Posts

Showing posts from September, 2010

UANG JAJAN

Image
UANG JAJAN. Kini hampir tidak ada orangtua yang tidak memberikan uang jajan kepada anak-anaknya. Banyak alasan mengapa orangtua memberikan uang jajan kepada anaknya; tidak sempat sarapan dirumah, malu pada anak orang lain yang setiap hari ada uang jajan, kasihan pada anak, karena kebiasaan, karena kelebihan uang. Uang jajan adalah bekal berupa duit yang diberikan orangtua kepada anak untuk membeli makanan dan minuman bahkan pulsa ‘Handphone’. Saya termasuk yang punya pola fikir kuno soal uang jajan. Uang jajan sesungguhnya jika kita tidak kontrol bisa sangat mubazir dan secara perlahan akan membuat anak tidak memahami arti berhemat. Untungnya kedua anak saya bukanlah tipe anak yang menyukai jajan, maksudnya mereka lebih sering hanya jajan di sekolah, diluar itu mereka jarang sekali jajan. Harus dimaklumi uang jajan selama di sekolah terkadang menjadi dilema tersendiri, saya dan istriku tidak mungkin membiarkan anakku tanpa uang jajan, setiap hari hanya menonton teman-temannya jaja

NUMPANG TIDUR

Nguap itu bisa menular. Numpang tidur yang saya maksud bukanlah seperti numpang tidur / menginap dirumah orang atau di Hotel. Tapi ini sungguh terjadi, ada orang yang tidur namun seringkali tidak menyadarinya kalau ia sedang numpang tidur. Hari Jum’at adalah waktu paling banyak orang yang numpang tidur di mesjid. Waktu tengah hari itu benar-benar membawa orang terkantuk-kantuk dan bahkan tertidur pulas sampai (maaf) ‘ngorok’, bahkan ada yang harus dibangunkan saat sholat Jum’at hendak mulai. Rasanya siapapun sungguh berat menahan kantuk, ditahan-tahan kelopak matanya pelahan-lahan tertutup sendiri, kepalanyapun ikut-ikutan menurun, menunduk kebawah, berulang-ulang posisi tubuhnya dibenarkan tapi kembali lagi tertunduk letoy, ada yang mencoba menopang kepalanya dengan tangannya namun tetap saja ada yang meleset, bahkan ada yang hampir terkulai ke lantai. Ada juga yang selalu ingin mengambil posisi yang sama disalah satu sudut ruang mesjid, mungkin sudah enak sambil nyandar dan bak

KETIKA HARUS BERKACA MATA

Image
'berkurangnya anugerah hidup" Sore itu tiba-tiba Hpku berbunyi, tapi aku tak mengenal nomor (tak tercatat dalam HP), karena berbunyi dari nomor yang sama beberapa kali aku putuskan untuk menelepon balik, aku anggap yang menghubungiku beberapa kali berarti bukan sekedar ‘misscall’ atau iseng, ya mestinya ada yang serius. “Hallo, tadi menghubungi saya” ujarku bertanya. “Ya, ini dengan Pak Kolubi Arman” ujar wanita diseberang. “Ya, saya sendiri, ada apa ya?”. “Pak ini dari Optik, kacamata bapak sudah siap”. Sesuai dengan janji mereka satu minggu. “Oh..ya…jam berapa tokonya tutup, malam saja saya ambil”. “Setengah sembilan pak” Sehabis sholat Isya, kami berangkat menuju sebuah mall tempat optik aku memesan kacamata itu. Sampai disana ada wanita yang sedang duduk menunggu, entah siapa yang ditunggunya (aku ya….. geer kali), merasa ditunggu, yang ditunggunya jelas ..pelanggan. “Hallo saya Kolubi Arman”. “Oh..ya Pak”, kelihatannya dia langsung ingat dan segera mengambil kacam

Haa..BERKACA MATA!!.

Image
“karena dialah yang nanti akan lebih banyak melihat/memandangi aku berkaca mata” Ketika kami sedang menunggu panggilan untuk mendapatkan rujukan (voucher) ke optik guna pemeriksaan mataku, aku dan istriku mendekati timbangan badan yang tersedia di kantor klinik itu. Lalu kamipun menimbang badan secara bergantian. “Turun ya..bu beratnya”. ujarku berbisik pada istriku. “Ya..sudah turun banyak, celananya sudah mulai pada melorot ni” “Celana luar atau dalam, yang melorot”. ujarku sambil menggoda istriku, masih berbisik.                      Ya..itulah salah satu bahagian canda spontanku dengan istriku. Lalu istriku mencubit pinggangku berkali-kali dan kamipun tertawa bersama, pegawai kantor klinik pada melirik ke kami, mungkin mereka heran. Kadang-kadang kami memang terlibat canda dan suka humor. Kata melorot rupanya, bisa menjadi bahan tertawaan, tentu saja jadi tertawa, apalagi kata melorot cendrung berkonotasi buruk, menggelikan, memalukan, mengharukan, bahkan mengenaskan (tidak berma

SEPTEMBER CERIA

Si Asep baru saja diputuskan cintanya oleh kekasihnya yang cantik, sudah berbagai cara Asep lakukan agar kekasihnya tidak mendiamkan dirinya, tidak memutuskan cintanya, agar cinta mereka langgeng. Asep kirim bunga, kirim sms, kirim surat ,  kirim email bahkan telepon tapi usaha Asep semuanya gagal, kekasihnya hilang bagai ditelan bumi dan iapun patah arang. Cintanya telah di campakkan, telah disia-siakan. Asep tidak lagi mampu berfikiran positif dan berlapang dada untuk menerima kenyataan, matanya gelap, harapannya telah punah, Asep telah bulat memutuskan untuk membunuh dirinya sendiri. Lagu Rahmat Kartolo ‘Patah Hati’ mulai dihafalnya menambah buram semangat hidupnya, Asep ini kebetulan ‘playboy’, anak maen cap kutu. Asep mengambil tali, lalu survey tempat yang paling cocok untuk mengakhiri hidupnya, jumpalah ia dengan sebatang pohon besar yang cabangnya menggantung keatas sungai yang sangat deras. Fikirnya ini adalah lokasi yang tepat, jika orang melihat dan mencoba menggagalkan us

HIDUP YANG MENGESANKAN.

Image
Pulkam. Tiba-tiba Hpku berdering, tentu saja aku angkat karena yang nelepon itu, aku memanggilnya Kak (adat komering laki-laki lebih tua dari kita dipanggil Kakak), tidak bersudara dekat tapi karena sesama kampung dan bila diurut-urutkan masih ada kaitan keluarga tapi sudah jauh sekali. Tentu saja percakapan kami melalui HP itu menggunakan bahasa ibuku yaitu bahasa Komering. “Bi, Aku mau pulang kampung”. “Tanggal berapa?”. Ujarku. “Tanggal 5 September 2010, aku mau lebaran didusun dulu, dah lama aku tak balik” “Orang kita siapa aja yang balik” “Kayaknya tak adat,  apa ada yang mau dititip?”. “Mmm…..yang jelas titip salamlah”. Mungkin karena kedua ORTU sudah tak ada lagi dan saudara juga tak ada yang dikampung, makanya aku bingung, mau nitip apa. “Ha..haa.hha” tertawa ngakak, karena  mudah dan tidak termasuk titipan/ole-ole pulang kampung. Kakak yang baru saja nelepon aku ini, sudah lama juga menetap di Batam, umurnya yang sedikit lagi memasuki kepala 6 hingga kini masih membujan

POHON PENGHIJAUAN

Image
Minggu tanggal 22 Agustus 2010, pohon yang ditanam sejak beberapa tahun lalu ditebang, pohon itu adalah pohon terakhir dari 5 batang yang ada, habis sudah. Kenapa warga memotong pohon yang dulunya dimaksudkan sebagai pelindung dan peneduh itu?, rupanya pohon-pohon itu setelah besar dirasa mengganggu; daunnya yang setiap hari berserakan dihalaman, daun-daunnya yang berada diatas atap mempercepat pelapukan dan akar-akar pohon tersebut mulai merusak jalan dan paret. Jadilah lingkungan itu semakin panas. Alasan warga untuk memotong pohon-pohon itu bisa dimaklumi. Ini juga kisah pemotongan ramai-ramai oleh warga, pohon dan tanaman buah dilingkungan perumahanku di Lobam-Bintan dulu. Begitu selesai, jalannya diaspal oleh pemkab Bintan, RTku mengundang warga untuk membicarakankan lingkungan termasuk memelihara aspal agar awet. Terlontarlah, agar pohon yang ditanam di jalan dan bahu jalan untuk ditebang, maka pada hari yang sudah ditentukan warga mulai bergerak menebang pohon. Beberapa w