Posts

Showing posts from February, 2011

MEWASPADAI IKLAN4.

Simaklah iklan sebuah operator telepon berikut. Seorang laki-laki yang sedang menelpon dalam sebuah toko swalayan dengan Hpnya, lalu ‘mencuri’ dengan menyemprotkan pewangi ke tubuhnya, ketika seorang wanita disampingnya memperhatikan tindakan laki-laki itu, sang laki-laki berujar ‘Hemat’. Ketika si lelaki makan bersama teman-temannya, ia hanya memesan nasi putih tanpa asesoris apapun alias lauk pauk, dan ketika makan dimulai silelaki (masih dalam keadaan menelpon) ‘merampas’ ikan dan minuman milik teman-temannya. Melihat adegan itu tentu saja teman-temannya pada heran bin bengong, sang laki-laki berujar ‘Hemat’. Dan puncaknya ada adegan silelaki (masih dalam keadaan menelpon) dalam sebuah mobil dengan seorang wanita. Ketika siwanita hendak menghidupkan AC atau pendingin udara silelaki mencegah siwanita, lagi-lagi silelaki berujar ‘Hemat’. Teman wanitanya emosi. Diujung cerita siwanita terlihat sedang mendorong mobil akibat ulah yang serba hemat itu. Jika kita jeli, iklan itu m

BEKERJA TAPI TIDAK DIANGGAP KERJA.

Kepada Karyawan baru, saat mengabsen satu per satu untuk berkenalan, saya hampir selalu bertanya pengalaman kerja, berapa lama dan pernah bekerja dimana / perusahaan apa?. Dari jawaban mereka, pada umumnya hanya mengakui bekerja pada perusahaan-perusahaan besar. Mengapa?. Ternyata sebahagian besar pekerja-pekerja itu (mungkin termasuk kita) merasa baru bekerja jika bekerja di Pertamina, Telkom, Indosat, PLN (BUMN lainnya), Bank, PNS/Guru, Pilot, Polisi, Tentara dan atau perusahaan besar swasta (asing / dalam negeri). Sedangkan bekerja di restoran, minimarket, mal, toko, supir, agen perjalanan, warnet, nelayan, petani, bengkel, bioskop dan sebagainnya belum dianggap bekerja. Apalagi sebagai pengepul / pengumpul barang bekas alias rongsokan belum dianggap sebagai sebuah pekerjaan. Mungkin karena gajinya yang kecil, tidak elit, tidak keren. Di Batam umumnya (sebahagian besar) jenis pekerjaan yang ada adalah jenis pekerjaan sederhana yang tidak terlalu memerlukan pemikiran. Perusahaan-

CARI DUIT.

Image
Setiap melaksanakan Orientasi kepada Karyawan baru, saya hampir selalu menanyakan kepada mereka “apa tujuan mereka merantau jauh-jauh ke Batam?”. Bermacam-macam jawaban mereka. “Ada yang ingin bekerja”. “Ada yang ingin membantu orang tua”. “Ada yang ingin cari duit”. “Ada yang ingin mencari pengalaman”. “Ada yang ingin mencari modal untuk buka usaha”. Semuanya benar, namun tidak tepat. Mengapa begitu?. Kalau cuma ingin kerja, cuma ingin bantu orangtua kenapa harus jauh-jauh ke Batam. Dikampung banyak pekerjaan, mencuci pakaian, menggosok, dan sebagainya. Kalau ingin mencari pengalaman, pengalaman apa pula yang ingin dicari?. Lalu kalau sudah dapat pengalaman, mau diapakan pengalaman-pengalaman itu?. Lalu apakah dengan bekerja pasti dapat duit?. Belum tentu bukan…simaklah. Tahun 2011 ini, pendapatan minimal mereka sesuai UMK sebesar Rp 1.180.000,- perbulan tanpa lembur. Cukupkah itu?,…berbicara uang, tidak akan pernah cukup, karena kebutuhan selalu saja ada dan terus mening

MEWASPADAI IKLAN3.

Iklan Telepon yang “Menyesatkan?” Iklan telepon dimedia masa termasuk yang paling gencar, propaganda iklan dilakukan sangat kreatif, termasuk memasang artis yang lagi naik daun (ulat bulu ya..), sesama operator seperti XL, Telkomsel, AXIS dan Mobile 8, berlomba menggaet konsumen terutama kaum muda dan pengguna telepon baru. Akibat persaingan yang begitu ketat itu mereka seolah memberlakukan tarif Rp 0,-(sama dengan tidak ada tarif/tanpa tarif/nol). Benarkah itu?, masuk akalkah itu?.... Ah…logika bisnis manapun atau dagang apapun tidak akan ada yang memberlakukan 0 (nol) rupiah alias tidak ada tarif / tidak ada harga untuk barang atau produk jasa yang diperjualbelikan. Simaklah apa kata ketua Indonesia Telecommunication Users Group (IDTUG) Nurul Yakin, “tarif Rp0 sebenarnya sama sekali tidak ada. Operator akan mengeruk sebanyak-banyaknya pulsa dari pelanggan sebelum pemberlakuan tarif gratis”. Tarif interkoneksi antar seluler lokal adalah Rp251 per menit, sementara untuk interkoneksi

KEKUASAAN…ENAK DUDUK LUPA BERDIRI.

Barangkali Hosni Mubarak dari Mesir dan Ben Ali dari Tunisa adalah contoh yang paling mutahir. Kasus Suharto, Marcos, tidak mampu menjadikan pelajaran berharga bagi mereka. Kekuasaan yang begitu lama dipegang menjadikan mereka lupa daratan, menjadi absolut, korup, tidak terkontrol karena kekuasaan itu begitu menggoda. Dalam kondisi seperti itu kekuasaan memunculkan kebencian, permusuhan serta matinya rasa kemanusiaan karena perbedaan dianggap akan menghancurkan dan sebagai penghalang. Kalau sudah begitu lupa kapan harus berhenti, lupa kapan harus melepaskan jabatan. Kekuasaan itu memang enak, karena fasilitas dan pelayanan yang serba ‘wah’ diterima, apapun yang dikatakan ada yang mengikuti dan mendengarkan. Ketika ada hajatan tak perlu keluar dana apapun sponsor berdatangan untuk membantu, ada yang kirim garam, tepung, ikan asin, minyak goreng, kentang, tomat, telur, sembilan bahan pokoklah..termasuk kebutuhan lainnya, enaaaak bukan????. Dijalan tak pernah merasakan kemacetan atau ke

MEWASPADAI IKLAN2

BEBAS. Saya seringkali dibingungkan oleh kalimat-kalimat iklan dari beberapa produk yang ditayangkan dibeberapa media Indonesia terutama televisi. Kebingungan saya terjadi pada penggunaan kata BEBAS. Coba perhatikan kalimat berikut; Bebas ketombe Iklan syampo Bebas nyamuk Iklan anti nyamuk (bukan obat nyamuk lho..) Bebas banjir Iklan perumahan Bebas osteoporosis Iklan susu Bebas biaya Iklan kursus Bebas pungutan Iklan mendaftar disekolah Itu hanya sebahagian contoh kalimat yang digunakan dalam mengiklankan berbagai produk. Atau coba bandingkan dengan kalimat dibawah ini; Bebas Sex Bebas memilih Bebas bergaul Bebas bicara Lalu apa arti “bebas”. Secara sederhana bisa diartikan: SUKA-SUKA, atau TERSERAH, atau TIDAK ADA IKATAN / TIDAK IKUT KETENTUAN. Na…lalu apa artinya kata bebas jika dikaitkan dengan iklan sebuah produk seperti contoh diatas. Silahkan renungkan sendiri. Andalah yang harus MEWASPADAI IKLAN ITU.

MENINGGAL MENDADAK?.

Berita tentang wafat atau meninggalnya seseorang di media masa seperti TV, koran dan lainnya, patut dikoreksi. Penggunaan kalimat seperti MENDADAK MENINGGAL, sesungguhnya patut tidak dipakai lagi. Semisal kalimat berita berikut; aktor sekaligus politisi ADJIE MASSAID, RICKY JO meninggal mendadak, atau kepergiannya yang mendadak mengejutkan semua orang. Kita semua sepertinya terlanjur memahami bahwa meninggalnya seseorang harus melalui proses, paling tidak kita telah memahami bahwa meninggal itu memiliki tanda-tanda. Tapi Proses atau tanda-tanda yang kita pahami hanyalah, proses atau tanda umum yang dialami manusia seperti sakit yang berkepanjangan, proses penuaan, atau serangkaian penderitaan memilukan yang menyebabkan sipenderita tak berdaya. Itulah yang kita pahami selama ini. Betulkah meninggalnya seseorang itu mendadak?. Kalau itu yang kita pahami, sepertinya kita melupakan bahwa Allah SWT sebagai pemilik otoritas tunggal nyawa / kematian mahluknya sudah membuat ketentuan. K

USIA 40 TAHUN-AN

Matang Secara Emosi. Ketika sarapan pagi ini 05 Februari 2011, sebuah televisi mengabarkan seorang politikus dan juga seorang artis, ADJI MASSAID, meninggal. Ditengah aku dan istriku lagi menyimak berita itu. Anak pertamaku yang baru duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) diklas satu, tiba-tiba bertanya. “Memangnya berapa umurnya?. Ujarnya. “Masih muda, paling empat puluhan”.Ujarku. “Empat puluhan, ya..sudah tualah”. Katanya anakku. Aku dan istriku saling melirik dan kamipu tertawa bersama, kemudian istriku mendekat lalu memelukku sambil mencium pipi dan keningku. Kami saling melirik dan tertawa karena ucapan anak kami itu. Sayakan sudah berumur lebih dari empat puluh tahun. Dia tak menyadari kalau secara tak langsung mengatakan ayahnya sudah tua. Mungkin karena dia melihatku beberapa bulan ini sudah pakai kaca mata rabun, walau hanya untuk membaca saja. Atau mungkin dilihatnya aku yang sudah mulai gampang lelah. Tua menurut anakku sungguh berbeda dengan tua menurutku. Aku sesun

PEMBERIAN GELAR

Disadari masih banyak orang yang tidak memahami atau tidak mengetahui suku komering. Dari mana, dimana letaknya, atau suku apa pula itu. Komering adalah salah satu suku yang ada di Sumatera Selatan. Terdiri dari dua komering yaitu Ogan Komering Ulu (OKU) dan Ogan Komering Ilir (OKI), bahasa keduanya jauh berbeda. Kalau OKU lebih dekat dengan propinsi Lampung sedang OKI lebih dekat ke Kota Palembang. Tingkat kesuburan tanahnya juga berbeda OKU merupakan penghasil; durian, Duku yang sangat terkenal itu, salah satunya dikampungku (jadi ingat waktu masih kecil dulu sama bapak manjat pohon duku untuk dipanen atau kemping di gubuk kebun menunggu durian runtuh) Dalam adat Komering Ulu terdapat keunikan soal nama / panggilan. Anak yang baru lahir dan telah diberi nama oleh kedua orangtuanya. Kakek atau nenek dari Bapak akan memberikan nama panggilan kepada cucunya, panggilan itu diambil dari nama sang kakek kalau laki-laki atau nama sang nenek jika anaknya perempuan. Apa tujuannya, salah sa

MEWASPADAI IKLAN

NGAPAIN BAYAR LEBIH UNTUK RAMBUT CANTIK. Begitulah bunyi sebuah iklan shampo untuk rambut kepala atas, dimedia televisi Indonesia. Apa yang salah dari iklan ini. Coba simak iklan tersebut secara seksama, jika kita perhatikan iklan itu dari awal hingga akhir seolah shampo itu akan membuat rambut kita selalu rapi, lembut dan indah serta cantik, namun diakhir sang model menyebutkan kalimat ‘ngapain bayar lebih untuk rambut cantik’. Benar sekali sang model, kalimatnya sungguh tak salah. Artinya kalau rambut kita sudah cantik, rapi, lembut, dan indah serta rapi, pakai shampo apapun boleh. Dengan kata lain shampo tidak akan berdampak apapun terhadap rambut yang memang sudah cantik, indah, lembut dan indah, jadi ngapain bayar lebih atau mahal?. Itulah salah satu iklan yang “bisa” menipu konsumen. Kemasan iklan yang begitu menawan akan menjebak konsumen. Waktu dulu belajar tentang marketing atau pemasaran, disebutkan bahwa iklan itu akan membuat propaganda, membangun opini, membangun pers