BERHATI-HATI DENGAN TELEMARKETING
Dunia pemasaran begitu berkembang pesat, apa saja bisa menjadi media untuk dijadikan sarana memasarkan produk apapun. Apalagi dunia serba digital saat ini. Dulu tahun 80 kebawah yang lazim sebagai sarana 'marketing' / pemasaran produk atau jasa, paling cuma radio, majalah, koran dan Televisi itupun TV sempat di hentikan oleh pemerintah orde baru karena iklan di TVRI yang dulu disebut 'mana suka siaran niaga'. dianggap sebagai pemicu pola konsumtif masyarakat Indonesia.
Kini media untuk memasarkan produk bisa apa saja, termasuk asbak rokok, bahkan tempat menyimpan tusuk gigi. Cara yang di lakukanpun sudah sangat moderen, serba digital dan termasuk pemasaran 'telemarketing'. Apa itu telemarketing (mohon maaf) saya coba jelaskan secara sederhana, karena saya bukan ahlinya. Yaitu upaya memasarkan produk melalui telepon. Para tenaga pemasar via telepon itu akan menelpon atau mengirim pesan (SMS) tentang produknya. Saya terkadang bingung entah dari mana mereka mendapatkan nomor telepon saya. Menurut pengakuan mereka, nomor saya didapat dari data yang ada di perbankan atau sistim, kenapa perbankan karena saya pernah memiliki kartu kredit, walaupun saya sudah tak aktif lagi, mereka tetap saja menelpon untuk menawarkan kartu kredit bank lain. Kalau penawaran / info produk melalui SMS, biasanya kita tanpa sadar mengisi sejenis survey, mengisi kartu anggota atau data pelanggan ketika berbelanja di satu tempat misal di toko buku, maka nomor kita akan disimpan dan kemudian jika toko itu ada promo atau produk baru maka kita di SMS atau di beri pesan-pesan tertentu.
Sebetulnya saya dalam tulisan ini tidak akan lebih lanjut membahas masalah telemarketing dari segi manfaat, fungsi dan tanggungjawabnya. Saya ingin mencoba menuliskan pengalaman saya dengan para telemarketing. Saya kebetulan pernah menjadi anggota TV berlagganan dari Jakarta. itupun kisah awalnya saya menjadi pelanggan karena pengaruh pemasaran juga. Na...sekitar pertengahan tahun 2015 saya ditelepon seorang yang mengaku bahagian dari grup TV langganan saya. Saya ditawarkan produk baru mereka internet 4g, kecepatan tinggi, bisa dipakai sekeluarga, dan cukup bayar Rp 220.000,- per bulan. Saya begitu tertarik karena faktor kebutuhan anak saya, dan kebanyakan materi PR atau tugas sekolah bahannya dari internet, hal lain yang membuat saya tertarik biaya perbulanya lebih murah jika di banding provider lain, termasuk indihome. Padahal saya sudah daftar untuk menjadi pelanggan indihome tapi tak masuk-masuk di perumahanku karena berbagai alasan. Saya terus di hubungi agar menjadi pelanggan baru mereka.
Banyak pertanyaan serta kekuatiran saya sampaikan kepada si penelpon, namun si penelpon berhasil meyakinkan saya agar saya mengatakan 'bersedia' atau 'ya' dan paham, Dia bilang begitu bapak bayar melalui ATM besoknya petugas kami akan segera datang dan memasang perangkat dan bapak segera bisa berinternet sepuasnya, saat petugas kami datang bapak bisa memeriksa/memastikan apakah internetnya sinyalnya kuat atau tidak kalau bapak tidak puas silahkan batalkan, jika bapak batal menjadi pelanggan internet maka uang tadi akan dikonfersikan sebagai tagihan TV bapak dibulan-bulan berikutnya. Tanggal 12 Agustus 2016 saya membayar tagihan TV berlangganan dan internet, jika ditotal sekitar Rp 300 ribu lebih.
Satu, dua, tiga hari tidak juga datang petugas dari TOP TV grup Indovision katanya. Setelah mengadu akhirnya tanggal 18 Agustus 2015 3 orang datang kerumah saya membawa perangkat WI FI, dan mereka memasang lalu mengajarkan kepada saya bagaimana segala sesuatu tentang perangkat itu dan cara menghubungkan dengan HP saya, sinyalnya kuat. Senanglah saya bersama istri dan anak-anak. Kata petugasnya tunggu 3 hari baru akan aktif. Setelah tiga hari tidak juga aktif lapor melalui sms, melalui 'call center' mereka juga tidak aktif. Akhirnya saya bersama istri datang ke kantor Indovision di Sei Panas Batam, namun betapa terkejutnya saya ketika seorang ibu staf di sana setelah memeriksa nomor palanggan TV saya, nama saya tidak terdaftar sebagai pelanggan intrenet grup mereka. padahal saya sudah bayar buktinya petugas datang membawa dan memasang perangkat WIFI di rumah saya. Saya lalu diminta melapor ke call center, saya laporkan mereka memohon maaf dan akan membantu. Ketika saya katakan bagaimana soal tagihan internet saya yang sudah berjalan hampir 2 minggu, apakah tetap dikenakan/bayarkan atau dialihkan dibulan berikutnya. Call center menjawab akan tetap dikenakan/dibayarkan. Saya protes masak tetap dibayarkan padahal internetnya tidak aktif dan saya tidak pakai. Mereka akhirnya meminta saya memilih di lanjut atau di putuskan, saya putuskan untuk diputus sebagai pelanggan internet. Dan uang yang sudah saya transfer di konfersikan sebagai tagihan TV berlanganan.
Inilah yang saya ingin berbagi. Setelah saya mengatakan 'bersedia' atau 'ya' dan paham, tugas para telemarketing berakhir kepada kita. Kita tidak lagi bisa menghubungi mereka walau kita catat nomor yang mereka gunakan karena nomor itu disediakan untuk menghubungi keluar bukan untuk di hubungi. Dan celakanya lagi petugas telemarketing itu bisa begitu banyak jumlahnya dan mungkin saja mereka adalah petugas-petugas yang tidak permanen, mungkin harian atau mungkin pula sebagai pekerja lepas . Ketika kita menghubungi bagian pengaduan dan kita utarakan keluhan kita 'sangat mungkin orang dari bagian tertentu itu akan menjawab 'wah saya tidak tau, penjelasan dari orang pemasarannya bagaimana. Sangat mungkin pula telepon kita tidak akan dijawab atau sulit sekali untuk terhubung, dengan alasan lagi sibuk, atau tidak diangkat. Kasus serupa ini sangat mungkin juga berlaku pada produk-produk perbankan seperti kartu kredit.
Setelah masa bayar langganan saya habis di Bulan 13 Nopember 2015, saya tidak lagi mau membayar TV berlanganan saya, padahal di layar TV ada pesan, mengingatkan saya agar segera membayar, tapai saya abaikan dan saya tidak lagi akan berlanganan karena sangat kecewa, saya seolah dikejar-kejar agar menjadi pelanggan internet namun berujung kecewa bukan karena kesalahan saya. Namun sejak itu saya kembali di hubungi terus terkadang bisa setiap hari bahkan ada yang berulang dalam satu hari, bahkan tadi pagi saya dihubungi namun saya tidak angkat. Mereka bertanya kenapa saya belum bayar, kenapa tidak aktif. bahkan petugas mereka pernah datang kerumah saya untuk mencari tahu apa alasan saya berhenti berlangganan TOP TV, saya jelaskan. bahkan ketika tim pemasaran mereka membagikan brosur di perumahan tamat saya tinggal saya juga telah jelaskan, bahwa saya sudah dikecewakan, dan apa kesalahan saya sehingga saya diperlakukan seperti itu. Nah itulah...semoga menjadi pelajaran dan menjadi kehati-hatian bagi smeuanya.
Comments