CARA MENGUSIR BABI HUTAN (TAROBAH) AGAR TAK MASUK KEBUN.
Beberapa hari lalu saya pangkas rambut ditempat langganan saya, saat rambut saya di potong oleh tukang pangkas, tanpa sengaja saya melihat sekarung rambut. Lalu saya tanyakan sama sang pemotong rambut.
"Dalam karung itu rambut ya. bang". Biasa gaya Indonesia basa-basi, lah tau masih ditanya.
"Iya..bang".
"Itu...sudah ada yang ambil / beli"
"Gak, ..dibuang aja, tapi.. kalau di kampung kami, untuk mengusir babi".
"Wah...sama, dulu saya ingat di kampung saya juga untuk mengusir babi".
Si tukang pangkas kebetulan orang padang-Sumatera Barat...
Dulu waktu saya masih kecil sekitar tahun 70an, di kampung kami Banding Agung, Ogan Komering Ulu Timur-Sumatera Selatan. Babi hutan (Tarobah-Bahasa Komering) memang luas biasa banyak. Dan saya masih ingat, waktu saya masih kecil sekitar kelas 4 SD, saat pulang sendiri dari kebun. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh segerombolan babi hutan lagi mandi berkubang di lumpur, di pinggir tanah akas/kakek Kodi (di Komering Mati-orang kampung kami sebut, karena sungai itu mati tidak dilewati lagi air komering, karena sudah di belokan oleh Si pahit Lidah-Legenda). Gerombolan babi itu lumayan banyak, bahkan ada yang masih kecil-kecil. Hanya beberapa meter dari saya. Saya terdiam terpaku, merinding, gemetar disertai rasa ketakutan yang luar biasa melihat babi-babi itu, sementara babi yang paling besar menatap saya tajam, mungkin ketua babi atau induk babi yang lagi punya anak yang baru lahir. entah bagaimana akhirnya babi-babi itu bubar, meninggalkan tempat mandinya. Alhamdulillah saya selamat. Naik Kelas 5 SD saya pindah ikut sama Abang ke PT ARUN-Aceh-Lhokseumawe akhir 1977.
Kembali masalah rambut, Bagaimana caranya bisa mengusir babi. Orang kampung kami, memungut rambut dari tukang pangkas. Lalu menjelang malam atau sebelum maghrib rambut-rambut itu dijepitkan pada sebilah bambu bersama ban bekas yang sudah dipotong kecil-kecil. Setelah itu ditancapkanlah bambu-bambu itu ke tanah atau ditempat-tempat tertentu pada jarak tertentu mengelilingi kebun. Rambut itu dibakar. Bau rambut yang terbakar itulah ternyata yang tidak disukai BABI HUTAN, dan benar-benar efektif. Babi benar-benar tidak datang ke kebun untuk memanen / merusak tanaman di kebun di malam hari.
Untuk teknis pelaksanaannya ada yang tidak memakai ban, cukup rambut saja. Ada yang sekali saja membakar rambutnya menjelang malam. ada yang dua kali menjelang malam dan ditengah malam. Ada yang menggunakan bambu, ada yang menggunakan cara lain. Entah apa yang membuat babi itu 'tuki' bahasa komeringnya, (takluk-bahasa Indonesia nya) kepada bau rambut yang terbakar, hingga kini saya belum tahu. Rambut hitam atau rambut yang memutih (uban) apakah sama mujarabnya saya juga belum tahu, kayak rambut saya yang hampir putih semua. Rambut asli dengan rambut hasil semir (berbagai warna seperti yang marak sekarang), apakah juga sama mujarabnya, saya juga belum tahu. Semoga Bermanfaat.
Comments