BERAPA OMZETMU

Beberapa waktu lalu tiba-tiba teman lamaku sejak SMA di Aceh dulu menelponku. Ya..Tentu saja kami saling menanyakan kabar masing-masing, karena sudah lama tidak saling menelpon atau menyapa. Kemudian materi pembicaraan lewat telepon itu terus melebar; misalnya sedang dimana, apa kegiatan sekarang, dan seterusnya. Rupanya teman lamaku itu sedang di Palembang dalam rangka berlibur bersama keluarga dan para karyawannya. Teman saya ini sudah sukses jadi pengusaha.

Rupanya teman saya itu ingin bertemu dengan beberapa sahabat kami yang berasal dan menetap di Palembang. Dia ingin menelpon dan tak punya nomor teman kami yang di Palembang. Kemudian teman saya itu bertanya kegiatan saya. Saya bilang bahwa saya sudah tidak bekerja lagi, sekarang atau sejak satu Desember 2017 buka usaha. Warung makan yang menjual Nasi bakar dengan beberapa varian rasa, soto, dan nasi campur. Saat teman saya menelpon itu, saya sama istri baru merintis usaha sekitar 3 bulan lebih.

Ada pertanyaan teman saya itu yang setelah saya dengar saya terdiam sejenak dan berfikir jauh soal pertanyaan itu. Apa pertanyaannya?. "berapa omsetmu?". Pertanyaan itu entah dia serius atau hanya bermain-main, atau sekedar bertanya tak bermaksud apapun. Entahlah, karena saya terdiam sejenak lupa menanyakan, apakah ia serius atau apa. Tapi saya tetap menjawab dengan rasa tak enak. Saya jelaskan bahwa usaha ini baru beberapa bulan dijalankan, soal omset tentu belum menjadi fokus utama, saat ini kami berfokus supaya ada respon dulu dari masyarakat. Ini masih sebuah proses belajar dalam banyak hal. Belajar membuat, belajar memproses, belajar memperhitungkan/memperkirakan belajar melayani dan seterusnya. Setiap kesalahan tentu akan menjadi proses belajar juga agar berhati-hati dan untuk diperbaiki.

Kenapa kata omset agak mengganjalku saat itu, ini arti omzet menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI): /om·zet/ /omzét/ n jumlah uang hasil penjualan barang (dagangan) tertentu selama suatu masa jual. Omset menurutku  untuk usaha besar, atau setidaknya usaha yang sudah berjalan lama, sudah memiliki karyawan. Sedangkan saya baru menjalankan usaha itu sekitar 3 bulan berdua dengan istriku.

Mungkin penglaman berusahanya sudah bertahun tahun dan sering bertemu sesama pengusaha yang sukses dan beromset besar, memiliki karyawan. Sering saling berdiskusi tentang usaha dan omset usaha masing-masing, sehingga ketika ngobrol dengan saya yang baru memulai usaha tak sengaja bertanya tentang omset usaha saya. Sungguh diluar perkiraan saya. Padahal ada beberapa materi seputar usaha yang sangat enak untuk dperbincangkan seperti saya yang baru memulai usaha; misal bagaimana respon masyarakat?, bagaimana rasanya jadi bos, dan bagaimana rasa punya usaha sendiri?, dan sebagainya.

Kesannya pertanyaan itu nada kurang positif dan kurang bersahabat. Belumlah patut kata omset untuk usahaku, tapi alhamdulillah sampai hari ini usaha kuliner (nasi bakar, soto, dan nasi campur) masih berjalan dan tentu saja kami berharap usaha ini terus berkembang, beromset besar, kami mampu mengelolanya/mengurusnya, tidak melalaikan kami kepada Allah, kepada Agama kami Islam, dan kepada Nabi Muhammmad SAW dan kepada umat.

Namun begitu saya berusaha menanggapi hal itu sacara positif, dan terus berdoa agar usaha kami ini berkembang maju, makin banyak jumlah yang diperjualkan, makin banyak pembelinya, menguntungkan, kami mampu mengelolanya, dan hal tidak melalaikan kami kepada  tidak melalaikan kami kepada Allah, kepada Agama kami Islam, dan kepada Nabi Muhammmad SAW dan kepada umat, aamiin. Semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

DARAH QURBAN SAPI UNTUK OBAT TELAPAK KAKI

KERAJAAN SRIWIJAYA; Minimnya Informasi.

Obat Gangguan Telinga.