KENTUT DIPESAWAT, MALAH DIANJURKAN.
Kentut, siapa yang belum kenal??, maksudnya yang belum pernah mengalami, mulai bayi sampai jompo sekalipun, laki maupun wanita semua mengalami kentut. Kentut itu alamiah/manusiawi, saat bayi atau balita kalau kentut banyak orangtua sianak malah menertawakan, walau persis didepan muka sang ibu atau ayah. Namun ketika beranjak dewasa kentut adalah perbuatan kurang ajar, jika dilakukan sembarangan atau secara terbuka. Kenapa? karena dampaknya ke hidung yang telah mencium serta bikin sesak dada dan sudah tentu memalukan, terutama bagi wanita dan lelaki terhormat kayak anggota DPR, para model, para sosialita, atau bahkan para pejabat.
Sebuah riset
yang dilakukan lima
ilmuwan gastroenterologist asal Denmark dan Inggris merilis hasil riset
soal kentut di pesawat. Profesor Jacob Rosenberg, ketua tim, terilhami
untuk melakukan riset ini setelah melalui penerbangan dari Kopenhagen ke
Tokyo. Menurut mereka, kentut bisa terjadi 10 kali sehari. Namun
penumpang pesawat bisa kentut lebih sering di pesawat karena perubahan
gas di dalam perut yang dipengaruhi perubahan tekanan kabin pesawat. Menahan kentut di pesawat, akibatnya bisa merasa stres,
tidak nyaman, sakit, kembung, gangguan pencernaan. Bahkan, turbulensi
pesawat bisa membuat Anda kentut mendadak. Kesimpulan riset itu "kentut saja," ujar mereka dalam New Zealand Medical Journal yang
dilansir The Sydney Morning Herald, Jumat (15/2/2013). Para pilot malah mereka anjurkan untuk menyegerakan 'kentut', walau sedang berdekatan dengan pramugari, haaaa!.
"Kalau pilot
menahan kentut, bisa mengurangi konsentrasinya dalam mengendalikan
pesawat. Kalau pilot kentut, kopilot mungkin terganggu, yang mungkin
bisa mengurangi tingkat keselamatan pesawat," kata mereka.
Saya jadi teringat waktu masa SMP di Taman Siswa Komplek perumahan PT. Arun di Aceh dulu. Dulu kami para lelaki, siapa yang kentut wajib bersiul, yang tidak bersiul maka akan kena gebuk ramai-ramai. Entah bagaimana prosesnya yang kentut bakal ketahuan, biasanya langsung lari menghindar, terus berusaha bersiul namun tidak akan berbunyi karena sambil tertawa, menahan geli, ya..para penggebuk terus saja melakukan aksinya sampai terdengar siulan dari bibir yang kentut.
Lain lagi ketika masa kuliah dulu di Banda Aceh pertengahan tahun 80-an. Transportasi menuju Banda Aceh zaman itu hanya Bus, kala itu Bus Banda Aceh Medan sudah mewah, ber AC, ber vidoe, ber Karaoke. Na...biasanya dari Lhokseumawe ke Banda Aceh kami berangkat jam 11 malam dan sampai di Banda Aceh subuh. Na..sekitar jam 2 malam dalam bus ber AC itu, terciumlah bau kentut yang pahit dan baunya tak ada tandingan, dalam bus dan ber AC, tentu lama tak hilang-hilang. Nampaknya 'sipembuang' angin tak sedap itu sudah tak tahan lagi...atau sudah menerapkan terlebih dahulu hasil riset para pakar diatas.
Tak lama berselang tiba-tiba seorang penumpang lekaki, ditengah keheningan dan para penumpang yang rata-rata sedang menutup hidung berujar dengan lantang 'pukaima, siapa yang kentut ni!'.Jelas dari nada dan kalimatnya lelaki itu tidak tahan dan sangat marah, mungkin mau gebukin orang kentut itu, model kami di SMP dulu. Mendengar kalimat itu sebahagian malah tertawa.
Lain lagi saat kami duduk di kelas dua SMP (kalau di Komplek PT. Arun Aceh dulu disebut Taman Dewasa-Taman Siswa). Ada seorang guru yang belum lama menjadi pengajar disana, yang namanya guru biasa jalan ke belakang, banyak motif guru jalan kebelakang atau bahkan berdiri sandaran didinding belakang; mungkin bosan berdiri di depan, mungkin biar murid dibelakang jangan ribut, memperhatikan/memastikan anak murid dibelakang mengikuti pelajaran dan mungkin juga ingin memastikan tulisannya terbaca atau tidak sebagainya.
Na..saat Pak Guru bediri di belakang sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, dalam keheningan murid yang sedang mencatat. Tiba-tiba Pak Guru berujar "mmh..Kurang ajar..siapa yang kentut!" (maaf dengan nada orang yang tidak bisa mengucapkan 'R', sambil berjalan dengan tergesa-gesa ke depan, dan langsung duduk. Otomatis kami para murid semuanya menahan geli dan menahan tawa. Kami saling pandang, adanya menutup mulut dan hidung dengan tangan, ada yang senyum-senyum. Setelah pelajaran selesai, kami masih saja tertawa mengigat peristiwa itu, dan kami para lelaki mulai menebak-nebak siapa yang kentut karena dari model kentutnya yang khas; sangat bauks, pahit dan menyengat dihidung. Memang ada satu teman yang kentutnya memenuhi kriteria itu, kamipun mulai mengarahkan pembicaraan ke dia sebagai pelaku tunggal. Jika mengingat peristiwa-peristiwa diatas entah mengapa saya terkadang masih tertawa walau sedang sendirian bahkan di tahun 2019 ini sayapun masih tertawa jika ingat hal itu.
Lain lagi saat kami duduk di kelas dua SMP (kalau di Komplek PT. Arun Aceh dulu disebut Taman Dewasa-Taman Siswa). Ada seorang guru yang belum lama menjadi pengajar disana, yang namanya guru biasa jalan ke belakang, banyak motif guru jalan kebelakang atau bahkan berdiri sandaran didinding belakang; mungkin bosan berdiri di depan, mungkin biar murid dibelakang jangan ribut, memperhatikan/memastikan anak murid dibelakang mengikuti pelajaran dan mungkin juga ingin memastikan tulisannya terbaca atau tidak sebagainya.
Na..saat Pak Guru bediri di belakang sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, dalam keheningan murid yang sedang mencatat. Tiba-tiba Pak Guru berujar "mmh..Kurang ajar..siapa yang kentut!" (maaf dengan nada orang yang tidak bisa mengucapkan 'R', sambil berjalan dengan tergesa-gesa ke depan, dan langsung duduk. Otomatis kami para murid semuanya menahan geli dan menahan tawa. Kami saling pandang, adanya menutup mulut dan hidung dengan tangan, ada yang senyum-senyum. Setelah pelajaran selesai, kami masih saja tertawa mengigat peristiwa itu, dan kami para lelaki mulai menebak-nebak siapa yang kentut karena dari model kentutnya yang khas; sangat bauks, pahit dan menyengat dihidung. Memang ada satu teman yang kentutnya memenuhi kriteria itu, kamipun mulai mengarahkan pembicaraan ke dia sebagai pelaku tunggal. Jika mengingat peristiwa-peristiwa diatas entah mengapa saya terkadang masih tertawa walau sedang sendirian bahkan di tahun 2019 ini sayapun masih tertawa jika ingat hal itu.
Kentut itu alamiah dan manusiawi, namun membuang sembarangan juga dianggap sangat memalukan bahkan dianggap kurang ajar bukan kelebihan ajar. Apalagi yang kentut itu wanita muda nan cantik dan bunyi kentutnya 'ngebass gitu'. Na..kalau para pakar itu menganjurkan tidak perlu menahan kentut di pesawat yang ruangannya tidak terlalu besar dan ber AC, bisa-bisa kejadian macam di Bus di Aceh itu bisa berulang. Gimana pula kalau para pramugari yang cantik-cantik itu bentar-benat kentut, bisa-bisa, jumlah pelanggan pesawat menurun, atau dalam pesawat terjadi kegaduhan, lalu mendarat darurat itu pesawat.
Namun dipesawat itu tidak pernah kita dengar pengumuman dari pramugari melarang kentut dipesawat, yang ada larangan mengaktifkan HP, merokok dan mengambil barang-barang milik pesawat. Tapi tidak pula diumumkan bahwa dipesawat diperbolehkan kentut. Kentut itu manusiawi jika tidak berbauk yang mengganggu, Tidak manusiawi jika bauknya luar biasa dan mengganggu.
Namun dipesawat itu tidak pernah kita dengar pengumuman dari pramugari melarang kentut dipesawat, yang ada larangan mengaktifkan HP, merokok dan mengambil barang-barang milik pesawat. Tapi tidak pula diumumkan bahwa dipesawat diperbolehkan kentut. Kentut itu manusiawi jika tidak berbauk yang mengganggu, Tidak manusiawi jika bauknya luar biasa dan mengganggu.
Comments