TELEVISI
Seorang Al Maududi pemikir Islam asal Pakistan pernah mengatakan bahwa bangsa Babilonia yang ada di Irak itu tidaklah musnah atau hilang tapi yang hilang adalah adat serta budaya. Padahal adat dan budaya adalah merupakan jadi diri, pembeda dengan yang lain, ciri khas yang melekat sehingga dengan itu maka dikenallah bangsa Babilonia, Indonesia, China, dan sebagainya. Untuk melenyapkan sebuah adat dan budaya suatu bangsa/kaum memang bukanlah pekerjaan mudah dan orang / bangsa yang bermaksud untuk menghancurkan adat budaya itu tidak mungkin secara terbuka melakukannya pada zaman sekarang ini.
Mereka akan lakukan dengan cara yang tidak pernah kita sadari dan bendanya ada hampir pada setiap rumah kita, bahkan benda tersebut terkadang kita miliki lebih dari satu buah, benda itu adalah TELEVISI (TV). TV berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika TV memiliki daya pengaruh yang sangat tinggi terhadap perkembangan anak dan remaja, perkembangan yang dimaksud lebih banyak buruknya dari pada baiknya. TV dapat secara langsung mempengaruhi, menggiring emosi penonton seperti yang inginkan TV. TV juga dapat menggiring persepsi, opini, pendapat, minat penontonnya. Daya rusaknya luar biasa.
Hasil penelitian tersebut bagi bangsa seperti AS bukanlah sekedar penelitian tanpa makna dan tujuan. Mereka sangat yakin terhadap dampak TV. Secara sistimatis dikemaslah acara televisi sehingga orang dirumah betah dan memiliki ketergantungan pada TV. TV-pun menyajikan sesuatu dan mempertahankannya dengan alasan karena penonton maka yang tidak banyak penonton/ratingnya akan segera digusur dari acara TV walau baik bagi penonton. Kita lihat acara TV yang menonjol dan favorit umumnya dari AS, dan yang berasal dari sana umumnya kita bangga menontonnya karena kita anggap menjadi barometer kehidupan.
Akibat TV, kita terbiasa tentang gossip menggosip, perceraian, membantah orang tua, popularitas, kekayaan, perselingkuhan, pencabulan, pelecehan, persengkongkolan, tubuh yang terbuka, wanita bertato, pembunuhan dan yang berbau mistik (ulah setan kita jadikan tontonan dan percakapan hari-hari). Pendek kata pengaruh TV ada dalam kehidupan keseharian kita, mulai dari berpakaian hingga pergaulan kita. Lihat pakaian yang sempit, terbuka dan menonjolkan lekuk tubuh wanita ada dilemari kita dan kita bawa sehari-hari.
Hari ini justru dianggap lebih aib jika laki-laki menikah lebih dari satu kali secara baik-baik dibanding selingkuh dan bermain wanita. Menggosipi orang tidak lagi dianggap sesuatu yang berdosa bahkan TV itu begitu bangga bila berhasil mengungkit kehidupan orang, berhasil membongkar sesuatu yang ditutupi dan membesarkan suatu masalah yang kecil para selebriti / pejabat.
Secara perlahan adat dan budaya kita bergeser, kehidupan sosial kita berubah. Kita tidak lagi memiliki kekuatan untuk menegur tetangga yang kumpul kebo, menyimpan wanita, kita tidak lagi malu bila kehidupan kita menyimpang, dan kehidupan yang jauh dari budaya ketimuran lainnya. Penghancuran adat dan budaya itu semakin kuat dan nyata. Sangat sulit kalau kita mengatakan bahwa TV adalah menyangkut pilihan dan tanggungjawab setiap individu, bukan tugas pemerintah / penguasa. Kalimat ini juga diyakini sebagai upaya pencucian otak kita sehingga TV dengan tayangannya cendrung terlihat tanpa kontrol.
Percayakah anda bila kasus bangsa Babilonia akan menimpa bangsa Indonesia juga. Manusianya tetap ada hanya adat dan budayanyalah yang hilang. Keramahan tamahan, dan rasa malu bukan lagi menjadi identitas bangsa ini. Kita bisa melawannya, dengan kekuatan bersama. Sebarkan bila anda peduli.
Mereka akan lakukan dengan cara yang tidak pernah kita sadari dan bendanya ada hampir pada setiap rumah kita, bahkan benda tersebut terkadang kita miliki lebih dari satu buah, benda itu adalah TELEVISI (TV). TV berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika TV memiliki daya pengaruh yang sangat tinggi terhadap perkembangan anak dan remaja, perkembangan yang dimaksud lebih banyak buruknya dari pada baiknya. TV dapat secara langsung mempengaruhi, menggiring emosi penonton seperti yang inginkan TV. TV juga dapat menggiring persepsi, opini, pendapat, minat penontonnya. Daya rusaknya luar biasa.
Hasil penelitian tersebut bagi bangsa seperti AS bukanlah sekedar penelitian tanpa makna dan tujuan. Mereka sangat yakin terhadap dampak TV. Secara sistimatis dikemaslah acara televisi sehingga orang dirumah betah dan memiliki ketergantungan pada TV. TV-pun menyajikan sesuatu dan mempertahankannya dengan alasan karena penonton maka yang tidak banyak penonton/ratingnya akan segera digusur dari acara TV walau baik bagi penonton. Kita lihat acara TV yang menonjol dan favorit umumnya dari AS, dan yang berasal dari sana umumnya kita bangga menontonnya karena kita anggap menjadi barometer kehidupan.
Akibat TV, kita terbiasa tentang gossip menggosip, perceraian, membantah orang tua, popularitas, kekayaan, perselingkuhan, pencabulan, pelecehan, persengkongkolan, tubuh yang terbuka, wanita bertato, pembunuhan dan yang berbau mistik (ulah setan kita jadikan tontonan dan percakapan hari-hari). Pendek kata pengaruh TV ada dalam kehidupan keseharian kita, mulai dari berpakaian hingga pergaulan kita. Lihat pakaian yang sempit, terbuka dan menonjolkan lekuk tubuh wanita ada dilemari kita dan kita bawa sehari-hari.
Hari ini justru dianggap lebih aib jika laki-laki menikah lebih dari satu kali secara baik-baik dibanding selingkuh dan bermain wanita. Menggosipi orang tidak lagi dianggap sesuatu yang berdosa bahkan TV itu begitu bangga bila berhasil mengungkit kehidupan orang, berhasil membongkar sesuatu yang ditutupi dan membesarkan suatu masalah yang kecil para selebriti / pejabat.
Secara perlahan adat dan budaya kita bergeser, kehidupan sosial kita berubah. Kita tidak lagi memiliki kekuatan untuk menegur tetangga yang kumpul kebo, menyimpan wanita, kita tidak lagi malu bila kehidupan kita menyimpang, dan kehidupan yang jauh dari budaya ketimuran lainnya. Penghancuran adat dan budaya itu semakin kuat dan nyata. Sangat sulit kalau kita mengatakan bahwa TV adalah menyangkut pilihan dan tanggungjawab setiap individu, bukan tugas pemerintah / penguasa. Kalimat ini juga diyakini sebagai upaya pencucian otak kita sehingga TV dengan tayangannya cendrung terlihat tanpa kontrol.
Percayakah anda bila kasus bangsa Babilonia akan menimpa bangsa Indonesia juga. Manusianya tetap ada hanya adat dan budayanyalah yang hilang. Keramahan tamahan, dan rasa malu bukan lagi menjadi identitas bangsa ini. Kita bisa melawannya, dengan kekuatan bersama. Sebarkan bila anda peduli.
Comments