Tak Mau Repot Ala Pak Tukang Balon
Minggu Pagi kemarin tanggal 16 April 2017 saya seperti biasa menemani istri saya ke pasar Mega legenda Batam Center. Setelah sarapan kami berpisah, istri saya masuk ke pasar dan saya kebetulan lagi malas ikut ke dalam pasar, saya pun duduk santai disamping pak penjual balon. Kebetulan saya agak sering ngobrol sama dia, jadi saya ditawari duduk dikursi disebelah pak penjual balon yang juga lagi duduk. Walaupun agak sering ngobrol namun saya anggap tak kenal karena namanya, asalnya, tempat tinggal saya tidak tahu. Kami pernah bicara soal batu yang pada waktu itu lagi tren, dijari jemarinya saya lihat sempat melekat beberapa buah batu cincin, tapi seiring popularitas batu menurun jarinyapun kosong dari batu cincin. Kalo saya Alhamdulillah memang suka sejak masa lajang dulu. Kamipun pernah bicara masalah buah-buahan, yang kebetulan disamping Pak Tukang Balon jualan ada penjual Jambu Biji / Klutuk besar-besar dan berwarna hijau. Sayapun tahu kalau ia cuma jualan pada hari Sabtu, Minggu atau hari Libur saja, karena katanya pasar ini sepi diluar hari-hari itu dan kalaupun ada yang belanja jarang bawa anak-anak kelompok sasaran saya.
Pengendara di sini seringkali suka-suka, memarkirkan kendaraannya. Sehingga sering menimbulkan kemacetan, kesemrautan, atau tidak rapi, tidak teratur. Bahkan katanya ada yang marah-marah ketika kita beritahu agar lebih rapi dan teratur atau mengarahkan parkirnya. Ada juga ketika kita sampaikan nanti tersenggol jika parkirnya kurang pas atau ada yang hilang, malah mengeluarkan kata-kata kasar dan sedikit mengancam. Padahal kita cuma memberitahukan saja. Disini lanjut pak Tukang Balon ada juga helem yang hilang, HP yang hilang yang tertinggal dimotor, bahkan sepeda motorpun ada yang hilang.
Namun ada juga yang kita beri tahu malah berterima kasih, dan mohon izin untuk parkir. Orang seperti ini kitakan jadi peduli. Pernah ada seorang ibu, HP Iphone mahalnya tertinggal di motor, kami amankan. Ketika si ibu kembali dan seperti mencari-cari sesuatu, kami dekati dan kami tanyakan. ternyata si ibu mencari HPnya yang tertinggal di motor. Kami tunjukkan HPnya ternyata si ibu mengaku itu memang miliknya. Kamipun diberi uang seratus ribu rupiah, katanya untuk ngopi. Alhamdulillah, terima kasih. Sudah empat tahun berjualan disini hanya yang seperti ibu inilah yang kami peduli, yang lain kami tidak peduli. Parkirnya seperti apa, apa yang ada di kendaraannya kami juga tak peduli, apalagi apa yang terjadi pada kendaraannya. Nah..begitulah cerita pak tukang balon, ia tak mau repot.
Comments