SUMPAH PEMUDA; Masih banyak yang belum Lancar Bahasa Indonesia
Kalau Nonton TV, mereka lebih suka siaran Singapura.
Sore tanggal 28 oktober 2011, saat aku menyiram tanaman dihalaman, menyapalah seorang apek (panggilan untuk lelaki tua/kakek dalam budaya Cina); halo pak ujarnya, nyilam ya pak?!. Dengan logat Cinanya yang sangat kental. Padahal saya memang lagi nyiram, dia tanya lagi, ya maklumlah basa-basi terkadang diperlukan untuk membuka pembicaraan.
Sore tanggal 28 oktober 2011, saat aku menyiram tanaman dihalaman, menyapalah seorang apek (panggilan untuk lelaki tua/kakek dalam budaya Cina); halo pak ujarnya, nyilam ya pak?!. Dengan logat Cinanya yang sangat kental. Padahal saya memang lagi nyiram, dia tanya lagi, ya maklumlah basa-basi terkadang diperlukan untuk membuka pembicaraan.
"Sudah pindah ya pak?", ujar saya padanya, (calon tetangga rumah yang mereka baru beli dan baru siap direnovasi)
"Ndak. bukan wa yang pindah nanti anak saya, balu angkat-angkat balang, hali ini anak wa pindah".
"Oooo".
"Pa, lw"
"apa?" saya benar-benar bingung, dan mengira ia mengajak bahasa Cina, maklum saya agak sipit.
"Pak lw, ya", dengan intonasi dan pengucapan yang tidak jelas.
"gimana pak?". Lagi-lagi saya kebingungan dengan ucapan dia.
"LW, saya baru paham rupanya, maksudnya RW.
" O..ya.."
"Wa,..kasih tau dulu, lapol sama bapak dulu, saya tak bisa bicalalah, susah". ujarnya membela diri.
"Bapak asli dari mana, lalu ia menyebut sebuah pulau kecil di Karimun sana"
"Saya sudah 7 tahun di Batam, ikut anak".
Na..itulah kira-kira saudara kita Cina yang sudah lahir di Indonesia, bahkan mungkin sudah keturunan yang ke 3 atau ke 4 di Indonesia, tapi Bahasa Indonesianya tak juga lancar, tak juga mampu menyatu dengan suku-suku lainnya. Saudara-saudara kita keturunan Cina yang tak lancar berbahasa Indonesia itu yang berasal dari pulau-pulau di Kepulauan Riau, yang memang sangat kurang bergaul dengan orang Indonesia lainnya. Jika nonton Televisipun mereka hanya menonton TV Singapura yang berbahasa Cina/Mandarin. Di Kepulauan Riau (Batam, Bintan, Karimun, dan lainnya) siaran Televisi Singapura dengan antena biasa mudah ditangkap dan jelas gambarnya. Sungguh banyak saudara kita, keturunan Cina di hampir setiap pulau di KEPRI, di Batam umumnya mereka yang di sebut Cina pulau adalah (maaf) adalah untuk menyebut Cina Kampung.
Peristiwa itu mengingatkan saya pada SUMPAH PEMUDA, dengan adanya sumpah itu para pemuda berhasil menyatukan Indonesia dalam Bahasa yang satu Bahasa Indonesia. Saya sudah 17 tahun tinggal di Kepulauan Riau, tapi masih sering menemui orang Cina yang sudah lahir di Indonesia, sudah tua tapi tak mampu berbahasa Indonesia dengan lancar.
Timbul pertanyaan apa masalahnya?, persoalan ini saya tahu sensitif tapi apakah karena kata sensitif itulah kita jadi lalai memantau, kita gagal menyatu, gagal menghilangkan stigma eksklusif, tidak mau bergaul, dan tidak boleh membicarakan hal ini, mereka bergaul jika menguntungkan. Dimana letak persoalannya?. Pihak pemerintah yang lalai atau memang saudara keturuan Cina yang tak ingin menyatu?. Bukankah sejak zaman Gus Dur kesempatan dan peluang bagi saudara keturuan Cina dibuka lebar, mereka sudah banyak jadi PNS, jadi anggota DPR, jadi Bupati dan lain sebagainya, tapi stigma eksklusif masih terus melekat, perkawinan dengan orang Indonesia semakin jarang terjadi. Tidak seperti suku-suku lainnya, sering terjadi perkawinan antar suku. Coba simak pula berapa banyak orang Indonesia yang mampu berbahasa Cina/Mandarin ketimbang orang kita / suku lainnya menguasai bahasa suku lainnya selain Cina?(Banyak orang jawa bisa berbahasa Palembang dan sebaliknya, banyak orang Bali bisa berbahasa jawa dan sebaliknya). Kenapa itu terjadi?,
Karena sesama suku lainnya berasimilasi, bergaul dan terjadi perkawinan, tidak ada yang eksklusif sehingga banyak orang dari suku lain menguasai bahasa suku lainnya, sama rasa, sama derajat dan iklas dalam bergaul. lalu simak saidara kita keturunan Cina?. Simak disekeliling kita?. Orang Indonesia lainnya sedikit yang menguasai bahasa Cina/mandarin padahal hal itu hampir setiap hari kita dengar orang berbahasa Cina/Mandarin, kenapa?, karena asimilasi tidak benar-benar terjadi dengan mulus. Saya paham masih banyak orang Indonesia, suku lainnya yang tidak mampu berbahasa Indonesia, tapi mereka berasimilasi dan tidak eksklusif, Bangsa kita memang pernah memiliki cerita buruk tentang orang-orang Cina sehingga zaman Soeharto mereka begitu di batasi, waktu itu kita paham jika akhirnya kebijakan Soeharto itu membuat orang Cina di Indonesia eksklusif tapi sekarang semua telah diboleh bagi mereka termasuk pengakuan tahun baru dan agama kong hu cu, mengapa masih terasa eksklusif.
SUMPAH PEMUDAH sepertinya belum benar-benar berhasil?, dan pemerintah dalam hal ini perlu mengambil kebijakan, memonitor hal ini sehingga semakn sedikitlah orang yang tidak lancar berbahasa Inonesia. Tulisan ini lahir semata-mata karena semangat Cinta Indonesia, cinta tanah air, cinta bahasa Indonesia dan cinta persatuan, bukan kebencian, tidak ada lagi eksklusif diatara kita yang bertanah air, bangsa dan bahasa satu ini, semoga bermanfaat sebagai renungan dan perbaikan.
Comments