PUTRA RAMA

Siapakah PUTRA RAMA ini?. Dia seorang anak kecil yang masih duduk di klas dua SD. Kebetulan tempat tinggalnya hanya berselang beberapa rumah dari tempat tinggalku masih satu deret, sama-sama blok A. Dia kebetulan sering kerumah, untuk bermain dan belajar pelajaran sekolah. Sedikit tentangnya seorang anak yang diasuh / dipelihara seorang janda. Sejak bayi tadinya ia menetap di panti asuhan (muslim), setelah Putra Rama (kami sekeluarga memanggilnya RAMA) tidak bayi lagi (mampu berjalan/berlari/masuk usia sekolah) baru 'Bunda' panggilan ibu janda itu membawanya kerumah.

Kenapa saya ceritakan tentang PUTRA RAMA ini?. Banyak hal-hal kecil yang cukup menarik selama saya ngajak untuk ngobrol. ini awal kisah Rama  mulai belajar dirumahku, waktu itu sudah lewat jam sembilan malam tiba-tiba pintu rumah kami diketuk-ketuk, ternyata Rama bawa buku. terus saya buka pintu dan saya tanya mau ngapain. Rama bilang di suruh bunda belajar. ternyata ia bawa buku matematika, pelajaran yang banyak tidak dipahami ORTU-ORTU jadul. Termasuk saya, dari dulu tak paham-paham matematika. 

Karena waktu itu istri dan anak-anak saya sudah beranjak ke kamar untuk istirahat, sayalah yang mengajarkannya malam itu, pelajaran matematika kelas dua awal semester pertama masih bisa saya ajarkan karena masih sederhana. Malam itu alhamdulillah lancar saya mengajarkan / menerangkan pada Rama. Setelah selesai Ramapun pulang dan saya terus berdoa kepada Allah SWT, agar kami sekeluarga (aku, istriku dan anak-anaku) diberi keiklasan, rasa kasih sayang yang tulus untuk ikut mengajari atau ikut memberi pelajaran-pelajaran yang berguna, baik dan positif bagi Rama, dan apa yang kami ajarkan diterima, dipahaminya. Aku juga minta perlindungan kepada Allah SWT dari segala gangguan Iblis, setan dan hal-hal (sifat) negatif lainnya selama berikteraksi / mengajari Rama, juga tidak zholim tidak memakan haknya, juga kiranya apa yang kami lakukan untuk Rama di Ridhoi Allah, dan dinilai sebagai ibadah. Maklum agak takut ancaman dari Allah bagi yang berlaku kasar, memakan hak anak yatim. Tulisan inipun aku niatkan untuk berbagi, minimal saya berharap bermanfaat bagi aku, istri dan anak-anaku serta siapun yang membacanya.

Esok sorenya bunda Rama datang, "minta maaf pak RW, gak pakai bilang/izin nyuruh Rama ke rumah bapak. Saya kalau matematika suka pusing, tak ngerti-ngerti dan terkadang jadi gak sabaran, maka saya suruh Rama ke sini". "Kami dengan senang hati, semoga bermanfaat. Gak apa-apa Rama belajar di rumah kami". Bahkan sejak itu terkadang Rama juga menginap dirumahku.

Terkadang Rama setelah mandi sore sudah kerumah membawa buku pelajaran, istri atau anak sayalah yang mengajari Rama pelajaran-pelajaran yang ada. Kalau maghrib tiba biasanya saya ajak ke mesjid untuk Sholat. Nah...selama diperjalanan diatas motor baik dari rumah menuju mesjid maupun dari mesjid menuju rumah, Rama saya ajak ngobrol.

"Rama, nanti kalau sudah besar cita-citanya mau jadi apa?". Tanyaku sama Rama.
"Mau jadi tentara", jawabnya singkat.
"Kenapa mau jadi tentara, nanti ikut perang, apa tak takut?".
'Tidak, kan bisa bela Indonesia".
"Rama mau tentara yang mana, angkatan laut, angkatan darat, atau angkatan udara?".
"Mau yang darat aja".

Suatu kali saya tanya lagi, apa cita-citanya ternyata ia tetap konsisten pada cita-citanya semula. Ia pernah pula berkata dari atas motor saat aku bonceng ke mesjid. "Kata pak ustad 'man jadda wa jadda'; siapa yang bersungguh-sungguh maka Insya Allah akan tercapai cita-citanya". Rama dengan lancar berujar tanpa, titik koma dan mengulang-ulanginya. Terus saya katakan pada Rama memang begitu, kalau kita sungguh-sungguh, tapi kalau kita bermain-main maka dapatnya main-main atau tidak dapat apa-apa. Saya juga pernah tanyakan apa itu rukun islam, rukun iman. Namanya anak-anak dijawab sambil bernada (seperti bernyanyi itu).

Saya juga pernah kasih tau kalau sholat gak boleh main-main, kalau belajar ya harus sungguh-sungguh biar cita-citanya bisa tercapai. Terus saya juga pernah tanya.
"pegen masuk syurga atau pengen masuk neraka". 
"syurga". Suaranya lantang dengan cepat ia menjawab.
"gimana caranya supaya masuk syurga"
"Rajin sholat, beribadah, hormat dan sayang kepada orangtua, mencintai Allah san rasulnya dan seterusnya ia sebut".

Saya juga penah tanyai hasil ulangannya, rankingnya, makanan kesukaannya, warna kesukaannya, olah raga yang disukainya. ternyata Rama ikut latihan silat. malam hari. Terkadang jawabannya membuat saya tertawa atau tersenyum, misalnya saat saya tanya kalau disekola pas apanya yang paling disukai jawabnya "pas istirahat"

Dari beberapa momen percakapan saya dengan Rama diatas motor dari rumah ke mesjid atau sebaliknya, percakapan sore menjelang maghrib kemaren (4 Jan 2014) yang membuatku benar-benar terharu dan takjub. Bagaimana saya tidak terharu dan takjub ia masih duduk di kelas dua SD. Begini percakapannya.

"Rama!, nanti Rama kalau sudah besar pengen punya rumah besar atau kecil?"
"Rumah besar, diniatkan kepada Allah".
"Kenapa besar, kok gak yang kecil saja" ujar saya memancingnya untuk menjelaskan lebih lanjut.
"Ya, Rama pengen besar, biar nanti ada anak-anak yatim, banyak-banyak bisa tinggal tempat Rama, ada mesjidnya, ada tempat mainnya"
"Na..trus Rama dimana rumahnya, tinggalnya?".
"Rama diatas (mksudnya lantai dua)"

Aku langsung mengaminkan, dan setelah sholat maghrib selesai, akupun mendoakan / memohon kepada Allah kiranya apa yang ucapkan Rama tadi dikabulkan oleh Allah SWT. Sungguh mulia dan begitu hebatnya fikirannya, polos dan aku yakin ini adalah hasil tempaan para ustad yang membinanya / mengasuhnya di panti asuhan juga tempaan bunda yang memeliharanya. Konon Rama itu kalau lagi libur sekolah atau Bundanya lagi ke Singapura, ke Jepang di titip ke Panti. Semoga kelak ia menjadi anak yang sholeh, di ridhoi dan di selamatkan oleh Allah SWT dunia dan akhirat. Setidaknya Rama telah mendapatkan hal-hal dasar dari ketauhidan, keesaan Allah SWT, agama islam, kebaikan dan keburukan. Walau ia belum bisa menjelaskan secara lengkap tentang apa yang ia utarakan setidaknya ia tahu ada yang Maha segala-galanya, dan berkuasa atas segala-galanya, yaitu Allah SWT. Ia juga ingin berbuat kebaikan bagi sesama terutama para Yatim, yang mungkin ia telah rasakan sebagai anak Yatim.

Mendidik anak tidaklah mudah, terkadang kita terlalu sayang sehingga materi dan dunia kita semua berikan, namun akhirat kita abaikan. Permintaan anak semua kita kabulkan, tapi lupa keselamatan anak di akhirat. Saya sering berdoa kepada Allah agar anak-anakku dijadikan anak-anak yang sholeha, mencintai Allah dan Rasullnya, akupun memohon / menyerahkan keselamatan, kebahagian anak-anakku dunia dan akhirat kepada Allah SWT, dan memohon juga agar kiranya kedua anakku menjadi pemikir, pembela, penjuang agama Allah dan di ridhoi Allah SWT. aamiin.




Comments

Popular posts from this blog

DARAH QURBAN SAPI UNTUK OBAT TELAPAK KAKI

Obat Gangguan Telinga.

RASA TOLONG MENOLONGNYA TINGGI