa listrik, tanpa air bersih, jalannya masih satapak, tidak ada semen apalagi aspal, rumah-rumah warganya berupa panggung, desanya masih dikelilingi hutan lebat.
Tiba di Komplek PT. Arun tentu saja saya penuh kegirangan walau masih sepi, karena karyawannya masih sedikit. Kenapa girang karena suasananya jauh sekali dengan suasana desa asal saya, bahasa komeringnya saya itu 'JOGOL' (baca kemaruk). Kami para penghuni bisa tak menginjak tanah untuk pergi kerumah tetangga, ke sekolah, ke tempat hiburan, kolam, tempat olah raga, fasilitas yang diperuntukkan bagi penghuni dan karyawan karena jalan semua diaspal dan ada jalan dari semen, trotoar dari rumah kerumah atau ketempat lainnya. Dari tahun ke tahun terus ditingkatkan. Komplek terang benderang dimalam hari, lampu jalan, lampu taman ada dimana-mana, dan hampir tidak pernah mati, begitu juga air bersih. Tidak ada yang bayar semua gratis, mereka tinggal bawa pakaian lalu menyusunnya dirumah yang sudah disediakan isinya bahkan di level jabatan tertentu, disediakan mesin cuci, kulkas, AC, lemari pakaian, perabot lainnya, alat dapur/masak, tempat tidur dan kasur yang begitu empuk. Saya masih ingat sekitar tahun 87 warga perumahan mulai menikmati TV selain TVRI, star TV, MTV sebuah media asal Hongkong. Saya begitu suka nonton MTV dan saat itu Michael Jackson lagi begitu populer dengan video dan lagunya yang begitu dahsyat.
Bagi karyawan yang baru tiba dari luar bersama keluarga saat itu tidak perlu masak karena sudah disediakan 3 kali sehari dan diantar kerumah masing-masing. Saya masih ingat telur setengah matang menumpuk di kulkas, karena setiap pagi dikasih. Untuk anak yang sekolah berupa komplek, maksudnya jika para murid dan para guru masuk ke sekolah melalui pintu utama maka jika pintu utama itu telah dikunci maka tidak ada jalan lain keluar. Disediakan juga fasilitas yang begitu lengkap, ruang kelas besar, buku bacaan/pelajaran disediakan. Ruang lab disedikan berikut alat dan peralatannya, dan disediakan Aula/ruang besar jika kami ada aktifitas ramai-ramai. Ada grup drumband yang beberapa kali ikut kejurnas di Jakarta dan berprestasi. Seingatku TK ada 2, SD ada 2, SMP ada 2 dan SMA satu. Aku sendiri mulai sekolah disana sejak kelas 5 SD, saat itu masa sekolah di Indonesia Januari ke Desember, Terus tahun 1978 menteri Pendidikan kala itu Daud Yusuf merubah periode tersebut menjadi seperti sekarang maka saat itu kami sekolah satu tahun setengah dari Januari 1978 ke Juni 1979. Kami berada di kelas 5 selama satu tahun setengah. Saya sering jadi petugas upacara (pengibar bendera, protokol) yang dilaksanakan tiap senin dan ada peristiwa yang mengerikan saat upacara dilaksanakan. waktu SMA ada siswi adik kelas berdiri paling depan tiba-tiba jatuh kedepan bunyi tubuhnya saat menyentuh semen begitu keras, pingsan. Peristiwa itu membuat beberapa siswa ikut pingsan dan hoyong termasuk komadan upacara.
Untuk yang membutuhkan hiburan, disediakan bioskop, kolam renang, lapangan olah raga Lapangan bola, basket, lapangan badminton, lapangan volley, lapangan tenis meja dan tenis lapangan, golf, dan hampir tiap minggu ada lari lintas alam menyusuri perbukitan dibelakang Kompleh PT. Arun. Saya sendiri aktif sebagai pemain Badminton, waktu saya SMP juara dua single Badminton kabupaten Aceh Utara, karena Ijazah SD saya salah tulis tahun kelahiran tua setahun, saya jadi tak berangkat ke Jakarta. Ada juga pusat jajanan kalo sekarang dikenal tempat kuliner. Lalu ada sebuah bukit yang dikenal dengan bukit POLE, yang selalu ramai dikunjungi dimalam hari, lebih ramai di akhir pekan karena pemandangannya begitu indah dengan lampu komplek perumahan dan dikejauhan terlihat jelas pabrik pengolahan gas alam yang juga sangat terang dimalam hari. Banyak orang punya kenangan manis dibukit POLE ini. Ada pantai rancung dan Pioneer Camp dua pantai ini juga indah yang me nghadap selat Malaka. untuk dipantai rancong kami pernah seperti berkemah hanya duduk dipinggir pantai sampai pagi, kalau untuk pantai agak terbatas karena dulunya hanya diperuntukan para bule-bule atau orang asing lainnya, menetap disana seiring berkurangnya jumlah tenaga asing pelan dan pasti tempat itu mulai terbuka bagi karyawan Indonesia dan keluarga. Disana juga lengkap ada kolam renang, lapangan tenis, bola, rugby, tenis, softball, dan jajanan makanan bule, hotdog, burger, kentang goreng dll. Dan kami waktu itu ada kompetisi olah raga antar sekolah Indonesia dengan sekolah khusus anak bule itu. Atletik terutama, saya pernah jadi pesertanya saya ikut lempar lembing, cakram, lari. Saya juga dapat medali.
Banyak sekali kenangan manis mulai terbangun di perumahan PT. Arun di Aceh Utara itu, banyak yang mulai mengenal cinta, persahabatan sejati, arti persaingan, arti kehidupan, dan banyak sekali hal yang sulir dilupakan yang tidak akan kami dapatkan di luar.
Saya datang ke sana sebagai adik, fasilitas yang diterima tentu beda dengan anak karyawan, tapi kawan-kawanku baik kawan sekelas/seangkatan tidak pernah mempersoalkan hal itu, begitu juga kawan sekolah abang kelas maupun adik kelas, hal yang sama kawan para tetangga. Mereka adalah orang hebat, orang kreatif dan penuh persahabatan. Saya terkadang begitu tersentuh jika ada yang membagi photo suasana dulu disekolah maupun di perumahan jadi begitu rindu tapi apa daya cuma bisa diingat dan dilihat-lihat.
Banyak orang terlahir disana dan mulai belajar hidup juga disana yang sudah tentu banyak terbangun kenangan yang patut dikenang, tapi itu hanya tinggal kenangan, kompleknya kini semak, pohonnya sudah tinggi, bukit pole sudah tak indah lagi. Banyak orang pasti punya kenangan tersendiri dengan peristiwa yang dialaminya. Semoga berlanjut cerita ini...entahlah aku belajar mengingat dan menulisnya sebetulnya tulisan ini saya coba mulai tahun 2014 lalu baru malam ini (Juli 2018) aku lanjut lagi. Yang lain saya yakin lebih banyak ingatannya dari pada saya, lebih banyak peristiwa yang sulit dilupakan. Semoga menjadi pengingat yang positif dan menjadi inspirasi.
Saya yang dibawa langsung dari sebuah dusun di Sumatera Selatan yaitu desa Banding Agung di pinggir sungai Komering. Sebuah desa tanpa listrik, tanpa air bersih, jalannya masih satapak, tidak ada semen apalagi aspal, rumah-rumah warganya berupa panggung, desanya masih dikelilingi hutan lebat.
Tiba di Komplek PT. Arun tentu saja saya penuh kegirangan walau masih sepi, karena karyawannya masih sedikit. Kenapa girang karena suasananya jauh sekali dengan suasana desa asal saya, bahasa komeringnya saya itu 'JOGOL' (baca kemaruk). Kami para penghuni bisa tak menginjak tanah untuk pergi kerumah tetangga, ke sekolah, ke tempat hiburan, kolam, tempat olah raga, fasilitas yang diperuntukkan bagi penghuni dan karyawan karena jalan semua diaspal dan ada jalan dari semen, trotoar dari rumah kerumah atau ketempat lainnya. Dari tahun ke tahun terus ditingkatkan. Komplek terang benderang dimalam hari, lampu jalan, lampu taman ada dimana-mana, dan hampir tidak pernah mati, begitu juga air bersih. Tidak ada yang bayar semua gratis, mereka tinggal bawa pakaian lalu menyusunnya dirumah yang sudah disediakan isinya bahkan di level jabatan tertentu, disediakan mesin cuci, kulkas, AC, lemari pakaian, perabot lainnya, alat dapur/masak, tempat tidur dan kasur yang begitu empuk. Saya masih ingat sekitar tahun 87 warga perumahan mulai menikmati TV selain TVRI, star TV, MTV sebuah media asal Hongkong. Saya begitu suka nonton MTV dan saat itu Michael Jackson lagi begitu populer dengan video dan lagunya yang begitu dahsyat.
Bagi karyawan yang baru tiba dari luar bersama keluarga saat itu tidak perlu masak karena sudah disediakan 3 kali sehari dan diantar kerumah masing-masing. Saya masih ingat telur setengah matang menumpuk di kulkas, karena setiap pagi dikasih. Untuk anak yang sekolah berupa komplek, maksudnya jika para murid dan para guru masuk ke sekolah melalui pintu utama maka jika pintu utama itu telah dikunci maka tidak ada jalan lain keluar. Disediakan juga fasilitas yang begitu lengkap, ruang kelas besar, buku bacaan/pelajaran disediakan. Ruang lab disedikan berikut alat dan peralatannya, dan disediakan Aula/ruang besar jika kami ada aktifitas ramai-ramai. Ada grup drumband yang beberapa kali ikut kejurnas di Jakarta dan berprestasi. Seingatku TK ada 2, SD ada 2, SMP ada 2 dan SMA satu. Aku sendiri mulai sekolah disana sejak kelas 5 SD, saat itu masa sekolah di Indonesia Januari ke Desember, Terus tahun 1978 menteri Pendidikan kala itu Daud Yusuf merubah periode tersebut menjadi seperti sekarang maka saat itu kami sekolah satu tahun setengah dari Januari 1978 ke Juni 1979. Kami berada di kelas 5 selama satu tahun setengah. Saya sering jadi petugas upacara (pengibar bendera, protokol) yang dilaksanakan tiap senin dan ada peristiwa yang mengerikan saat upacara dilaksanakan. waktu SMA ada siswi adik kelas berdiri paling depan tiba-tiba jatuh kedepan bunyi tubuhnya saat menyentuh semen begitu keras, pingsan. Peristiwa itu membuat beberapa siswa ikut pingsan dan hoyong termasuk komadan upacara.
Untuk yang membutuhkan hiburan, disediakan bioskop, kolam renang, lapangan olah raga Lapangan bola, basket, lapangan badminton, lapangan volley, lapangan tenis meja dan tenis lapangan, golf, dan hampir tiap minggu ada lari lintas alam menyusuri perbukitan dibelakang Kompleh PT. Arun. Saya sendiri aktif sebagai pemain Badminton, waktu saya SMP juara dua single Badminton kabupaten Aceh Utara, karena Ijazah SD saya salah tulis tahun kelahiran tua setahun, saya jadi tak berangkat ke Jakarta. Ada juga pusat jajanan kalo sekarang dikenal tempat kuliner. Lalu ada sebuah bukit yang dikenal dengan bukit POLE, yang selalu ramai dikunjungi dimalam hari, lebih ramai di akhir pekan karena pemandangannya begitu indah dengan lampu komplek perumahan dan dikejauhan terlihat jelas pabrik pengolahan gas alam yang juga sangat terang dimalam hari. Banyak orang punya kenangan manis dibukit POLE ini. Ada pantai rancung dan Pioneer Camp dua pantai ini juga indah yang me nghadap selat Malaka. untuk dipantai rancong kami pernah seperti berkemah hanya duduk dipinggir pantai sampai pagi, kalau untuk pantai agak terbatas karena dulunya hanya diperuntukan para bule-bule atau orang asing lainnya, menetap disana seiring berkurangnya jumlah tenaga asing pelan dan pasti tempat itu mulai terbuka bagi karyawan Indonesia dan keluarga. Disana juga lengkap ada kolam renang, lapangan tenis, bola, rugby, tenis, softball, dan jajanan makanan bule, hotdog, burger, kentang goreng dll. Dan kami waktu itu ada kompetisi olah raga antar sekolah Indonesia dengan sekolah khusus anak bule itu. Atletik terutama, saya pernah jadi pesertanya saya ikut lempar lembing, cakram, lari. Saya juga dapat medali.
Banyak sekali kenangan manis mulai terbangun di perumahan PT. Arun di Aceh Utara itu, banyak yang mulai mengenal cinta, persahabatan sejati, arti persaingan, arti kehidupan, dan banyak sekali hal yang sulir dilupakan yang tidak akan kami dapatkan di luar.
Saya datang ke sana sebagai adik, fasilitas yang diterima tentu beda dengan anak karyawan, tapi kawan-kawanku baik kawan sekelas/seangkatan tidak pernah mempersoalkan hal itu, begitu juga kawan sekolah abang kelas maupun adik kelas, hal yang sama kawan para tetangga. Mereka adalah orang hebat, orang kreatif dan penuh persahabatan. Saya terkadang begitu tersentuh jika ada yang membagi photo suasana dulu disekolah maupun di perumahan jadi begitu rindu tapi apa daya cuma bisa diingat dan dilihat-lihat.
Banyak orang terlahir disana dan mulai belajar hidup juga disana yang sudah tentu banyak terbangun kenangan yang patut dikenang, tapi itu hanya tinggal kenangan, kompleknya kini semak, pohonnya sudah tinggi, bukit pole sudah tak indah lagi. Banyak orang pasti punya kenangan tersendiri dengan peristiwa yang dialaminya. Semoga berlanjut cerita ini...entahlah aku belajar mengingat dan menulisnya sebetulnya tulisan ini saya coba mulai tahun 2014 lalu baru malam ini (Juli 2018) aku lanjut lagi. Yang lain saya yakin lebih banyak ingatannya dari pada saya, lebih banyak peristiwa yang sulit dilupakan. Semoga menjadi pengingat yang positif dan menjadi inspirasi.
Comments