MEROKOK: PEREMPUAN DAN MENTERI LAGI
Banyak komentar negatif dan positif juga lucu dari masyarakat ketika melihat atau mengetahui seorang menteri perempuan pada kabinet Jokowi-JK santai merokok di depan kamera media masa. Banyak yang kaget alias heran dengan tindakan
merokok Menteri Susi. Tulisan ini bukan untuk membela sang menteri perempuan merokok. Sayangnya banyak diantara kita cuma pandai menyebarkan komentar negatif tanpa melihat secara jernih masalah ini. Adakah sisi positifnya kasus merokok Menteri Susi ini?.
Kenapa kita kaget, bukankah, merokok hal biasa dan bukan aib. Bukankah banyak juga orang terhormat, dokter, guru, murid, orang sukses, pejabat bahkan ulama yang merokok. Lalu apa yang salah?. Masyarakat kita masih beranggapan bahwa seorang menteri apalagi perempuan tidaklah mungkin nekad merokok di depan kamera media. Kenapa begitu, bukankah kita terbiasa bahkan hari-hari melihat orang merokok.
Persoalannya adalah dikarenakan sang menteri seorang perempuan yang menjadi menteri. Dalam fikiran kita merokok adalah monopoli tindakan lelaki, padahal merokok masa kini bukan perkara lelaki atau perempuan. Jabatan publik (baca menteri) menurut sebahagian rakyat kita haruslah menjadi contoh yang baik, apalagi saat ini lagi gencarnya kampanye anti rokok, bahkan gambar dikemasan rokok telah dirubah/ditambahkan gambar mengerikan penyakit akibat rokok, supaya masyarakat tidak merokok.
Mayoritas masyarakat kita menganggap bahwa kesuksesan itu
harus berbanding lurus dengan akhlak baik, berbudi luhur dan sopan
santun dan moralitas. Orang terhormat, dokter, guru, murid, wanita, pejabat, orang sukses, bahkan ulama kita menganggap mereka orang baik, contoh baik yang tidak boleh merokok. Kita belum bisa mengenyampingkan bahwa sukses lebih penting dari pada penampilan, gaya hidup atau
kesopanan, itulah hebatnya bangsa kita. Makanya Menteri Susi jadi bulan-bulanan.
Menurut saya kasus dan fenomena Menteri Susi ini ada sisi positifnya. Ini bisa menjadi awal yang baik supaya bagi seluruh rakyat untuk tidak merokok disembarang tempat, tidak merokok dirumah, tidak merokok depan anak-anak, tidak menyuruh anak-anaknya membeli rokok. Bagi anda pejabat, guru, ulama. atau mereka-mereka yang berpotensi berhubungan dengan masyarakat luas baik secara langsung maupun tidak langsung, tidak untuk merokok disembarang tempat lagi. Saatnya memulai untuk tidak merokok, tidak membuang rejeki secara percuma, atau tidak lagi membakar rejeki yang diberikan oleh Allah SWT, SEMOGA BERMNAFAAT.
Comments